Chereads / I don't know you, but I Married you / Chapter 374 - Kasus ditutup

Chapter 374 - Kasus ditutup

Setelah sarapan Kenan mengajak Dariel pergi. Entah kemana Kenan akan membawanya tapi dia hanya menurut saja. Pak Kahar kini tampak tenang duduk didepan sementara Dariel dan Kenan duduk dibelakang sambil memandangi jalanan siang ini.

"Udah tahu keputusannya apa?" Kenan pura-pura tidak tahu padahal jelas dari sikap Ara tadi pagi dapat ditebak apa yang menjadi pilihan Dariel.

"Aku salah dad. Aku salah nilai Ara." Jawab Dariel.

"Ga papa Riel, kalau bukan karena kejadian ini kamu sama Ara ga akan belajar. Dari sini Daddy harap kamu bisa lebih hati-hati lagi dalam bertindak. Dari semua kejadian ambil aja sisi positifnya yang negatifnya di buang. Cuman kalo sampe ada sekali kamu main tangan ga akan Daddy kasih ampun. Kalo berantem cuman dari mulut ke mulut mungkin Daddy terima tapi kalo udah main fisik Daddy bisa kejar kamu kemanapun."

"Iya dad.."

"Udah ga usah dipikirin. Dibanding kamu marah sama Ara harusnya kamu selesain masalahnya sama Dirga. Hari ini pokoknya harus beres semua. Daddy ga mau kalo Daddy pergi masih ada yang ngegantung. Ketemu Dirga kamu bilang yang jadi kekesalan kamu. Ga usah dipendem-pendem bikin penyakit hati. Hari ini sengaja Daddy ajak kamu, bukan Daddy ga mau bawa Ara juga tapi Ara-nya udah ga mau ketemu Dirga." Kenan kini bersiap-siap untuk turun. Begitupun Dariel yang kini sampai disebuah tempat yang sebelumnya dikatakan Dimas. Kenan dan Dariel masuk kedalam. Disana sudah ada Dimas, Lala, dan Dirga. Mereka menyambut kedatangan keduanya dengan sebuah jabatan.

"Ini menantu saya udah sering liat pasti. Ga perlu saya ulang juga kalo ini suaminya Ara. Dia yang bakalan nentuin sendiri ini Dirga mau dibawa ke polisi atau engga." Kenan dengan santai duduk. Dariel kagetm Polisi?apakah dia bisa menyeret Dirga kebalik jeruji itu?"

"Riel...maafin anak om. Besok-besok om jagain Dirganya."

"Maaf sebelumnya om. Saya hormat saya om sama Tante gimana pun saya ga pernah punya masalah sama om Dimas sama Tante Lala, saya cuman keberatan dengan sikap Dirga. Saya ga suka Dirga ganggu-ganggu istri saya. Sekali saya bisa maafin tapi kalo sampe kedua kali saya ga terima. Kalo hanya untuk berteman saya masih bisa kasih batasan tapi kalo buat ngegoda istri saya, saya ga mungkin biarin."

"Kasih Dirga kesempatan sekali...lagi aja Riel. Kali ini om yang jamin ga akan keulang kalo sampe Dariel liat Dirga ganggu Ara lagi boleh deh Dariel mau bawa ke jalur hukum atau apa. Om bersedia bikin pernyataan juga." Dimas benar-benar memohon sekarang. Dirga hanya tertunduk.

"Saya kasih peringatan ya sama Dirga. Saya ga suka Dirga menghampiri istri saya diem-diem, narik-narik pingin berdua atau bahkan sampe peluk-peluk. Mulai sekarang setiap kali ada sesuatu yang mengharuskan Dirga sampe ketemu Ara harus atas ijin saya. Ga boleh langsung menghubungi Ara. Dia istri saya. Saya yang lebih berhak atas Ara." Dariel menatap tajam mata Dirga. Kali ini dia yang menyeringai padahal sebelum-sebelumnya Dirga begitu yakin jika Ara menyukainya juga.

"Kamu ngerti ga?" Dimas menegur anaknya.

"Ngerti."

"Saya pingin tahu apa selama ini Ara pernah balas perasaan kamu?"

"Jawab jujur." Dimas seakan gemas. Dia takut jika Dirga akan berbicara melantur.

"Engga. Saya yang ganggu Ara. Ara beberapa kali menolak dan memohon untu berhenti tapi saya yang ganggu."

