Chereads / I don't know you, but I Married you / Chapter 324 - Hadiah anniversary

Chapter 324 - Hadiah anniversary

"Saya ini sebenarnya sudah curiga dari beberapa Minggu yang lalu hanya saya belum yakin tapi sepertinya sekarang saya sudah yakin dengan dugaan saya.."

"Kenapa dok?" Tanya Dariel sedikit panik begitupun Ara yang masih berbaring disana.

"Saya melihat adanya pembelahan zigot dari satu menjadi 2. Sebelumnya detak jantung yang terdeteksi hanya dua tapi kali ini sepertinya ada 3 pak." Ucapan Dokter Wira membuat Ara dan Dariel terkejut. Tiga?apa itu artinya Ara hamil kembar tiga atau biasa orang sebut dengan triplets?. Dokter segera menyudahi pemeriksaan USGnya dan memilih untuk menjelaskan apa yang terjadi sambil duduk.

"Bu Ara ini hamil kembar 3 atau 1 fraternal dan 2 identik. Ini berita bagus pasti ya Bu, pak, tapi tetap saya harus mengingatkan resiko-resiko dengan kehamilan triplest ini." Dokter Wira mulai menjelaskan resiko-resiko yang mungkin akan dihadapi di masa kehamilan Ara nanti. Mulai dari kemungkinan gangguan pertumbuhan di dalam rahim (IUGR), pada kembar tiga, IUGR biasanya mulai terjadi pada usia kandungan 27โ€“28 minggu, selain itu adanya resiko Vanishing twin syndrome (VTS) yang merupakan kondisi ketika satu atau lebih janin di dalam kandungan menghilang atau keguguran, Twin-to-twin transfusion syndrome (TTTS) yang terjadi ketika salah satu janin kembar mendapatkan pasokan darah lebih banyak dibandingkan dengan janin lainnya bahkan ada kemungkinan juga bagi Ara dan Dariel mengalami kelahiran yang prematur. Dari penjelasan-penjelasan itu mereka sedikit banyaknya mengerti langkah apa yang harus diambil untuk menjaga kehamilan Ara itu. Pulang dari rumah sakit mendadak Dariel tak jadi ke kantornya. Dia memilih untuk memanggil Jonathan kerumahnya. Dia ingin menemani Ara yang meskipun memiliki khawatiran namun tak bisa dia pungkiri dia bahagia. Dia terlalu bahagia karena jika tak ada halangan apapun dia akan memiliki anak tiga sekaligus. Ternyata benar semua akan indah pada waktunya.

"Bang belanja dulu ya Bentar..."

"Iya sayang...Udah dijelasin tuh sama dokter Wira, harus gimana. Jadi... sehat-sehat ya mami..." Ucapan Dariel membuat Ara tersipu. Dia senang dengan panggilan itu. Akhirnya impiannya menjadi seorang ibu akan terwujud.

"Aku kasih tahu Daddy sama mommy nanti aja di acara 4 bulanannya Ran.."

"Kayanya Rena bakalan seneng punya keponakan tiga mungkin Abang mau cari pembantu buat nemenin kamu."

"Pembantu?bukannya abang anti?"

"Soalnya kalo abang kerja kamu sendiri bahaya.."

"Kan ada pak Nana.."

"Pak Nana kan di depan jaganya. Kalo pembantu bisa nemenin kamu didalem. Seengaknya yang kaya bi Tini, dari jam 8 sampe jam Abang pulang."

"Iya papi Dariel..." Ara membalas dengan panggilan baru juga membuat Dariel tersenyum. Dia sebenarnya sudah tak sabar menanti kelahiran ketiga anaknya. Dia ingin waktu segera berlalu. Sesampainya disebuah supermarket rasanya Dariel ingin memborong semua sayuran dan makanan yang ada disini. Ara membutuhkan nutrisi dan gizi yang cukup jadi dia harus mempunyai stok makanan itu. Tak tanggung-tanggung Dariel pun membeli semua jenis buah-buahan yang ada disana. Saat sedang asyik memasukkan jeruk matanya terpaku pada seseorang yang ada dihadapannya. Seorang wanita yang juga sedang memasukkan beberapa buah apel kedalam plastik berwarna putih bening. Sang ibunda dengan tenang memilih buah terbaik untuk dibeli. Dariel sudah berjanji tak akan menganggunya jadi daripada menghampirinya ibunya lebih baik melihatnya saja padahal rasa hati ingin mengatakan bahwa dia akan menjadi nenek sebentar lagi. Dariel menatapnya dengan tenang, Ibunya itu tampak sehat. Tidak lama seseorang datang menghampiri ibunya. Itu juga sosok yang dikenalnya. Itu ayah tirinya. Dia langsung berbicara entah apa yang jelas Dariel tak terlalu bisa mendengarnya.

