Chereads / I don't know you, but I Married you / Chapter 433 - Teringat si kembar

Chapter 433 - Teringat si kembar

WARNING!!Dalam cerita ini mengandung percakapan dewasa. Harap kebijaksanaan pembaca. Bagi pembaca yang dibawah umur atau yang tidak nyaman dengan cerita ini, Dianjurkan untuk tidak membaca chapter ini

"Tapi...aku juga belajar dari yang lain."

"Apa?"

"Bentar." Jay bangkit dan berjalan dengan pede menuju meja belajarnya dulu. Setelah mendapatkan apa yang dia mau. Jay kembali dan membenarkan posisinya lagi.

"Ini..." Jay memperlihatkan sebuah kertas pada Tiara.

"Astagfirullah bang, ngapain di print segala?ampun deh.." Ucap Tiara dengan perasaan lucu dan kaget yang bersamaan. Ternyata Jay melakukan print out macam-macam gaya bercinta yang dikirimkan Kay kemarin ke Handphonenya.

"Nanti aku tempel supaya inget."

"Bang...emang ini tabel perkalian apa?jangan di tempel. Ada orang masuk bisa salah paham bang."

"Kan jadi keliatan, kalo keliatan aku bisa hafal gayanya. Tadi kita lakuin yang ini, yang ini juga oh...satu lagi yang ini.." Jay sambil menunjukkan kearah gambarnnya. Tiara kini tersenyum kecil. Dia membalikkan badannya lalu menatap Jay.

"Sayang, seksual itu hal yang natural. Ga usah belajar karena setiap orang punya nalurinya sendiri. Gayanya pun ga baku-baku amat sampe harus ikutin yang ada di gambar, itu cuman seni. Buat aku, gimana nyamannya kita aja.

"Tapi...."

"Sst...ga ada tapi gambar ini sobek ya terus buang." Tiara dengan lembut. Jay mengangguk meskipun sorot matanya masih melihat kearah gambar-gambar itu. Tiara kini lebih naik lagi ke badan Jay. Dia tahu Jay sedikit kecewa. Tangannya kini dia lipat di datas dada suaminya.

"Abang udah lama ga ke dokter ya?" Tiara dengan suara pelan.

"Apa aku aneh lagi?"

"Engga, ga aneh."

"Aku pasti aneh makannya kamu nanya gitu."

"Engga bang. Aku baru inget Abang kalo belajar hal baru pasti aja gini. Oke.. besok kita ngobrol soal seks yang Abang harus tahu. Seks itu bukan cuman bicara keluarnya aja bang, atau kepinginnya aja. Ada kok manfaat lainnya misal menumbuhkan rasa kasih sayang pasangan. Kalo pasangannya ga nyaman gimana mau makin cinta."

"Kamu ga nyaman?"

"Aku suka. Aku suka tadi sayang cuman...ritmenya sedikit pelan bisa?Aku tuh suka dirasain, dinikmatin gitu bukan cuman ketemu diatas ranjang aja. Waktu Abang pingin apa karena nafsu aja?aku yakin engga. Kan Abang liat aku, cium-cium aku. Dinikmatin aja, itu tuh moment paling intimnya suami istri. Udah jangan cemberut. Abang hebat kok tadi.."

"Aku...banyak ngerepotin kamu."

"Engga bang. Aku inikan istri Abang bukan direpotin bahasanya kita ganti jadi ditolong."

"Aku juga mau belajar jadi suami yang bener gimana."

"Oke. Aku juga masih belajar kok jadi istri. Abang ga usah khawatir, Abang ga sendiri belajarnya. Besok pulang kerja kita bicara soal ini." Tiara menyapu bersih dahi Jay dengan tangannya.

"Untung aku nikahnya sama kamu."

"Emang kepikiran sama orang lain?."

"Engga, ga ada sayang."

"Abang juga harus belajar sabar. Bayangin kalo Kris itu tadi anak kita kalo misal dia pingin sama aku gimana?kan kasian. Masa rebutan sama bapaknya."

"Tapi kamu cuekin aku."

"Bukan cuek tapi itu berbagi namanya."

"Iya-iya."

"Iya nya ga ikhlas, pasti susah nih.." Tiara membujuk lagi dengan diikuti belaian-belaian lembut di wajahnya.

"Aku ga suka kamu merhatiin orang lain." Jay memalingkan wajahnya dari tatapan Tiara dengan memainkan jemarinya di pundak polos istrinya.

"Anak itu bukan orang lain. Itu keluarga."

"Oke." Jay dengan suara kecil. Tiara mengerti mungkin Jay masih tidak mau membagi perhatiannya tapi dia yakin kalau kelak mereka punya anak Jay akan mengerti.

