Chereads / I don't know you, but I Married you / Chapter 372 - Akhir kegalauan Dariel

Chapter 372 - Akhir kegalauan Dariel

Dariel menyaku kedua tangannya lalu memandang pemandangan diluar sana yang begitu gemerlap oleh lampu-lampu gedung. Ah...berat sekali rasanya. Kini dia pergi menemui Ara yang terus berusaha menenangkan Ravin.

"Gerah ya.." Ara menyalakan AC membuka satu kancing kemeja Ravin kemudian mengipasnya dengan kertas yang ada disana. Setelah cukup tenang Ara bersiap-siap untuk kembali tempat Acara. Dariel hanya mengikutinya tanpa berbicara apapun. Mereka duduk dimejanya lagi bertepatan dengan acara makan malam dimulai. Davin dan Karin tampak nyaman di stroller sementara Ravin tak mau lepas dari gendongan ibunya. Ara hanya memakan zupa soup dengan sendok kecilnya sambil menikmati hiburan yang ada. Dia satu meja dengan Kenan dan Jesica sementara si kembar Jay dan Kay ada bersama pasangan masing-masing dimeja sebelah. Iringan lagu Jazz membuat makan malam begitu menyenangkan. Mata Ara sesekali melihat pada salah satu penyanyinya yang bersuara merdu.

"Kris makannya yang rapi. Mommy ga mau ya kemejanya kotor. Belum foto loh."

"Iya mommy.." Kris segera mengambil tisu dan mengelap mulutnya. Dia memang sudah diwanti-wanti oleh Jesica untuk bersikap manis hari ini jika tidak dia akan diperintahkan diam di kamar hotel. Benar saja sejam kemudian Keluarga Jesica berfoto bersama termasuk Triplets. Senyum Ara ada disana. Dia mencoba terlihat senang diacara ibunya. Setelah Acara foto bersama itu. Setelah itu acara berlanjut ke penggalangan dana untuk membantu sesama. Hal ini menjadi hal yang rutin dilakukan saat Adelard group ulang tahun. Acara ini mirip sekali dengan perayaan di Seazon Company. Ara tak kalah ketinggalan menyumbangkan beberapa uang miliknya begitupun Kay dan Jay. Acara benar-benar selesai pukul 11 malam dan mereka pun berangsur pulang. Jay jelas mengantar Tiara sementara Kay dan Kiran berencana menginap dirumah Kenan sebelum lusa kembali ke Australia. Kenan menunggu mobil Alphard putihnya di depan. Begitupun Dariel yang akan membawa mobil sendiri karena pak Kahar yang akan menyetir untuk Kenan.

"Abang ambil dulu mobil." Ucap Dariel yang masih berada disamping sang ibu. Ara hanya menatap seolah mengatakan iya namun belum juga pergi Dariel kembali lagi. Dia membuka jasnya lalu memakaikannya pada Ara yang memakai gaun dengan pundak terbuka bahkan punggungnya sedikit terlihat jelas.

"Anginnya kenceng." Dariel perhatian lalu pergi lagi tanpa menunggu jawaban Ara. Dia mengambil mobil yang sempat dibawa pak Kahar untuk menjemputnya. Setelah sampai di depan lobi Dariel membantu Ara untuk masuk bersama anak-anaknya. Tak ada obrolan apapun didalam mobil karena Ara pun duduk kursi belakang. Dariel sesekali melihat kearah kaca spion yang menampakkan wajah Ara. Ara sendiri sedang sedang berpikir. Berpikir bagaimana kelanjutan hubungannya. Untuk apa Dariel perhatian jika dia akan meninggalkannya. Ara sudah siap dengan kemungkinan itu. Baginya setelah hari dimana Dariel menanyakan gugatan itu Ara mau tak mau harus menerimanya. Dia akan mempersiapkan mentalnya dari sekarang. Rasanya tanpa kebaikan Dariel belakangan ini dia semakin terbiasa.

