Chapter 335 - Mitoni

Mitoni, tingkeban, atau Tujuh bulanan merupakan suatu prosesi adat Jawa yang ditujukan pada wanita yang telah memasuki masa tujuh bulan kehamilan. Acara ini merupakan sebuah doa agar pertolongan datang pada si bunda yang sedang mengandung. Selain mohon doa akan kelancaran dalam bersalin, acara mitoni ini juga disertai doa agar kelak si anak menjadi pribadi yang baik dan berbakti. Karena ini adalah kehamilan yang ditunggu-tunggu dan merupakan anak pertama Dariel dan Ara tentu saja mereka tak tanggung-tanggung untuk menggelar acara itu. Rasanya ini acara terheboh, termegah di komplek rumah mereka. Acara ini diawali oleh sambutan dari Dariel yang memberikan ucapan terima kasih kepada semua teman, keluarga, tetangga yang sudah bersedia hadir untuk mendoakan bayinya. Setelah itu dilanjut dengan acara pengajian dan doa bersama. Setelah itu Ara melakukan acara sungkeman kepada Oma, opa, orang tuanya serta mertuanya. Untuk meminta restu agar semua persalinan berjalan dengan lancar dan tak ada kekurangan apapun. Kali ini Ara sedang melakukan prosesi siraman yang di lakukan oleh para sesepuh sebanyak 7 orang termasuk Pak Stefan beserta istrinya, oma, opa, Kenan dan Jesica serta tak terlewat Dariel. Siraman ini bermakna memohon doa restu agar proses persalinan lancar dan anak yang akan dilahirkan selamat dan sehat jasmani dan rohani. Setelah siraman selesai, dilanjutkan dengan upacara memasukan telur ayam dan cengkir gading. Dariel memasukan telur ayam mentah ke dalam kain yang di kenakan oleh Ara melalui perut sampai pecah kemudian menyusul kedua cengkir gading di teroboskan dari atas ke dalam kain sambil di terima di bawah oleh Jesica dan kelapa gading tersebut di gendong olehnya lalu diletakkan sementara di kamar. Hal ini merupakan symbol harapan semoga bayi akan lahir dengan mudah tanpa ada halangan. Selesai dengan semua prosesi tadi Ara kini mengenakan kain putih sebagai dasar pakaian pertama, kain tersebut melambangkan bahwa bayi yang akan di lahirkan adalah suci dan mendapat berkah dari Tuhan YME. Ara berganti baju 6 kali dengan di iringi pertanyaan " sudah pantas belum?", dan di jawab oleh ibu ibu yang hadir " belum pantas" sampai yang terakhir ke tujuh kali di jawab " pantas". Ara benar-benar malu untuk melakukan ini sebenarnya. Setelah selesai mengenakan kain dan kebaya sebanyak 7 kali, dilaksanakan pemutusan benang lawe atau janur yang di lingkarkan di perut calon ibu, di lakukan oleh Dariel dengan maksud agar bayi yang di kandung akan lahir dengan mudah. Semua prosesi dilakukan Ara dan Dariel dengan penuh kegembiraan. Acara ditutup dengan prosesi dodol rujak atau jualan rujak demi masa depan anak yang mumpuni secara finansial. Ara akan membuat rujak yang kemudian akan dijual kepada para tamu. Para tamu pun akan membelinya dengan kereweng atau uang-uangan dari bahan tanah liat. Prosesi ini pun merupakan sebuah harapan agar si anak dapat mendapat banyak rejeki untuk dirinya dan juga bagi kedua orang tua mereka. Jay yang melihat kakaknya ikut senang dan dengan melihat perutnya yang besar dia jadi tak tega jika harus membiarkan kakaknya bekerja. Untuk berjalan saja dia sekarang sudah engap-engapan. Dalam moment itu pun Kay dan Kiran hadir namun keduanya terlihat tak semanis biasanya. Entahlah sepertinya ada sesuatu yang terjadi. Meskipun begitu Kay dan Kiran tak ingin menunjukkannya di depan Kenan dan Jesica. Beda lagi dengan Jay yang membawa Tiara karena ingin dia perkenalkan dengan sang kakek yang sempat protes tak melihat wajah calon istri cucunya itu.

"Bulan depan ada yang mau lahiran, Udah ga sabar nih opa liat bayi-bayi lagi."