"Bang, jangan banyak-banyak. Siapa yang mau makan?" Ara protes saat melihat banyaknya buah jeruk dalam plastik. Dariel sampai lupa kalo dia sedang membeli buah.

"Eh iya sayang..." Dariel segera menumpahkan kembali jeruknya sebagian.

"Kamu beli apa?"

"Aku beli telur.."

"Ya udah liat lagi yang lain yuk..."

"Bang ini udah banyak.."

"Belum sayang, masih ada yang kurang..." Dariel lalu merangkul bahu Ara dan berjalan ke rak makanan yang lain dan menghiraukan kejadian yang menyedihkan tadi.

***

Jonathan sudah pergi sejak sejam yang lalu tapi Dariel masih bergelut dengan pekerjaannya didepan. Laptopnya masih menyala bahkan menujukkan beberapa tampilan angka yang sedang Dariel analisa. Tidak lama Ara datang dengan mangkok bubur beras merahnya. Sejak beberapa hari yang lalu hanya bubur bayi itu yang dia suka.

"Bang..." Ara dengan paksa meminta untuk duduk didepan Dariel seolah tak ingin suaminya bekerja lagi. Dariel bergerak lebih mundur agar Ara yang duduk disana lebih nyaman. Kedua kakinya di lebarkan.

"Kenapa sayang?" Tanya Dariel takut-takut Ara membutuhkan sesuatu.

"Udah dong kerjanya."

"Iya-iya udah." Ucap Dariel lalu mematikan laptop dengan tangan panjangnya. Setelah itu dia mengelus-elus pelan perut Ara.

"Emang makan itu cukup?kasian bayinya masih lapar sayang. Abang potongin buah ya supaya ada vitaminnya..."

"Takut ga kemakan nanti. "

"Cobain aja dulu, kalo engga kemakan Abang yang abisin. Biar Abang bikini bubur alpukat ya..." Dariel mengangkat perlahan kakinya dan menuju dapur. Dia segera mencari 2 buah alpukat dan menyendokkannya perlahan kedalam mangkuk. Setelah itu dia tekan-tekan agar alpukat itu melembek. Dariel menambahkan sedikit susu agar rasanya tak terlalu pahit lalu segera kembali menemui istrinya.

"Nih..." Dariel menggantikan mangkok Ara yang sudah kosong dengan makanan buatannya.

"Abang baik banget sih..." Puji Ara sambil senyum-senyum.

"Kemarin-kemarinkan kamu yang udah mau ribet, sana sini, sekarang giliran Abang..." Ucap Dariel sambil membereskan semua dokumennya yang berantakan diatas meja.

"Tadi di supermarket aku liat ibunya Abang..."

"Iya.." Dariel singkat.

"Aku kira Abang mau nyamperin."

"Engga. Biarin aja..."

"Ibu Abang udah tahu Nayla kerja di kantor Abang?"

"Belum kayanya."

"Di..."

"Sayang..." Dariel segera memotong pembicaraan Ara. Dia tak mood membicarakan ini. Kini dia berlutut didepan istrinya.

"Aku ga papa. Biarin aja ibu aku mau gimana. Aku bukan ga peduli tapi...aku udah pernah bilang kalo aku mau lebih nerima kondisi aku dan orang tua aku sekarang. Dibanding mereka kamu sekarang lebih penting. Aku udah hidup tenang sekarang sama kamu sambil nunggu calon anak-anak kita." Dariel dengan senyumannya.

"Iya bang maaf..."

"Ga papa sayang seengaknya hari ini Abang lagi seneng. Kado anniversary-nya ada si kembar." Dariel mencium perut Istrinya.

"Ga sabar pingin USG lagi liat jenis kelaminnya, aku juga pingin belanja-belanja baju bayi, beli perlengkapan bayi, bikin kamarnya.."

"Sabar sayang, nanti juga ga kerasa udah deket aja."

"Kita juga harus siapin 3 nama bang..."

"Iya nanti kita pikirin yang bagus.." Dariel sambil melihat wajah Ara yang begitu antusias menyiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan bayinya.

***To Be Continue