***

Dariel baru saja menyelesaikan mandinya. Rasanya begitu lelah setelah pulang dari Medan dan harus melanjutkan acara sementara Ara baru saja mengecek ketiga anaknya. Dia pastikan bahwa ketiganya benar-benar sudah terlelap kemudian Ara menyalakan lampu tidur tak peduli jika Dariel masih mencari kaos miliknya yang jelas Ara pun sudah lelah seharian ini mengurus Ravin yang rewel. Dia mengambil selimutnya lalu memejamkan matanya. Dari sudut lain Dariel melihatnya dengan sedih. Dia merapikan handuknya lalu perlahan naik keatas ranjangnya. Ini adalah pertama kali mereka satu ranjang lagi setelah dirumah mereka selalu tidur terpisah. Dariel melihat punggung Ara yang menjadi pemandangannya. Punggung dengan rambut panjang itu kini ada di depan matanya. Ara merasakan tempat tidurnya bergerak bahkan tak butuh waktu lama dibawah selimut sana ada sesuatu yang terasa dingin menyelinap masu lalu menjalar dari lengan ke arah tangan yang ada diatas guling panjang miliknya. Kali ini aroma sabun tercium dihidungnya. Jelas itu milik seseorang yang baru saja selesai mandi tadi. Tangan Ara merasakan tangan dingin nan lembut itu bergerak pelan ke kiri dan ke kanan. Itu usapan yang begitu lembut. Belum cukup sampai disitu. Kini punuk lehernya pun merasakan sesuatu yang sama dinginnya dengan tangan tadi. Nafasnya seolah menyapu bulu-bulu kecil disekitar sana. Kecupan-kecupan kecil itu kini mengenai kulit putih miliknya. Ara masih mematung. Tak tahu harus berbuat apa. Mungkinkah suaminya itu hanya ingin menyentuhnya dan meminta hak yang sudah lama tertunda?malam ini mungkin nafsu Dariel kembali naik. Ara sendiri tak akan menolak jika benar itu yang diinginkan Dariel. Bagaimanapun Dariel masih menjadi suami sahnya dan dia akan berdosa jika tak menuruti keinginan suami. Kali ini tangan yang sempat mengelus lembut ini berpindah mendekap bahu Ara. Dariel sedang memperat pelukannya.

"Maaf sayang..." Suara Dariel kini terdengar. Suara kecil itu terdengar cukup jelas karena mulut Dariel berada tepat diatas telinganya. Kini wajahnya seakan menempel di pipi Ara. Kecupan-kecupan kecil itu bahkan kini Ara rasakan di pipinya sendiri. Aroma pasta gigi pun tak luput dari penciumannya.

"Maafin Abang sayang." Dariel berucap lagi. Suaminya itu terus mendekapnya seolah Ara tak boleh pergi kemana-mana.

"Abang udah keliru nuduh kamu selingkuh. Maaf...Maaf sayang. Abang udah nyakitin kamu, udah marahin kamu. Abang tinggalin kamu, Abang bentak-bentak kamu bahkan Abang samain kamu sama ibu. Maaf...maaf buat semua perbuatan Abang. Abang khilaf.." Ucap Dariel lagi. Dia tak tahu harus dengan kata apa lagi untuk mengungkapkan penyesalannya. Dia memang gegabah waktu itu. Dia tak mendengarkan penjelasan istrinya sama sekali. Dia pergi begitu saja dengan semua amarah yang merajainya. Dia lupa dengan komitmennya sendiri bersama Ara bahwa mereka akan saling berkompromi, bahwa mereka akan saling mendengarkan satu sama lain, bahwa mereka akan saling jujur. Kemarin Dariel benar-benar melupakan hal itu dan sekarang dia menyesal. Dia menyesal kenapa harus sampai menyakiti Ara?dan mungkin tanpa sadar dia telah menyakiti ketiga anak-anaknya. Dariel menyesal kenapa harus sampai Kenan yang menyadarkannya?padahal ini tak serumit yang dipikirinkan Dariel, tak sekejam yang dibayangkan Dariel. Amarahnya saat itu benar-benar parah dan menyiksa dirinya juga orang lain.

"Maafin ya sayang, Abang ga mau pisah dari kamu. Cuman kamu yang Abang pingin jadi istri abang." Dariel terus berucap sementara Ara belum membalas semua ucapannya maupun tindakannya. Dariel menjadi gelisah. Apakah semua ini sudah terlambat?apakah Ara sudah membencinya?Sepanjang tadipun Ara tak berbicara jika bukan tentang anaknya. Apakah itu tanda bahwa Ara sudah muak dengan dirinya? Ya..mungkin Dariel pantas mendapatkannya. Dia sudah menyiksa Ara selama ini. Istrinya juga pasti punya batas kesabaran. Toh jalan perpisahan adalah jalan yang diusulkan Ara. Dariel kini melonggarkan pelukannya.

***To Be Continue