"Kalian belum berangkat emang diijinin Ran ikut terbang tapi udah deket gini?bahaya loh.."

"Ran bakalan lahiran disini mom.." Jawab Kay sambil memakan buah-buahan disana. Sorot matanya tak menampakkan kebahagiaan padahal sebentar lagi dia akan menjadi ayah.

"Disini?kok ga ngasih tahu?"

"Ehmm.....kita lupa, maaf..." Kay mencari alasan lagi.

"Ya udahlah, ga penting lahiran dimana yang penting anaknya keluarnya sehat. Kalo Ran disini kan Daddy juga bisa liat Ran bisa liat kakak.." Kenan memberi komentar namun Kay hanya diam saja. Sepertinya ini alasan dibalik sikap mereka.

"Iya dad.." Kiran mulai bersuara.

"Kak, udah belanja-belanja?"

"Belum mom.."

"Bareng aja besok sama Ran. Ran libur kan?"

"Libur mom.."

"Kapan cutinya Ran?udah gede gitu, hati-hati."

"Minggu depan udah cuti kak.."

"Kakak juga udah cuti ya. Jay mau masuk tuh.."

"Beneran dad?"

"Tuh tanya anaknya."

"Iya bener kak. Kakak istirahat aja." Jay akhirnya pasrah dengan keinginan ayahnya.

"Jay masuk SC dad?"

"Iya Kay, kalo Abang Kay kapan?"

"Ah...aku ga tahu. Belum tahu mau ngapain.."

"Ye...harus direncanain dong buat anak kamu."

"Iya dad nanti aku pikirin.."

"Opa mau temuin pak Stefan dulu, udah lama ga ketemu."

"Tiara mana ya.." Jay juga mencari seseorang. Kini dia berjalan menelusuri rumah Ara. Wanitanya itu ternyata sedang mengambil minum dan kue macaron.

"Aku cariin kamu.."

"Kuenya enak bang.."

"Bikinan mommy sama Kay itu."

"Ih Apa sih bang.." Protes Tiara saat Jay mengecup pipinya. Dia takut ada orang lain yang melihat adegan itu terlebih dirumah Ara masih cukup ramai.

"Aku iri."

"Iri apa?"

"Kakak bentar lagi punya anak, Ran bahkan mau lahiran bulan depan. Liat pasangan udah nikah, punya anak aku iri."

"Harusnya seneng itu keluarga Abang."

"Aku juga bisa bikin kamu hamil." Perkataan Jay membuat Tiara terkejut dia segera menutup mulut pacarnya itu.

"Sstt....bang jangan ngomong gitu. Kalo orang lain denger bisa salah paham."

"Salah paham apa?aku ga ngapa-ngapain.." Jay menarik tangan Tiara.

"Ya emang engga tapi kesannya ada niat."

"Aku emang niat.."

"Bang..." Tegur Tiara.

"Maksudnya nanti." Jay senyum-senyum sementara Tiara hanya memandanginya. Dia heran dengan semua ucapan Jay tadi.

"Tiara..."

"Iya..."

"Aku...aku..."

"Apa sih ngomongnya lama, lagi gugup?"

"Engga jadi.."

"Aish...sebel aku kalo Abang gitu pasti ada sesuatu."

"Nanti aja kalo udah deket."

"Apa yang deket?"

"Ya nanti aja.." Jay segera meraih kue macaronnya untuk menutup mulut lalu berlalu pergi.

"Bang apa?apa sih?" Tiara penasaran mengejarnya sementara Jay senyum-senyum sendiri. Sementara itu sambil mengobrol dengan semua rekannya Dariel tak henti tersenyum girang. Kali ini dia dapat melihat dengan jelas telapak kaki yang tercetak diperut istrinya. Sepertinya salah satu anaknya ada yang bergerak aktif. Mungkin...anaknya juga menikmati acara yang sedang berlangsung hari ini.

"Masih sakit punggungnya sayang?" Dariel sesekali mengusap pelan punggung Ara. Itu adalah keluhan yang wajar diusia kehamilan Ara yang akan segera menuju ke persalinan. Apalagi ada 3 bayi dalam perutnya.

"Abang ganteng pake baju kaya gitu."

"Wah kayanya anaknya bakalan mirip Abang, maminya muji-muji terus daritadi. Sabar sayang bentar lagi kita ketemu.." Dariel mengecup kening Ara sebentar.

***To Be Continue