Chereads / I don't know you, but I Married you / Chapter 310 - Kenan Family

Chapter 310 - Kenan Family

Kenan dan yang lain sudah ada disana. Mereka tampak memesan makanan terlebih dahulu. Jay terlihat disudut sedang menelpon seseorang. Kenan yakin itu Tiara.

"Jadikan malem ini kangen-kangenan?"

"Inget aja yang kaya gitu Mas.."

"Iya dong inget jadi Mas follow up terus.." Kenan mulai merangkul istrinya yang sedang melihat menu bersama Kris.

"Kris hari ini tidur dikamar lagi ya..."

"Sama mommy dad.."

"Sendiri aja, pasti udah bisa."

"Sama mommy dad.." Kris lagi-lagi bersikeras untuk tidur bersama ibunya.

"Iya nanti sama mommy.." Jesica terkekeh mencoba menggoda suaminya.

"Oke. Jangan salahin Mas ya kalo Mas nekat." Kenan berbisik sekarang membuat Jesica mencubitnya. Bukannya mengeluh sakit Kenan hanya tertawa. Kini terlihat Jay datang bersama Kay dan Kiran.

"Kok lama bang?"

"Isi bensin dulu mom.." Kay membukakan kursi untuk Kiran.

"Kakak udah kamu telepon?"

"Udah Mas.."

"Mau datang?"

"Iya katanya nanti dia datang."

"Masih marah ga ya?"

"Engga Mas..tenang aja."

"Ya udah pesen dulu aja.."

"Klis mau ini dad, mau ini juga, ini juga..."

"Ini..ini..kok banyak?emang habis?"

"Habis dad..."

"Kris, maafin Daddy marah sama Kris, Daddy punya hadiah buat Kris.." Kenan langsung mengambil Kris dari pangkuan Jesica.

"Mana dad?"

"Jawab dulu Daddy, di maafin engga."

"Mommy dimaafin engga?" Kris malah bertanya pada ibunya.

"Kris sayang Daddy ga?" Tanya Jesica.

"Sayang.."

"Ya udah maafin.."

"Iya maafin, mana hadiahnya dad?." Kris lebih tetarik dengan hadiahnya dibanding yang lain.

"Dirumah ya, Daddy ga bawa sayang."

"Daddy bohong."

"Eh ga bohong, Daddy beli yang gede."

"Segede gini dad?" Tanya Kris sambil meregangkan tangannya lebar-lebar.

"Iya Kris, Segede gitu.."

"Kalo gitu Klis pingin pulang."

"Nanti, makan dulu."

"Klis mau hadiahnya."

"Kris tuh kakak tuh..." Tunjuk Jay pada Ara dan Dariel membuat perhatiannya teralihkan. Kini Kris berlari kearah kakaknya.

"Duh...makin gede nih Kris.." Dariel langsung menggendongnya sementara Kenan berdiri dan beranjak menghampiri mereka sebelum mereka duduk dikursinya.

"Masih marah sama Daddy?" Kenan menatap Ara.

"Engga."

"Duh judes banget." Kenan lalu memeluk anaknya namun Ara tak merespon pelukan ayahnya.

"Makasih kakak udah ingetin Daddy. Daddy minta maaf sayang. Daddy salah. Jangan marah lagi."

"Daddy ga boleh jahat sama Kay."

"Itu anaknya ada kok. Daddy udah minta maaf sama Kay juga. Udah ya. Keluarga ga boleh musuhan, ga boleh saling benci."

"Iya, Maaf aku ngebentak Daddy." Ara sudah luluh sekarang dengan meletakkan kedua tangannya di punggung Kenan.

"Iya ga papa sayang.." Kenan mencium pipi Ara.

"Daddy cun Kakak."

"Komentar aja nih anak, Daddy cun mommy komen, Daddy cun kakak komen." Kenan gemas dengan semua komentar Kris. Kini mereka berjalan ke kursinya masing-masing.

"Malem Ran, sehat?" Ara menyapa Kiran yang sudah duduk. Matanya sempat melirik kearah perut Kiran namun mungkin karena usia kehamilannya masih baru perutnya tak begitu terlihat membesar atau mungkin efek baju yang Kiran gunakan juga.

"Sehat kak, kak Ara gimana?"

"Sehat juga. Udah lama ya ga ketemu."

"Iya kak."

"Denger-denger baru lulus bulan kemarin, selamat ya maaf kakak ga datang."

"Iya makasih Kak.."

