Teman-teman Dariel dan Ara datang berkunjung kerumah setelah mengetahui Ara sudah pulang. Sebelumnya setelah beberapa hari dirumah sakit akhirnya mereka diperbolehkan untuk pulang. Dariel sangat bersemangat kala itu. Kini dia bisa merasakan rasanya sebagai orang tua sesungguhnya.
"aaa...lucu banget..." Mia memberi komentar pada salah satu anak bayi yang kini digendong Farah. Itu Ravindra. Dia sedang tertidur nyenyak.
"Gio awas lu jangan asal, anak gw itu.." Dariel memperingati Gio yang juga ingin menggendong si kecil.
"Engga. Gini-gini juga gw bisa gendong. Luna dulu gw gendong."
"Pah lucu bayinya, Luna pingin punya adik.." Ucap anak Farah membuat Sandi tersenyum.
"Ciw ciw kerja lembur nih bro.." Gio menggoda.
"Sstt...ada anak gw..."
"Heboh dong Ra nyusuinnya?tiga anak begini?"
"Iya Rah kadang. Kalo udah dua nangis, udah bingung deh mana dulu. ASI gw juga ga cukup padahal udah bikin stok tetep aja kurang."
"Namanya juga anak cowok kuat nyusunya."
"Enak jadi bapak Riel?" Tanya Chandra.
"Enak dong. Seneng. Rumah rame, pagi, siang, malem rame terus."
"Sering gadang dong.."
"Kadang-kadang sih tapi selama ini anak gw bukan tipe rewel cuman ya tadi berebut ASI paling."
"Udah lengkap ya Riel, cewek punya, cowok ada."
"Alhamdulillah sekali jadi." Dariel senang. Belum pernah dia merasa sesenang ini.
"Adik gw gimana dikantor?bikin ulah?"
"Engga tapi orangnya selektif banget ya nyari sekretaris aja sampe sekarang belum ada yang klop. Admin gw sampe bingung katanya harus neleponin siapa lagi." Jawab Sonya.
"Emang begitu tapi orangnya ga neko-neko sebenernya."
"Tapi kalo liat apa-apa tuh detail banget Ra sampe ada yang typo dikit aja dikoment." Ucap Chandra mengingat moment dimana dia menyerahkan dokumen pada Jay dan adik Ara itu tak mau menandatangi karena dalam satu kalimat ada typo.
"Di omongin dong sekantor?ada yang ngomongin jelek ga?"
"Sejauh ini gw belum denger. Cuman cewek-cewek aja tuh bilang cakep."
"Kalo bisa jangan nunjukkin pisau aja depan dia. Dia ga suka. Bisa ngamuk Ade gw..."
"Tapi Kay mirip banget gila sama bokap lu. Kaya lu versi ceweknya Kay versi cowoknya." Puji Mia yang sebenarnya sedikit tertarik saat melihat wajah Kay di acara penyambutan Jay.
"Emang Jay engga apa?"
"Kalo Jay ada wajah-wajah emaknya."
"Istrinya yang lu ceritain anaknya meninggal itu yang mana sih?yang pake dres biru atau yang pake kemeja putih?"
"Yang pake dres biru Rah.."
"Ga keliatan udah melahirkannya."
"Ya...namanya juga orang sedih. Berat badan langsung susut tuh."
"Yang pake kemeja putih siapa?sodara lu?gw deketin ah.." Gio bersemangat.
"Enak aja. Pacar adik gw itu."
"Hah?udah punya pacar?"
"Namanya Tiara cinta monyetnya, cinta pertamanya tuh."
"Ya...ga jadi.." Gio melemas mengetahui wanita incarannya ternyata kekasih Jay.
"Nanti kalo ada apa-apa sama Ade gw, bilang aja."
"Sejauh ini baik sih mungkin karena pak Jay orangnya jarang ngomong.."
"Dia sempet ngerengek tuh sama Daddy ga suka dipanggil bapak."
"Seurius?"
"Iya Chan... makannya maklumin aja kalo sometimes sifat Ade gw emang kaya anak kecil tapi dia ngegemesin kok orangnya. Lucu, yang paling penting dia orangnya jujur." Ucapan Ara bertepatan dengan salah satu anaknya yang mulai bersuara. Mungkin dia terganggu dengan suara Ara dan teman-temannya.
"Eh..anak papi bangun.." Dariel segera meraih anaknya. Cara bicaranya membuat teman-temannya tertawa.
"Iya papi Dariel.." Ledek Gio.