"Sebelum tidur, bersih-bersih dulu bang."

"Iya sayang." Jay masih ingin berlama-lama mendekap Tiara.

***

Kay masih duduk membuka majalah yang biasa dibaca istrinya. Dia penasaran dengan isinya dan apa saja yang dibahasnya. Karena hanya karena majalah itu Kiran bisa anteng berdiam diri duduk membacanya. Tidak lama Kiran datang dengan mengenakan baju yang dibelikan Kay.

"Tuh kan cantik sayang..." Puji Kay saat Kiran memamerkan badannya dan duduk. Dia tampak memakai gaun malam model babydoll warna peach dengan aksen lace di bagian list-nya yang terlihat seksi, tapi tentu saja gaun itu tetap mengutamakan kenyamanan Kiran yang sedang hamil.

"Bohong.."

"Bener, aku suka." Kay mencium pipi Kiran.

"Bagus modelnya aku juga suka."

"Bumil jadi tetep seksi..." Bisik Kay nakal. Dia memang paling suka melihat istrinya memakai pakaian seksi dirumah terutama lingerie. Kay sengaja membelinya, dia ingin membuktikan meskipun Kiran hamil bukan berarti dia tak bisa memakainya.

"Kamu sukanya perempuan yang seksi-seksi."

"Engga, sukanya kamu."

"Masa?"

"Iyalah, ga usah diragukan lagi itu. Aku bisa nunggu kamu balik lagi sama aku lama banget." Ucapan Kay disambut senyum oleh Kiran. Benar juga kalo diingat-ingat perjuangan Kay dulu memang dia yang selalu mengejarnya.

"Ehm...dadanya makin padet aja.." Kay turun kebawah dan mengecup belahan dada Kiran yang terbuka. Kiran sudah biasa dengan hal itu.

"Baca apa?"

"Majalah kamu."

"Bagus-bagus ya.."

"Kamu mau?beli aja."

"Engga, badan akunya lagi segede gini mana muat."

"Hamil sekarang kamu glowing banget, cantik lagi. Kayanya anaknya perempuan sayang." Kay mengelus perut Kiran dan menciumnya. Kay benar-benar tak sabar untuk menanti anaknya lahir.

"Duh...ditendang ayah..." Protes Kay saat merasakan sesuatu menyentuh bibirnya.

"Wah..anaknya jagoan.." Kiran punya prediksi berbeda dengan Kay.

"Sensi nih kalo ayah gangguin padahal udah malem ayah mau ngajak bobo..." Kay berbicara lagi seakan ingin berinteraksi dengan anaknya.

"Masih aktif nih anaknya...seneng kamu ajak ngobrol."

"Sehat-sehat sampe waktunya ya, bentar lagi kita ketemu."

"Ngomong-ngomong kita belum siapin nama tapi aku udah cari-cari sih kemarin.."

"Hm...kita harus siapin dua nama karena ga tahu ini dedenya perempuan atau laki-laki. Mau ngasih suprise ya sayang sama Ayah sama Bunda...." Kay melibatkan anaknya lagi dalam setiap obrolan mereka.

"Kalo laki-laki aku pingin namanya Keanu..."

"Keanu? boleh-boleh. Kalo perempuan?"

"Hm...Keyla.."

"Keyla atau Kayla?"

"Keyla aja, biar sama kaya kakak-kakaknya." Ucap Kiran dengan senang tapi tidak lama ekspresi wajahnya berubah. Ah..dia sensitif lagi sekarang mengingat anak-anaknya.

"Oke..bagus sayang. Keyla Sabier Adelard Seazon.." Kay mencoba menghibur dengan menyetujui pendapat Kiran.

"Itu bagus."

"Kenapa?" Kay mengintip wajah Kiran namun Kiran menjawabnya dengan mendekap badan suaminya. Suasananya jadi haru begini. Kiran memeluk Kay dengan sedih sementara suaminya mengelus-elus pelan bahunya.

"Aku yakin anak-anak pasti datang waktu adiknya lahir, mereka pasti seneng punya adik. Udah ya..." Kay jadi ikut sedih sebenarnya kalo dipikir-pikir dulu juga dia sangat menantikan si kembar tanpa tahu bahwa akan ada kecelakaan. Kay jadi sedih kalo mengingat moment kehilangannya. Dia menghapus air matanya sendiri lalu mengambil tisu untuk Kiran.

"Fotonya masih adakan dikamera kamu? nanti kalo dedenya lahir kita cetak foto mereka, kita pajang dikamar, diruang tamu pasti bagus." Kay menghibur. Kiran hanya mengangguk saja.

***To Be Continue