"Sini bang deket mommy..." Jesica menarik tangan Jay. Dia pun duduk semakin mendekat.
"Abang kerja di SC pun udah pake usaha sendiri sayang. Emang Abang masuk kerja disana, digaji itu cuman sekedar duduk-duduk doang?enggakan?Abang harus mikirin ini, mikirin itu apalagi mimpin perusahaan itu skalanya besar sayang. Pemerintah punya kebijakan apa aja bisa ngaruh sama usaha kita. Menurut mommy Abang juga udah punya usaha sendiri. Cuman caranya berbeda. SC itu usaha keluarga. Abang keluarga Seazon bukan?berarti itu usaha Abang juga. Usaha Kay juga, usaha kakak, usaha kita semua sayang. Kay dari usahanya punya uang, Abang juga sama. Tiap bulan dari hasil mikir Abang, abang digaji. Kalo Kay dibeliin rumah kalo Abang disimpen. Itu bedanya. Sekarang Abang pingin kaya Kay punya rumah. Ya udah bangun aja tabungankan punya. Mommy sama Daddy ga akan ikut campur cuman yang namanya orang tua pasti pingin support anaknya sayang. Daddy sama mommy kasih uang bukan berarti Abang bergantung sama kita, engga bang jangan mikir gitu. Tapi itu tanggung jawab orang tua. Mana ada orang tua yang pingin liat anaknya susah. Ga cuman Abang kok, Kay masih Daddy kirimin uang karena Daddy tanggung jawab sama sekolahnya, Kris apalagi cuman kakak aja yang udan engga karena minta sendiri. Abang juga kalo udah stabil udah bener boleh bilang sama Daddy atau mommy buat stop." Jesica panjang lebar menjelaskan membuat Jay diam. Mungkin dia sedang mencerna setiap perkataan ibunya.
"Jadi bener ya ga mau?duh...Daddy udah kepalang bilang lagi sama bang Fahri. Daddy telepon lagi deh.." Kenan pura-pura mencari handphonenya.
"Jangan dad!!" Jay berteriak membuat Kris sempat menggerakan badannya karena terkejut. Kenan mengusap lagi pelan punggungnya agar Kris tertidur lagi.
"Jadi mau ga nih lamar Tiara?kalau ga mau mending bilang dari sekarang."
"Mau dad, mau..." Jay sambil manggut-manggut membuat Kenan ingin tertawa.
"Udah ya bang jangan insecure gitu sama diri sendiri. Optimis gitu kalo menghadapi masalah. Liat Kay kaya gitu tuh jangan jadi pesimis tapi jadiin motivasi. Kay juga ga maksud nyombongin diri dengan apa yang dia punya. Daddy ga pernah mau banding-bandingin anak-anak Daddy. Semuanya udah punya jalan sendiri buat sukses. Ngerti Abang?"
"Ngerti dad.."
"Daddy denger Abang ngomong gini lagi, Daddy cuekin."
"Jangan dad..."
"Ya udah masuk kamar istirahat. Pikirin mau beli apa. Bulan depan kita ngelamar Tiara."
"Bulan depan?kata Daddy nanti."
"Kasian Abang udah sabar nunggu. Mommy sama Daddy juga mau pergi, terus Kay sama Ran mau balik ke Australia. Mumpung semuanya masih komplit ya dipercepat aja. Kay pasti ngerti. Ga ada sedikitpun niat Abang buat bahagia diatas penderitaan orang lainkan? 40 harian nanti coba Abang bilang pelan-pelan. belajar minta ijin sama kakaknya."
"Iya dad.."
"Tumben ga mau ikut Daddy sama mommy pergi."
"Engga. Aku mau kerja aja. Mommy sama Daddy mau kemana?"
"Mau liburan ke Hawai, Kris kan seneng main air. Sebelum Kris masuk sekolah Daddy ajak main dulu supaya semangat anaknya."
"Ya udah nanti aku anterin ke bandara."
"Abang mandi sana, makan, istirahat ya.."
"Iya mommy." Jay menurut dan pergi ke kamarnya.
"Tiduran dulu Mas Kris dikamar.."
"Nonton dikamar aja yuk.." Kenan mematikan tv-nya lalu mengangkat pelan anaknya menuju kamar.
"Bahaya nih Mas Kris tidur jam segini, malem dia melek." Jesica melirik kearah jam dinding dikamarnya.
"Nanti Mas yang jagain.."
"Iya Daddy.." Jesica seperti mengolok-ngolok. Dia kini mencari posisi nyaman untuk menonton sambil tiduran disusul Kenan disampingnya.
"Nikahin Jay ga kebayang deh."
