Ara sempat terkejut saat Kenan menelponnya dan meminta agar dia meminjamkan apartemenya untuk Jay. Itu menunjukkan sesuatu yang tak beres telah terjadi. Jay benar-benar tak mau tinggal dirumah. Dia selalu mengingat Tiara disana. Dikamarnya bahkan banyak foto mereka terpajang. Lagian keluarga Dariel sudah tak tinggal disana jadi Ara mengijinkannya. Ah…anak itu kalau ada masalah pasti begini. Itulah pikiran Ara. Jay selalu ingin menyendiri ketika ada masalah padahal dengan menyendiri masalah pun tak selesai. Kenan dan Jesica bergegas pergi ke kediaman Tiara. Mereka harus tahu dari mulut Tiara sendiri. Kenan sengaja berkunjung di malam hari karena kemungkinan Tiara ada.
"Eh Ken, Sica. Masuk…" Fahri menyambut hangat calon besannya itu. Jesica dan Kenan masuk lalu duduk disana.
"Kaget aku tuh dengan Sica telepon begitu." Dena yang baru datang langsung berkomentar. Dia membawakan air minum dan beberapa cemilannya.
"Harusnya sih sama anaknya bang cuman kayanya emang kondisinya lagi ga baik jadi biar sama-sama tenang aja dulu.."
"Pantes ya dari pagi Tiara murung terus ga masuk kerja hari ini. Kirain sakit ga tahunya dapat kabar begitu jadi…sama ajalah Ken, Tiara juga ga bisa diganggu. Dia juga butuh ketenangan. Lagi pingin sendiri dulu katanya.."
"Tapi kita harus tahu sebenernya anak-anak kenapa. Kok bisa gini?masalahnya ini waktunya juga udah deket."
"Waktu Sica telepon, aku langsung ajak ngobrol anaknya. Ini sih cerita dia. Bener Tiara ada ngomong gitu tapi itu belum selesai. Dia cuman lagi ceritain aja tentang Jay ketemen-temennya. Dia ga ada sama sekali maksud ngomong kalo dia pacaran sama Jay cuman kasian atau apapun Ken."
"Tapi Kenapa Jay bisa bilang gitu?Jay juga denger sendiri loh na kesana."
"Dugaan sementara sih mungkin Jay dengernya setengah dan langsung pergi. Dia ga denger waktu Tiara jelasin yang lainnya Ken.."
"Apa bener Na?aku pingin jujur aja. Kalau emang sekarang kita datang dapet kabar buruk pun aku terima. Jay ga mau bikin Tiara ngerasa terpaksa ataupun sebaliknya Tiara ga enak sama Jay." Jesica masih meragukan keterangan Dena.
"Tiara nangis ka waktu jelasin ini, Ditambah dia kaget tiba-tiba Jay telepon dia dan bilang buat pikir ulang soal pernikahan mereka. Kalo dipikir-pikir ga ada niat sekalipun Tiara batalin pernikahannya ka.."
"Jay juga ga ada kok na.." Ken membalas perkataan Dena yang seakan menuduh anaknya. Jelas-jelas Jay juga menangis di depannya.
"Wo…tahan-tahan." Fahri segera memotong perkataan Kenan. Dia tak mau permasalahan anaknya membuat permasalah baru bagi kedua orang tua. Bagi Kenan jika sudah menyangkut Jay apalagi hinaan terhadapnya tak ada kompromi.
"Mas…" Tegur Jesica.
"Gini loh Ken intinya ini salah paham aja. Jay salah paham begitupun Tiara. Ini dua-duanya lagi cape aja mungkin makannya mikirnya sampe kemana-mana. Waktu aku tanya mau dilanjutin apa engga, Tiara bilang terserah Jay. Sekarang Jay kalo ga percaya sama Tiara ya gapapa. Mau batal ya udah mau gimana lagi?Undangan juga belum kesebar. Soal persiapan yang udah kebayar ya udah mau diapain?Ikhlasin aja. Anggap aja sedekah, kalau perlu aku ganti full 100%. Ya sekarang aku balikin sama keluarganya Jay masih mau engga?mau lanjut atau engga harapan ya selesain baik-baik aja apapun keputusannya."
"Jay itu sayang banget sama Tiara bang, Ada masalah kaya gini aja dia kepikiran..."
"Ya makannya, aku bilang ini salah paham. Anak-anak kan masih belajar."
