Jay senyum-senyum sendiri dikamar mandi. Pikirannya masih dipenuhi oleh kejadian semalam. Dia tak pernah berhenti membayangkan wajah Tiara saat mereka melakukan hubungan intim. Dia pun tak menyangka jika ternyata dia bisa melakukan itu. Kini Jeje yang selalu dia gunakan untuk membuang urine punya fungsi lain. Tadi malam itu menjadi top three malam terbaiknya. Jay harus belajar lagi. Dia tak akan memalukan dirinya sendiri di depan Tiara. Dia akan mencobanya lagi nanti dan Tiara akan benar-benar kemas dihadapannya. Jay merasa perkasa sekarang. Sementara itu Tiara sudah menyamarkan hasil tanda merah dilehernya dengan alat make up yang dia punya. Pagi ini rasanya sedikit perih tapi Tiara mencoba menahannya. Dia masih menyesuaikan diri dengan keadaan barunya yang sudah tak lagi perawan. Rasanya dia sedikit malu jika pembantu vila itu membersihkan kamarnya nanti.
"Baju aku mana?" Jay mencari-cari bajunya.
"Itu masih digantung. Abang pake kemeja aja hari ini katanya mau jalan-jalan." Tiara sambil membenarkan riasannya. Kini Jay meraih kemejanya dan mengenakannya perlahan. Mengancingkannya satu per satu.
"Kamu masih sakit sayang?"
"Engga kok ga papa." Tiara tersenyum menatap Jay dari cermin yang menampakkan Jay dibelakanganya.
"Tadi Papa nanyain kenapa kamu ga ikut sarapan."
"Terus Abang bilang apa?ga bilang habis bikin anakkan?"
"Engga. Abang bilang kamu ga enak badan."
"Bang nanti papa nyangkanya aku sakit."
"Aku ga ide lain. Aku salah lagi ya?"
"Engga, ga salah.." Tiara meletakkan semua peralatan make up-nya di meja.
"Ya udah ayo keluar."
"Kamu marah?"
"Engga, aku ga marah."
"Maaf sayang. Gara-gara kemarin aku ga punya ide apapun. Otak aku isinya cuman mikirin kamu aja." Jay memainkan tangannya.
"Aku tuh ga pernah bisa marah tahu ga. Udah yuk.." Tiara mengulurkan tangannya. Jay menggenggamnya sekarang. Mereka sudah siap untuk pergi.
"Nah...ini nih yang ditunggu." Kay senang melihat Tiara dan Jay keluar dari kamarnya.
"Kamu sakit?"
"Engga mom, masuk angin aja."
"Belum terbiasa Ra, tenang aja...ntar juga kebiasa." Kini Ara memberikan komentar nakal. Yah... Sepertinya Tiara salah bicara. Kay yang berdiri disana juga ikut tertawa kecil. Dia tahu maksud Ara.
"Apa kamu senyum-senyum.." Kenan menyentil sedikit telinga Kay.
"Apa sih dad?pingin senyum juga." Kay mengusap pelan telinganya.
"Udah yuk ah pergi keburu siang. Mama sama papa udah nungguin di depan tuh Ra.." Jesica menggandeng Kris. Hari itu mereka rencananya akan jalan-jalan untuk membeli oleh-oleh atau berbelanja baju dan yang lainnnya.
"Gimana semalem?oke ga?" Kay berbisik saat berjalan menuju mobil. Kebetulan Tiara menghampiri orang tuanya dulu.
"Aku berhasil." Jay dengan malu mengatakannya.
"Sesuai aku bilangkan?" Tanya Kay membuat Jay mengangguk-ngangguk.
"Bagus, itu baru jantan." Kay memberikan jempol untuk Jay.
"Tapi aku belum bisa banyak gaya Kay.."
"Tenang...itu gampang yang penting dasarnya udah tahu."
"Kasih tahu aku gimana gayanya. Apa kaya gaya berenang?gaya kupu-kupu?."
"Heh mana ada gaya kupu-kupu.." Kay tertawa ngakak.
"Kenapa nih?" Kenan menghampiri kedua putra kembarnya. Dari kejauhan dia sudah penasaran apa yang mereka perbincangkan.
"Jay minta diajarin gaya kupu-kupu dad.."
"Kupu-kupu?"
"Kay aku malu..." Jay melihat ekspresi Kenan jadi malu sendiri.
"Oh..Daddy tahu yang ada di otak kalian. Dasar ya selama disini pikirannya pada kotor. Daddy cuci nih." Kenan mengacak-acak rambut Kay dan Jay secara bersamaan.
"Dad harusnya Daddy bangga. Anak Daddy yang satu ini udah berhasil."