"Coba denger Daddy, sengaja nih Daddy kumpulin. Sekarang mommy sama Daddy nambah anak lagi. Kemarin-kemarin Dariel sekarang tambah Kiran. Ran...selamat datang ya di keluarganya Daddy. Jangan sungkan lagi kalo ada apa-apa. Kita sekarang keluarga. Mulai sekarang kalo Kay macem-macem bilang sama Daddy, kalo susah ada mommy, susah juga kasih tahu kak Ara sama kak Dariel, masih ga bisa juga kasih tahu Jay. Pokoknya kalo Kay bera...."

"Klis dad...." Kris memotong pembicaraan Kenan sambil mengacungkan jarinya disaat semua sedang mendengarkan dengan seurius membuat Kenan senyum. Sepertinya dia tak mau ketinggalan diabsen.

"Iya nanti Daddy suruh kakak Ran bilang sama Kris kalo Abang Kay nakal ya.." Kenan menambahkan membuat Jesica tertawa kecil.

"Iya om, makasih.."

"Jangan panggil om. Ini Daddy sayang..."

"Makasih Daddy..." Kiran sedikit terharu dengan sambutan Kenan. Kay semakin senang dengan sikap ayahnya hari ini. Kenan bisa begitu jahat sejahat- jahatnya tapi bisa juga baik sebaik-baiknya.

"Makasih Daddy." Ucap Kay juga. Kini Kenan memegangi tangan masing-masing anaknya itu.

"Kalo udah berkeluarga jangan sering berantem, kalian dinikahin buat saling sayang. Udah ada anak jangan saling egois."

"Iya dad.."

"Ya udah kita makan.." Kenan sudah tak sabar menyicipi hidangan yang baru datang itu. Jay melihat ke arah Kenan dengan rasa penuh kagum. Ayahnya menepati janjinya tadi sore.

"Kasian ada 2 anak jomblo disini." Ledek Kenan.

"Aku udah punya pacar dad.."

"Klis pingin pacal dad.."

"Pingin-pingin aja, belajar baca nulis dulu baru punya pacar."

"Ah...Kris banyak kepinginnya." Ara selalu terhibur dengan ocehan Kris. Baru juga makan malam dimulai. Kiran merasa tak berselera lagi. Dia merasa mual dan dengan cepat berjalan ke kamar mandi membuat Kay membalikkan badannya untuk melihat kemana dia pergi.

"Biar kakak yang liat." Ara keluar dari kursinya untuk menyusul Kiran. Dia menunggu Kiran diluar toilet. Kiran masih merasa mual saat akan makan. Gara-gara kehamilannya ini dia kesulitan setiap kali akan memasukkan sesuatu ke dalam mulutnya. Kadang mencium aromanya saja dia sudah mual apalagi memakannya, bisa-bisa makanan itu keluar lagi. Perutnya seakan menolak untuk diisi.

"Ga papa Ran?" Tanya Ara saat Kiran keluar.

"Aku mual terus kak kalo mau makan." Kiran diam sejenak lalu membersihkan mulut dan tangannya.

"Ya udah pesen yang ga bikin mual aja. Kira-kira apa yang bisa masuk?. Kamu harus makan, kasian loh bayinya."

"Aku pingin yang manis-manis..."

"Ya udah kita cari yang manis..." Ara lalu merangkul Kiran yang sekarang mulai berjalan lagi ke meja mereka.

"Kenapa Ran?"

"Dia mual mom, katanya pingin makan yang manis aja."

"Ya udah cari dimenu ada ga?" Jesica membuat Kay segera memberikan menunya lagi pada Ran sambil mencarikan sesuatu yang manis. Dilihatnya sebuah desert waffle yang terlihat enak. Kiran pun memesannya.

"Kalo hamil awal-awal emang gitu ya?" Tanya Ara membuat Kiran sedikit tak enak jika harus membahas kehamilannya.

"Aku ga tahu pasti sih kak aku baca di internet katanya biasanya gitu."

"Kalo trisemester pertama pasti gejalanya gitu Ran, mommy waktu hamil kakak juga begitu, sabar ya sayang."

"Iya Ran sabar, dinikmatin aja kapanlagi bisa hamil." Perkataan Ara membuat Dariel mengunyah pelan. Dia tak enak hati sekarang. Apa Ara merasa sedih?.

"Iya mommy, kakak makasih.." Kiran ingin segera mengakhiri pembicaraan ini karena tak ingin membuat Ara semakin larut dalam pembahasan kehamilannya. Raut wajah Ara terlihat berbeda membuat Dariel segera meraih tangannya. Kenan dan Jesica saling melirik sementara Kay bingung harus berbuat apa. Dia tak berniat membuat kakaknya mengingat tentang bayi.

"Aku ga papa kok, tenang aja ga usah pada tegang gitu." Ara segera mencairkan suasana seolah tahu apa yang ada didalam pikiran keluarganya.

***To be continue