"Dariel tuh the best. Papi siaga. Gw bangun, Dariel juga bangun."
"Ah...paling awal-awal Ra..." Farah senyum-senyum sambil melirik Sandi sementara suaminya itu hanya tersenyum tanpa dosa. Sementara Dariel mulai menimang anaknya dengan perlahan. Ini adalah moment yang paling Dariel suka. menggendong bayi kecilnya. Ara segera ikut berdiri dan melihat bayinya.
"Mau aku susuin bang?"
"Ga usah, mungkin Davin keganggu aja sama suaranya. Dia tidur lagi." Dariel mengusap pelan kepalanya.
"2 jam sekali harus di susuin bang.."
"Belum 2 jam sayang."
"Kata siapa?Abang ngitung?"
"Iyalah. Abang inget, Karin dulu, Ravin baru Davin."
"Ih...gemes sama papinya." Ara mencubit pelan pipi Dariel. Sejak memiliki anak memang perhatian Dariel begitu teralihkan. Pernah suatu kali Dariel bekerja dirumah dengan seurius namun ketika mendengar anaknya merengek Dariel segera berhenti dan melihat anaknya. Cuman anak-anaknya yang bisa membuat Dariel berhenti dari kesibukannya. Ara saja dari dulu tak bisa.
****
"Kris Daddy bilang apa?kalo makan pake tangan mana?"
"Ini dad.."
"Ya udah makan yang yang bener. Liat kaya Farel."
"Iya dad.." Kris menurut. Kini Kenan dan Jesica sudah berada di sebuah tempat makan bersama dengan Fahri, Dena dan anak-anaknya kecuali Tiara.
"Gw ada rencana nih Ken, pindah kesini."
"Pindah?"
"Iya Ken. Anak disini, kampung istri disini, sekarang kerjaan juga ada disini jadi..kayanya mau pindah aja."
"Usaha yang di Jogja gimana?"
"Bisalah sekali-kali kesana, toh juga kalo darisini ke Bandung lebih deket. Ketemu keluarga bisa tambah intens."
"Ya udah pindah aja bang jadi Mas Ken ada temen selain Alex.." Canda Jesica.
"Iya ka. Lagi nyari-nyari juga rumah disini sekalian cari sekolah buat Tara sama Farel."
"Ya..Tara jadi harus pindah sekolah ya." Jesica memperhatikan Tara yang sedang sibuk makan.
"Eh anak lu udah lahirankan?"
"Udah, sekarang udah pulang ke rumah."
"Gw sama yang lain mau nengokkin."
"Ya udah besok aja gimana?"
"Boleh tuh, pingin liat gw cucu mahal." Ucap Dena yang tahu jika Ara bisa hamil karena program bayi tabung yang tentu saja tak murah. Kenan dan Jesica hanya senyum-senyum.
"Bang mau ikut ga besok?"
"Iya ikut.."
"Eh gw baru ngeh kemarin-kemarin Tiara manggil Jay abang juga sama kaya lu. Sumpah gw pingin ketawa. Lucu aja, pas ketahuan Jay-nya langsung malu gitu sampe merah mukanya."
"Anak gw emang pemalu tapi kadang juga ga tahu malu."
"Kebetulan lagi bahas Jay sama Tiara. Gw mau jujur-jujuran nih bang.." Kenan membuka pembicaraan tentang hubungan anak mereka.
"Kenapa?ada masalah lagi?"
"Ga ada bang. Cuman gw mau nanya sama bang Fahri sama Dena. Keberatan ga Jay sama Tiara. Maksudnya...kalian tahulah gimana kondisi Jay. Dia punya keunikan sendiri ga kaya cowok lain. Selama ini Tiara bawa pengaruh baik, gw bilang makasih. Cuman...kalo kalian keberatan tentang hubungan mereka gw ga papa nanti gw kasih pengertian sama anaknya." Ucapan Kenan membuat Dena melihat kearah suaminya yang sedang makan. Fahri rasa obrolan ini menjurus ke arah yang seurius. Dia mulai berhenti mengunyah.
"Ya...jujur Jay kan ga kaya cowok lain ya Ken. Gw kadang mikir oh mungkin Jay dan Tiara temenan aja atau mungkin mereka sahabat deket. Samalah kaya Muel ke Tiara. Awal-awal gw ga nyangka kalo emang mereka bakal sedeket ini.Gw..."
"Bang...ga usah ga enak. Kalo ada apa-apa bilang aja." Kenan memotong pembicaraan Fahri tadi.
***To Be Continue