WARNING!!Dalam cerita ini mengandung muatan dewasa. Harap kebijksanaan pembaca. Bagi pembaca yang dibawah umur atau yang tidak nyaman dengan cerita ini, Dianjurkan untuk tidak membaca chapter ini
Kiran keluar dari kamar dengan kemeja kebesaran milik Kay yang kemarin dia gunakan. Dia mencari keberadaan Kay dimana. Tak jauh darisana dia melihat sebuah ruangan dengan pintu terbuka dimana ada Kay yang sedang berolahraga. Dia menggunakan celana merah parasut sementara Dada terbukanya kini sudah dipenuhi keringat. Kiran bersandar dengan tangan terlipat. Dia berdiri dekat pintu memperhatikan bagaimana sang suami berolahraga dan memperlihatkan otot-ototnya. Sorot mata Kay kini menyadari ada seseorang yang mengawasinya. Dengan tersenyum Kay mengambil handuk kecilnya lalu menghampiri Kiran.
"Morning..." Sapa Kay sambil mengecup pipinya. Dengan manis Kiran menyambutnya dan mengalungkan tangannya di leher Kay.
"Morning.."
"Tidur nyenyak semalem?"
"Nyenyak. Kamu?"
"Nyenyak banget. Ada kamu sekarang jadi tidurnya ga sepi." Ucapan Kay membuat Kiran tersenyum.
"Mau sarapan apa?"
"Roti bakar aja sayang kasih peanut butter sama...jus jeruk."
"Ya udah aku siapin."
"Aku nyusul, bentar lagi aku turun. Aku beresin dulu ya.."
"Iya.." Kiran menurut tapi sebelum melangkah pergi tangannya menarik kepala Kay membuat dia menciumnya. Melihat Kay seperti ini benar-benar menggoda Kiran. Dia sudah tak tahan tadi ingin mencium suaminya. Bibir mereka bertemu. Saling mencercap satu sama lain. saling membasahi dan tentu saja saling menikmati.
"Jangan lama-lama.." Kiran menarik diri hingga terdengar bunyi dalam ciuman mereka.
"Iya sayang." Kay dengan senyuman. Setelah Kiran pergi menuju dapur, Kay senyum-senyum sendiri sambil membereskan semua peralatan yang dia gunakan. Kepulangan mereka ke Australia ternyata membuat mood Kiran semakin baik dan hubungan mereka jauh lebih mesra dari sebelumnya. Kay senang karena biasanya Kiran pendiam dan ceria di beberapa moment saja tapi hari ini berbeda. Selesai merapikan ruang olahraganya Kay menuruni tangga dan melihat sang istri dengan begitu seksi bermain-majn di dapur. Kemejanya yang kebesaran membuat Kiran terlihat menggoda dimata Kay. Suaminya itu kini menarik kursi tinggi bundar dan duduk disana. Jus jeruk yang dia minta sudah ada namun sebelum dia meneguknya Kay lebih suka minum air putih terlebih dahulu.
"Ini rotinya." Kiran meletakkan piring berisikan roti yang diminta Kay sementara dia kini duduk dipangkuan sang suami dengan manja.
"Makasih.." Kay mengambil roti itu lalu memakannya lahap begitupun Kiran.
"Hari ini mau kemana sayang?sebelum besok aku mulai kuliah lagi kita jalan-jalan aja yuk."
"Jalan-jalan?aku kan udah pernah jalan-jalan disini."
"Itu udah lama banget sayang hampir setahun yang lalu. Kamu ada kepingin ngelakuin apa nanti sambil nunggu aku kuliah? kita beli alat-alatnya. Aku ga mau kamu bosen disini. Perlu aku cariin pembantu sayang?"
"Pertanyaannya banyak banget. Satu-satu dong."
"Oke. aku tanya dulu, kamu pingin aku cariin pembantu ga buat bantuin beres-beres?"
"Engga nanti kita ga bisa bebas kaya gini atau kalaupun bisa aku ga suka pembantu aku liat-liat kamu telanjang dada macam gini. Aku bisa kok beres-beres sendiri, ya... meskipun ga serapi yang kamu mau.."
"Nanti aku bantuin sayang. Sekarang aku tanya lagi, kamu pingin ngelakuin apa selama disini?kamu juga harus ada kegiatan dong."
"Aku pingin ngevlog lagi sambil gambar-gambar. Kali aja dapat penghasilan dari situ."
"Oke hari ini kita beli barang yang kamu butuhin soal penghasilan aku ga maksa sayang kan ada aku. Kamu mau apa tinggal bilang."
"Aku tuh biasanya digaji tiap bulan sekarang ga ada."
"Nanti aku yang gaji."
"Bedalah rasanya."
"Ya udah sabar ya. Udah aku lulus kita lakuin yang kamu mau." Kay mendekap tubuh istrinya lalu meletakkan wajahnya dipundak Kiran.
"Kita mau pulang berapa lama sekali? 3 bulan?6 bulan?kita harus tengokin rumah juga sayang sama ke makam."
"Sesuain sama jadwal kamu aja. Pokoknya aku pingin kamu lulus deh sekarang. Aku ga mau kamu lama-lamain lagi kalo kita pulang."
"Iya-iya. Aku bakalan cepet lulus buat kamu."
"Mas Kay...." Panggilan Kiran membuat Kay tertawa kecil.