"Ya udah gini aja. Biarin anak-anak tenang dulu. Siapa tahu kalo udah tenang mau saling ngomong lagi. Jay sih bilang udah ngasih waktu Tiara buat mikirin ini, nanti coba aku ingetin lagi Jay nya buat mastiin ini. Kalau perlu ya Jay yang bakalan aku suruh datang kesini. Gimana pun ini keinginan Jay sama Tiara." Kenan mengambil jalan tengahnya.
"Duh…ada-ada aja. Kenapa sih pake acara ada gini segala?" Dena bergumam sendiri.
"Eh lu ya ga inget dulu, yang galau sendiri nerima lamaran bang Fahri gimana?" Jesica bernostalgia membuat Dena dan Fahri tersenyum.
"Udah nih Mas minum dulu, tegang amat." Canda Denan menyodorkan gelas pada Kenan.
"Iya makasih. Maaf na tadi sedikit panas."
"Iya, AC nih nyalain…" Dena langsung meraih remote dan menekan tombol on.
"Tiaranya mana sekarang?"
"Lagi dikamar ka, pokoknya ga mau diganggu.."
"Jay apalagi sampe ngungsi ke apartemen kakaknya."
"Segitunya?"
"Dia emang Raja Drama deh sama kaya kakaknya, kalo Kay ada apa-apa dihadepin."
"Cobaan nikah pasti ada, ribut-ribut dikit."
"Ini sih bukan ribut dikit bang, tadi pagi aku kaget tiba-tiba Jay bilang batalin. Kirain ada masalah besar banget gitu."
"Tiara masa sih pura-pura ka?Dia kalo ga nyaman pasti keliatan. Bukan maksud ngomongin, tapi waktu sama Dirga aku udah liat kok gerak-geriknya ada yang beda."
"Ya udah deh syukur kalo salah paham." Jesica mengucap lega. Kini mereka malah melanjutkan obrolan mereka ke bisnis yang sedang dijalani.
***
Jay terus membalikkan badannya ke kiri dan ke kanan. Dia tak bisa tidur. Pikirannya terus diganggu oleh Tiara padahal dia sudah bertekad untuk tak memikirkannya lagi. Jay kini sudah berada lagi dirumahnya. Jesica Khawatir jika Jay ditinggal sendiri, dia akan bertindak nekat. Jay memilih turun kebawah. Dia berjalan menuju kolam renangnya lalu dengan cepat dia membuka kaosnya. Menyeburkan diri kesana walaupun jam sudah menunjukkan pukul 2 malam. Setiap dia tenggelam dan berenang, kenangan itu muncul. Kenangan-kenangan bersama Tiara kini hadir merasuki dirinya dan ikut berenang menemani malam yang pasti terasa dingin.
"Jay?" Panggil Kenan. Dia penasaran siapa yang berenang. Anaknya itu kini timbul dan bergerak maju menuju ayahnya.
"Kamu ngapain sih malem-malem gini berenang?"
"Aku ga bisa tidur dad…"
"Ga dingin apa?"
"Engga."
"Duh…" Kenan kini duduk dipinggir kolam sambil mengusap-usap lengannya.
"Bang udah 2 minggu nih, ga kangen sama Tiara?."
"Engga."
"Masih Marah sama Tiara?"
"Daddy sekarang ada dipihak Tiara?"
"Bukan. Sekarang gini deh bang. Abang mau lanjut atau engga kita selesain baik-baik. Waktu abang ngelamar Tiara abang datang baik-baik jugakan?sekarang kalaupun mau batal ya udah baik-baik, datangin keluarganya."
"Aku nunggu jawaban TIara. Dia ga ngehubungin aku dad.." Jay dengan wajah gusarnya. Kenan menghela nafas. Rupayanya kedua pasangan itu sama-sama saling menunggu.
"Jadi cowok itu yang gentlemen dong Bang, samperin kek."
"Aku yang minta masa aku yang nyamperin?"
"Jadi sekarang abang gengsian?dulu biasanya suka nekat, ga tahu malu."
"Aku ga tahu dad. Aku…udah pasrah aja. Terserah Tiara.." Jay kini kembali berenang menelusuri kolamnya lagi. Kenan sepertinya harus mencari jalan lain untuk menyelesaikan permasalahan ini. Dia jadi ragu untuk melepaskan Jay menikah jika sifatnya begini. Sepertinya keputusan Jesica untuk menahan Jay tinggal disini selepas menikah adalah tindakan yang tepat.
*** To be continue