Chapter 422 - Latihan

"Nih yang kamu mau.." Kay memberikan es kelapa pada Kiran lalu duduk di dekat kakinya.

"Dedenya gerak terus nih."

"Gerak?pingin main kayanya. De....pingin main ya bareng ayah sayang..." Kay perhatian mengusap perut Kiran pelan.

"Mas Kay..."

"Iya sayang..."

"Kita kapan babymoon?"

"Anggap aja ini babymoon."

"Kayanya ke santorini lebih seru ya.."

"Kamu pingin?"

"Tapi kalo kamu ada kuliah ya udah ga usah."

"Bukan masalah kuliah sayang. Aku masih takut kalau kamu harus naik pesawat terus, kamu harus jalan, aku ga mau kamu kecapean yang. Bayinya kasian.." Ucap Kay yang masih trauma dengan kehilangan anak. Untuk ke Bali saja dia benar-benar prepare super ekstra. Kiran yang semula bersandar kini terduduk memandang suaminya.

"Aku ga papa karena aku deket kamu Mas.."

"Kalo habis darisini kayanya kamu cape sayang, bulan depan aja ya kita istirahat dulu bentar terus pergi. Pulang dari sini ke dokter dulu periksain." Kay membujuk. Kini Istrinya hanya mengangguk.

"Gitu dong nurut. Aku janji kita bakalan pergi kesana, pokoknya kamu tinggal bilang mau kemana, yang aku perlu cuman keterangan dokter dulu. Aku pingin kamu sama bayinya sehat, kuat." Kay mengecup perut Kiran.

"Makasih Masku.." Kiran mengusap pelan rambut Kay yang basah.

"Masa makasih doang."

"Emang pingin apa?"

"Cium dong."

"Ih..lagi ditempat gini juga."

"Disini bebas kok, ga akan ada yang merhatiin juga."

"Ada orang tua aku, atau orang tua kamu."

"Ah...mereka lagi sibuk tuh." Kay memandang kearah keluarganya yang masih berada dipantai.

"Ya udah sini.." Kiran tak menolak. Dia menarik punuk Kay dengan kedua tangannya lalu mencium bibirnya. Mencoba memberikan hadiah untuk suaminya yang baik. Kay menyambut ciuman itu dengan lumatan bahkan dia memegangi pinggang Kiran sekarang.

"Jangan lama-lama nanti orang liat." Kiran protes karena Kay justru semakin menciumnya dengan panas.

"Kamu makin cantik aja lagi hamil gini."

"Cewek-cewek liatin Mas telanjang gini." Kiran menyentuh dada Kay sampe ke perutnya.

"Ya makannya aku sengaja cium kamu supaya mereka tahu aku punya istri cantik lagi hamil. Aku ga liatin cewek lain sayang.."

"Disini semua pake bikini pasti adalah yang Mas liatin."

"Kalo keliatan iya tapi kalo sampe diliatin apalagi mata aku sampe ikut engga ada sayang. Aku temenin kamu aja disini."

"Aku paling sebel kalo kamu udah telanjang dada di depan orang."

"Ya udah mana kaosnya biar aku pake dulu."

"Ga usah ga papa.."

"Uh...bilang aja kamu pingin liatin juga.." Kay malah menggoda.

"Aku kan istri kamu terserah dong.."

"Malam ini main dokter-dokteran yuk."

"Dokter-dokteran?"

"Iya supaya lebih seru gitu. Aku cobain jadi dokter kandungan."

"Dokter kandungan mesum begini siapa yang mau jadi pasienya."

"Ada kok pasien tetap, namanya Kiran."

"Sebel.." Kiran tersenyum sambil mencubit hidung Kay.

"Jay mau malam pertama aku jadi kepingin."

"Mas ih jangan ngomong yang aneh-aneh mulu kasian dia."

"Habis lucu aja."

"Kasian loh Jay.."

"Aku kan ga sesat-sesat banget."

"Iya ga sesat tapi ga cocok gitu sama Jay."

"Ah..nanti juga keenakan, kaya kamu."

"Aku pingin makan.."

"Makan?oke..kita liat warung sekitar sini aja dulu ya." Kay segera berdiri dan mengulurkan tangannya. Dia membantu Kiran berdiri.