"Kenapa ga kebayang Mas? ya gitu aja kaya nikahin Kay."
"Tiara sabar ga ya?"
"Pasti sabar.."
"Malam pertamanya gimana ya?ga mungkinkan Mas pantau?"
"Apaan sih malah mikir yang kaya gitu."
"Ya ga kebayang aja nanti Jay gimana. Inget ga waktu pertama kali dia ngerasa ereksi pagi-pagi. Ga tau malu lari-lari ke depan nunjukkin celananya. Waktu itukan ada kakak lagi. Ampun.." Kenan membuat Jesica tertawa sendiri mengingat moment memalukan anaknya.
"Ya bedalah. Jay sekarang udah ngerti hal yang begitu ga bisa sembarangan dia umbar dimana-mana. Dia pernah bilang tahu caranya bikin anak."
"Harus dirumah nih."
"Apa sih Mas. Mikirnya kejauhan. Tiara tuh hebat kok ngadepin Jay. Justru dulu tuh aku sempet mikir. Jay bisa ga ya nikah?dengan sifat dia yang kaya gitu ada ga ya yang mau?Eh...ga tahunya sahabat sendiri jodohnya."
"Yang paling ga nyangka tuh Kay sih. Dulunya bandel banget sekarang kok jadi beda ya. Mas kaget dia bikin rumah sendiri."
"Iya tuh anak ga berhenti bikin kejutan. Bikin spot jantung mulu."
"Meskipun caranya salah seenggaknya rumah tangganya ga ada ribut yang gimana. Liat Kay akur sama istrinya, kakak akur sama Dariel Mas seneng."
"Melow lagi nih tahu-tahu nangis aja."
"Bukan nangis tapi seneng gitu."
"Duh..kakak bisa ga ya jaga si kembar. Tiap hari WA aku, nanya ini nanya itu.Giliran mau nginep ga usah katanya. Gimana kalo kita pergi Mas?duh bikin khawatir gini."
"Belajar nanti juga bisa. Lagian ada Tante Vani yang setiap hari katanya kerumah. Seengaknya kebantu."
"Mas besok ikut ga kerumah kakak?"
"Mas anter dulu aja ya. Mas ke kantor dulu bentar nanti Mas balik lagi."
"Ke kantor atau ke hotel?"
"Ke kantor sayang kalo ke hotel sama kamu aja." Ucap Kenan bertepatan dengan sering telepon Jesica.
- Halo...
Jesica mengangkat namun tidak ada suara di balik telepon.
- Halo...
Jesica mengulanginya lagi membuat Kenan heran.
"Mana sini sama Mas." Kenan mengambil alih handphone istrinya.
- Halo, siapa nih?ada yang bisa dibantu?
Kenan berucap namun kali ini suara telepon terputus terdengar. Dia melihat handphone Jesica dan melihat nomor tak dikenal yang tadi berbicara dengannya.
"Siapa sih ini?"
"Ga tahu Mas, dari kemarin telepon-telepon. Setiap aku jawab dia ga bersuara tapi aneh ga pernah dimatiin."
"Orang iseng nih. Udah blokir aja."
"Siapa ya?"
"Mantan kali."
"Mantan yang mana lagi Mas?"
"Ya...siapalah. Mas ga inget nama-namanya."
"Udah..ini pasti orang iseng."
"Mas cari aja deh siapa, daripada ganggu."
"Ga usah Mas nanti juga cape sendiri." Jesica menarik dirinya sendiri kepelukan Kenan.
"Kalau sebulan ini masih ganggu bilang Mas ya, Mas ga mau kita ke Hawai juga dia ganggu nanti dirumah Mas suruh Reno sama Mario nungguin Jay."
"Iya Mas.."
"Itu Mario kalo aku punya anak perempuan udah aku jodohin."
"Kenapa emang?cakep?"
"Ya wajarlah cowok namanya."
"Kamu suka?"
"Bukan suka Mas. Waktu itu ngobrol-ngobrol sama Mario. Kasian anak yatim piatu. Punya anak satu tapi ga pernah nikah. Pacarnya hamil, mau dinikahin ga mau eh udah lahiran anaknya dikasihin gitu aja sama Mario."
"Ya udahlah palingan sekarang udah punya pacar lagi."
"Jealous.... jealous..." Jesica menangkup pipi Kenan diatasnya.
"Suruh Erik aja deh Mas nanti."
"Ish...ga boleh gitu. Rejeki orang."
"Awas main mata sama Mario. Liat kamu sama Jonathan aja Mas masih kepikiran.."
"Engga Mas, ya ampun..." Jesica memutar bola matanya melihat tingkah laku suaminya.
***To Be Continue