"Iya sayang..."
"Semalem Mas hebat deh, aku sampe keluar berkali-kali." Ucap Kiran membuat Kay mengerti apa maksudnya. Ah...kenapa Kiran harus berbicara seperti itu sih. Diakan jadi bernafsu.
"Kamu mainnya enak sih jadi aku ketagihan.." Kay membalas dengan komentar nakalnya. Kiran hanya tersenyum-senyum mendengarnya.
"I love you Darling.."
"I love you too.." Jawab Kiran. Kay sudah tak tahan lagi. Dia mengajak Kiran berdiri lalu mengangkatnya untuk duduk dimeja makan. Mereka kini saling memandang namun tangan Kiran dengan nakalnya melesat memegangi kejantanan suaminya begitupun Kay yang membuka kancing kemeja yang digunakan Kiran. Mereka seolah tahu sama tahu apa yang diinginkan. Kay tak melepaskannya tapi membiarkan kemeja itu menggantung disana. Ketika sudah terlihat bulatan itu, Kay memainkan puting yang sudah menegang dengan lidahnya. Memutar-mutar disana lalu dengan sekali tarikan menghisapnya.
"Disini aja ya.." Pinta Kay sudah tak tahan. Kini dia menarik turun celana dalam Kiran begitupun celana pendek miliknya. Dia sudah siap untuk melesatkan miliknya masuk dalam liang kenikmatan di depannya. Dalam hitungan detik pusakanya itu masuk diiringi desahan Kiran.
"Ahhh...ahh..." Kay mendorong kuat miliknya masuk dan keluar. Tangannya dia letakkan diantara bokong istrinya yang menggoda. Meremas-remasnya disana.
"Liathhh...aku hhh Mas hhh.." Kiran berusaha berbicara membuat Kay menurutinya. Kay memandangnya dengan sensasi kenikmatan lalu mereka berciuman lagi dengan panas. Rasa jeruk begitu terasa dimulut suaminya. Selayaknya mesin, pantatnya tak bisa berhenti untuk bergerak. Semakin digerakkan semakin nikmat.
"Ahh...ahh.." Desah Kiran dengan tangan mendekap kepala Kay yang bersembunyi di dadanya.
"Pegangan sayanghhh." Kay kini menggendong istrinya tanpa perlu melepaskan peraduan mereka. Dia membawanya ke sofa ruang tamunya. Kay membaringkannya disana lalu menggenjot lagi, miliknya keluar dan masuk membuat payudara Kiran bergerak naik turun. uh...sangat menggoda. Miliknya seakan terus menerus menegang melihat pemandangan itu. Selang beberapa menit Kiran berdiri berpegangan pada sofa sementara dibelakanganya Kay sudah siap bergerak lagi. Ah...milik Kay terasa terhimpit sekarang. Kay menciumi punggung istrinya.
"Ahhh....Ahhh... Hhnmm..." Kiran mendesah-desah nikmat. Kay menangkup payudaranya dengan tangan. Meremasnya lembut. Kali ini Kiran perlahan mendorong Kay duduk di kursi tunggal yang ada dibelakangnya sementara Kiran tetap membelakanginya dan mulai aktif bergerak. Kay bersandar menikmati gerakan yang dibuat istrinya. Jika dilihat dari belakang tubuh Kiran sudah kembali normal pasca bersalin. Rambut panjangnya kini sudah berantakan tak karuan. Entah berapa lama mereka bercinta tapi sejak hari pertama berada di Australia Kay benar-benar ingin menyentuh Kiran hanya saja waktu itu dia belum berani sampai Kiran memintanya terlebih dahulu.
"Ahhh...aku keluar..." Kiran bergerak lemas begitu Kay yang menyemprotkan cairan miliknya didalam.
"Tahan sayang...aku lagi keluar..." Kay memegangi pinggang Kiran. Nafas mereka terengah-engah sekarang. Kiran langsung menyandarkan badannya kebelakang.
"Cape?"
"Kita harus keluar rumah, kalo engga kita bisa terus-terusan lakuin ini. Dari kemarin kerjaan kita makan dan berhubungan seks."
"Ga papa dong. Aku suka." Kay sambil mendekap istrinya. Kiran tersenyum. Dia tahu Kay sedang berpikiran mesum terus.
"Kamu pingin bikin aku hamil ya?"
"Aku pingin punya anak dari kamu, yang cantik, yang ganteng."
"Selesain kuliah kamu dulu deh, supaya ga ribet."
"Kali ini kamu hamilnya di Australia aja sayang. Ada aku atau nanti orang tua kamu aku ajakin kesini. Itupun aku ga maksa. Kalo kamu siap hamil aku juga siap.." Kay membuat Kiran diam sejenak sementara tangannya memegangi tangan Kay yang berada tak jauh dari kemaluan mereka yang masih melekat.
"Kalo kamu pingin tahu kepingin aku, waktu aku lulus nanti, kita pulang udah bertiga sayang. Kita pulang kerumah kita bareng-bareng." Kay ternyata sudah membayangkan memiliki keluarga yang komplit. Kiran tersentuh dengan mimpinya.
"Aku mau asal kamu jangan tinggalin aku lagi."
"Engga. Ga akan sayang. Aku janji." Mengecup pipi Kiran disampingnya.
***To Be Continue