*****

Jay duduk dihamparan pasir luas sementara istrinya masih bermain-main dengan adiknya atau Triplets yang tampak lucu bermain disana. Kini Jay memegangi Ice cream dan menjilatnya. Dia pikir dia harus berlatih. Disampingnya ada es kelapa yang begitu menyegarkan.

"Apa gini ya?" Jay menjilat-jilat ice creamnya. Dia tak tahu jilat yang dimaksud Kay itu seperti apa. Sesekali dia melihat ke arah keluarganya hingga dia melihat sosok Tiara berjalan menghampirinya. Bikini warna birunya menambah kecantikan Tiara. Jay sampai dia buat tak berkedip saat pertama melihat Tiara menggunakannya.

"Kenapa duduk aja?" Tanya Tiara yang kini berdiri di hadapannya.

"Aku cape. Kamu jangan cape-cape..."

"Makan ice cream sendirian aja nih.."

"Kamu mau?aku beliin."

"Engga, ga usah.." Tiara sambil duduk disamping Jay.

"Nih minum.." Jay memberikan es kelapanya untuk Tiara.

"Aku tadi cari-cari Abang ga tahunya duduk disini.."

"Habis disana rame.."

"Masih sakit tangannya?"

"Engga, ga sakit.." Jay tak terlalu merasakan lengannya yang cidera.

"Tiara..."

"Iya..."

"Hadiah dari aku malem ini kamu pake ya.."

"Apa sih isinya?tadi aku belum sempet buka."

"Rahasia. Pokoknya pulang darisini kamu mandi terus pake."

"Bikin penasaran aja."

"Aku pingin malem ini Tiara.." Jay sedikit malu untuk mengatakannya. Tiara sudah menduga jika Jay pasti akan meminta haknya.

"Udah ga sabaran lagi nih..." Tiara membalasnya dengan candaan agar suasana diantara mereka tidak terlalu canggung.

"Aku udah tahu caranya supaya kamu ga sakit."

"Abang ya diem-diem belajar gitu aja."

"Karena aku masih bodoh buat hal yang gini."

"Bang...its oke. Namanya juga pertama emang aku tahu banget?engga kok. Abang ga harus tahu banyak, nanti malam pertamanya ga seru. Kalo kita sama-sama ga tahu kan keliatan orisinilnya belum pernah coba. Justru kalo Abang tahu banyak aku jadi curiga. Jangan-jangan Abang pernah tidur sama cewek lain."

"Engga-engga. Aku ga pernah Tiara." Jay melakukan gerakan dengan tangannya. Itu benar-benar lucu.

"Ya udah berhenti bang. Ga papa salah pun, kan baru coba."

"Aku cuman ga mau bikin kamu sakit Tiara..."

"Insyaallah ga akan sakit yang gimana kok bang." Tiara meyakinkan. Kini Jay berhenti memakan ice creamnya. Dia memandangi Tiara. Tangannya yang dipenuhi pasir dia usap-usap ke celananya agar bersih kemudian dia gunakan untuk membelai pelan rambut istrinya, turun ke pipinya lalu ke lehernya.

"Ayo kita pulang.."

"Bang...ga enak sama yang lain."

"Aku pingin berdua aja sama kamu."

"Aku janji malem ini kita coba. Oke?"

"Liat kamu gini Jeje udah mau bangun..." Ucapan Jay membuat Tiara refleks memandang celana Jay. Dia tak tahu apa Jeje sudah bangun atau belum tapi tonjolannya belum terlalu terlihat. Dengan cepat Tiara segera menurunkan tangan Jay.

"Bang tenang oke, kita ada di pantai, ada keluarga Abang juga. Bahaya kalo Jeje bangun." Tiara mencoba meredakan nafsu Jay yang sepertinya sudah muncul. Kini Jay duduk biasa lagi menundukkan kepalanya agar tenang.

"Jeje selalu bangun disaat yang ga tepat." Keluh Jay mengingat kemarin malam justru Jeje tak mau berdiri.

"Abang lucu banget.."

"Tiara jangan pegang-pegang aku nanti Jeje tambah bangun." Protes Jay saat Tiara mengusap pelan punuknya.

"Oke aku diem." Tiara tersenyum kecil dan diam disampingnya. Sesekali dia tertawa kecil melihat ekspresi Jay yang sedang mencoba menurunkan miliknya sepertinya dia benar-benar butuh konsentrasi yang cukup untuk mengendalikan nafsu birahinya.

***To Be Continue