"Udah gol?" Kenan malah ikutan bertanya padahal dia sendiri yang tadi protes. Jay mengangguk pelan.
"Mantep.." Kenan memberikan jempol seperti Kay.
"Makannya dia minta diajarin gaya dad.."
"Wah... banyak gaya tuh Jay."
"Daddy juga pikirannya kotor." Kay membalas ucapan Kenan sambil mengangkat tangannya.
"Berani kamu ngeplak Daddy?"
"Engga dad ampun." Canda Kay.
"Pantes ya Tiara sakit. Kamu apain?"
"Aku jilat-jilatin.."
"Hah?" Kenan heran.
"Ah Daddy pura-pura ga ngerti."
"Oh ini ajaran kamu ya.." Kenan menyentil lagi Kay. Anaknya yang satu itu benar-benar nakal.
"Jay yang nanya dad jangan salahin aku terus."
"Kamu ngomongnya pake bahasa bener gitu bang..."
"Emang bahasa yang bener tuh apa?" Kay bertanya.
"Ya apa gitu kek.." Kenan berkelit.
"Orang emang gitu kok caranya."
"Bikin orang geli aja kamu bang.."
"Jay ajak mandi bareng aja. India-indiaan dibawah shower."
"Nari-nari?" Tebakan Jay membuat Kay dan Kenan tertawa kecil.
"Iya goyang pinggul doang.."
"Tapi jangan dipaksa Bang, Tiara kan baru pertama kamu juga baru pertama jadi nyantai aja."
"Aku ga maksa dad tapi aku kepikiran terus. Otak aku terus bayangin Tiara ditempat tidur."
"Dasar omes." Ledek Kay.
"Kasih waktu Tiara istirahat bang.."
"Udah...pokoknya ga usah khawatir nanti aku kirim gambar semua macam gaya, dari kupu-kupu sampai gaya katak aku kirim." Canda Kay merangkul bahu Jay.
"Awas kamu Kay jangan macem-macem ya.."
"Ya..kalo ga mau aku. Daddy kasih tahu dong sama Jay. Daddy sama mommy suka pake gaya apa."
"Eh..nih anak. Bener Daddy bawa ke laundry kamu bang." Kenan kini menjewer telinga Kay.
"Ah...dad...maaf..."
"Kenapa sih?" Jesica datang dan melihat anaknya. Dengan segera Kenan melepaskan tangannya.
"Eng..engga papa sayang. Lagi main-main aja."
"Udah mau berangkat nih masuk mobil sana."
"Iya mom.." Kay dan Jay kompak.
"Mas ngapain sih sama anak-anak?"
"Hm..." Kenan berpikir.
"Udah main rahasia-rahasiaan sama aku?"
"Engga sayang. Itu Jay curhat nanyain gaya sama Kay.."
"Ih ampun deh Jay nanya begituan ke Kay. Kok anak-anak aku jadi gini sih?pasti deh gara-gara bapaknya."
"Tuh..Mas lagi yang tertuduh padahal anaknya yang begitu."
"Anaknya begitu pasti ada yang mulai Mas.."
"Ya...kan bukan berarti Mas juga."
"Tapi Jay baru gitu ya?"
"Tuh...ini juga mommynya sama aja."
"Jawab Mas.."
"Iya kayanya."
"Kemarin inget ga makan malem Jay sama Tiara ga ada?aku kan telepon eh Jay bilang baru selesai bikin anak. Duh...aku salah banget."
"Wah masa?seru dong."
"Mas ih..." Jesica mencubit pinggang Kenan.
"Anak aku udah dewasa udah tahu yang begitu padahal aku sempet khawatir.."
"Kamu khawatir terus sama Jay padahal anaknya oke-oke aja. Udah dong sayang. Sekarang Jay udah naik tingkat. Biarin dia dewasa."
"Iya dewasa tapi kenapa dewasanya jadi plus-plus gini? Salah arahan namanya." Jesica mengomel.
"Justru semakin baik sayang, kita dapet cucu terus nih. Lumayan buat investasi.."
"Mas tuh mikirnya gitu, cucu tuh selalu dianggap investasi mereka tuh manusia loh Mas."
"Ya kan yang ngurusin perusahaan nanti siapa lagi kalo bukan mereka."
"Ah...pusing kepala aku."
"Makin tua jangan makin banyak mikir. Rileks kenapa sih?" Kenan langsung memijat kepala Jesica.
"Apa?Mas bilang aku tua?"
"Engga sayang engga, bercanda cantik.." Kenan segera melarat omongannya.
"Minta dijewer juga nih."
"Udah yuk udah masuk mobil.." Kenan merangkul Jesica sekarang untuk berjalan kearah mobilnya.
*** To Be Continue