"Tuh..udah jelas Riel.." Kenan kali ini yang berkomentar. Jawaban Dirga seolah mematahkan anggapan Dariel jika Ara berselingkuh. Kenan senang, dia yakin Ara tak pernah berbuat hal semacam itu lagi. Menantunya tak boleh menuduh Ara berselingkuh.

"Saya juga udah punya anak om, Tante. Meskipun terbilang baru dan masih belajar menjadi orang tua seengaknya saya paham perasaan om,tante, saya ga akan bawa-bawa ke jalur hukum soal ini dengan catatan Dirga mau berubah. Saya jauh lebih senang jika suatu hari saya ketemu Dirga dengan pasangannya dan inii bukan hanya pelajaran buat Dirga, saya pun akan memperbaiki diri. Maaf kalau saya ada salah sama Dirga sampai Dirga berbuat seperti itu." Dariel sudah melunak sekarang. Dimas dan Lala bernafas lega. Setidaknya tidak ada lagi kekhawatiran tentang polisi yang bisa tiba-tiba datang kerumahnya. Kenan tersenyum sambil menepuk bahu menantunya yang tegap. Mungkin sekarang Dariel juga bisa lebih menerima dan tahu jelas apa yang terjadi. Kenan berharap Dariel tak ada lagi dendam dengan Dirga.

***

Kenan dan Dariel pergi lagi. Mereka pergi menemui Jesica, Ara, Kiran dan Kay yang sedang berjalan-jalan padahal sebelumnya Ara yang merengek ingin pergi bersama Dariel tadi pagi. Kini mereka berjalan menuju tempat makan yang sudah dikatakan Jesica.

"Mereka pasti malu sama kita."

"Maafin aku Daddy, aku bikin repot."

"Iya ga papa. Wajar. Besok-besok ada masalah kaya gini cari buktinya yang bener. Dulu awal-awal pernikahan juga Daddy sama mommy gitu tapikan mau sampai kapan kita gitu?. Ngomong pisah itu jangan seucap-ucap kesannya gampang gitu tapi nanti udah kejadian baru kerasa nyeselnya."

"Iya dad makasih." Dariel sambil membukakan pintu untuk Kenan. Terlihat disana keluarga mereka sedang melakukan santap siang.

"Darimana sih bang?lama banget.."

"Iya maaf. Mana sini Davin sama Abang." Dariel segera menggendong Davin di bahunya. Menepuk-nepuk pelan punggungnya. Dia baru saja selesai minum.

"Besok berangkat jam berapa bang?"

"Besok kita pergi pagi dad.."

"Ayah ikut?"

"Nanti katanya bulan depan dad kesana soalnya lagi banyak kerjaan."

"Kalo udah sampe jangan lupa kabarin."

"Iya dad.."

"Mas mau pesen lagi ga?"

"Mas pingin es serut yang ini.." Kenan menunjukkan sebuah hidangan yang segar.

"Klis mau.."

"Mau...aja.." Ledek Kenan.

"Klis pingin es mom.."

"Iya-iya mommy beli."

"Jay kemana ya?kok ga ikut?ini hari Minggu ga mungkin dia kerja."

"Lagi sama Tiara."

"Kenapa ga diajakin kesini?"

"Udah tadi Mas tapi katanya mau nganter Tiara dulu." Ucap Jesica bertepatan dengan suara handphonenya. Lagi-lagi nomer tak dikenal. Dia mengangkatnya.

- Halo.

Jesica berbicara.

- Bu Jesica.

- Iya, saya sendiri. ini siapa?

- Kita perlu bicara.

- Ini siapa?

Jesica penasaran sejak kemarin-kemarin belum juga orang itu mengatakan siapa dirinya. Dia hanya mengatakan nama dan rasa ingin bertemunya dengan Jesica.

- Saya pasti jelasin saat kita ketemu.

- Oke. Dimana?

- Saya yang akan menghampiri ibu.

- Sekarang?.

- Saya akan hubungi lagi nanti, Tolong selalu angkat telepon saya.

- Tapi saya...

Jesica belum juga selesai berbicara tapi sambungannya sudah terputus.

"Siapa?"

"Orang yang waktu itu aku ceritain Mas."

"Mas follow up deh ke Reno apa udah ketemu apa belum itu nomer siapa."

"Ya udah nanti aja. Mas makan dulu."

"Iya sayang." Kenan kembali meraih sendoknya dan melahap makanan miliknya.

***To be continue