Chapter 314 - Horor

WARNING!!Dalam cerita ini mengandung muatan dewasa. Harap kebijksanaan pembaca. Bagi pembaca yang dibawah umur atau yang tidak nyaman dengan cerita ini, Dianjurkan untuk tidak membaca chapter ini.

Kay melakukannya dengan pelan dan hati-hati. Dia tak mau jika nafsu besarnya itu membuat hal yang tidak diinginkan mereka. Dia lebih memilih untuk menikmati setiap gerakan yang dibuatnya. Dia tak ingin jauh dari pelukan Kiran bahkan saat pinggulnya bergoyang dia tak mau membuat jarak diantara mereka.

"Ahhh.... Kay hhh...." Panggil Kiran disela-sela desahannya membuat wajah Kay yang semula tenggelam diceruk leher Kiran kini menatapnya.

"Kenapa sayang?"

"Ayo pindah. Aku ga nyaman disini.."

"Oke..." Kay mencabut miliknya sampai terdengar bunyi yang semakin menunjukkan jika kepunyaan mereka begitu basah. Dia menggendong istrinya itu menuju ranjang yang sejak pertama kali terus memanggil Kiran untuk ditiduri. Dia membaringkan lagi Kiran disana. Mengambilkan bantal untuk kepalanya agar nyaman kemudian dia kembali menancapkan miliknya yang masih ingin dipuaskan.

"Aku diatas aja sayang..." Kiran mengusap pelan rambut Kay sehinnga semua rambutnya tampak rapi kebelakang. Lagi-lagi dengan perlahan Kay menggulingkan badannya sendiri lalu membiarkan Kiran berada diatasnya. Ini adalah posisi favorit Kay sepanjang pengalaman bercinta mereka. Kay selalu merasa dari bawah sini dia bisa menikmati tubuh sang istri dengan puas yang menurutnya begitu seksi terlebih saat dia sedang bergerak naik turun maju mundur maupun bergoyang memutar. Kaki Kiran terlipat kebelakang lalu dia tampak naik turun sementara Kay mengelus lembut pahanya. Sesekali tanpa merasa jijik dia melihat peraduan mereka. Kiran kini membungkuk mencium bibir suaminya sejenak. Dadanya yang bulat itu menghantam keras dada bidang Kay.

"Aku mau keluar sayang, balik badan bentar ya...." Pinta Kay yang disanggupi oleh Kiran. Kini dia membalikkan badannya dan menahan bobot badannya sendiri sementara Kay di belakang memulai aksinya. Maju mundur secara berkali-kali sampai Kiran merasa tak sanggup lagi dengan posisi itu. Kay mengalah dan memilih memiringkan badan Kiran. Istrinya itu terlihat menarik-narik bantal saat pelepasannya tiba sementara Kay bisa merasakan sesuatu yang hangat di dalam.

"Ahhh, keluar hhh di luar yanghhh.." Desah Kiran sambil memberi tahu.

"Dada kamu yah hhhh..." Kay makin bergerak cepat. Saat merasa miliknya akan keluar juga dia segera mencabut itu mengarahkannya ke 2 buah payudara Kiran dan dalam hitungan detik payudaranya tampak menerima cairan cinta Kay. Kay sendiri memainkan kejantanannya, mengadu kepalanya dengan puncak payudara istrinya yang sama coklatnya.

"Ahh...ahhmm..." Kay selesai lalu menyingkirkan badannya dari sang istri.

"Tisu..." Pinta Kiran dengan lemas. Kay segera meraih tisunya lalu mengusap bekas percintaannyan mereka. Kiran juga meraih satu untuk wajahnya.

"Untung ga kena mata.. "

"Maaf sayang, aku muncratnya kekencengan ya.." Kay dengan wajah puas dan tersenyum.

"Makasih.. " Kay mencium kening Kiran membuat istrinya minta dipeluk kali ini.

"Kamu mau istirahat dulu?aku ke air ya.. "

"Jangan tinggalin aku..."

"Ga akan sayang..."

"Maksud aku, di Australia jangan deket sama yang lain. Cincin nikahnya harus kamu pake.."

"Iya sayang. Aku yang harusnya khawatirin kamu. Bos kamu itu kayanya suka sama kamu.."

"Masa sih?Enggalah.."

"Aku tahu. Aku cowok, aku bisa rasain gimana bahasa tubuh dia ke kamu, gimana cara ngomong dia ke kamu."

"Aku kan biasa aja..."

"Tapi udahlah ga usah dipikirin, bentar lagi juga kamu resign. Dia juga harusnya ngerti kamu istri orang. Bahaya kalo main-main sama istri orang, kecuali....."

"Kecuali apa?"

"Ya apa aja..."

"Aku ga kaya gitulah." Kiran langsung menimpal maksud dari Kay.

"Iya-iya, jangan BT gitu dong..."

"Nyebelin."

"Aku mandi ya sayang, kamu tidur aja bentar nanti aku bangunin kalo udah selesai."

"Iya..." Kiran melepaskan dekapannya. Kini Kay meninggalkan kasur nyamannya dan pergi menuju kamar mandi.

****

"Mom, mommy kayanya harus ngecek kamar Kay deh."

"Kenapa emang?"

"Aku denger suara-suara gitu mom, denger suara Ran. Aku ga tahu mereka lagi ngapain. Aku takut mereka lagi berantem.."

"Mas..."

"Iya sayang.."

"Itu cek dulu kamar Kay..."

"Iya-iya Mas keatas..." Kenan meletakkan Handphonenya lalu segera berjalan menuju kamar anaknya. Setelah sampai disana suasana tampak hening sampai dimana dia akan mengetuk barulah Kenan mendengar suara yang dikenalnya. Suara yang biasanya Jesica juga keluarkan saat mereka melakukan aktivitas fisiknya. Astaga. Ini anaknya sedang.....Kenan tak bisa melanjutkan kalimat yang ada dikepalanya. Kini dia turun lagi kebawah.

"Ga papa kok, udah Abang diem dulu aja disini. Main sama Kris.."

"Tapi dad..."

"Kasian loh ade kamu sendiri.."

"Iya-iya Dad.."

"Lagi apa mereka Mas?" Jesica penasaran namun suaminya itu bingung untuk menjelaskan terutama masih ada Jay disana. Kenan seolah memilih memberi kode dengan menggerakkan mulutnya pelan tapi Jesica tak mengerti dengan maksud suaminya itu.

"Apa sih Mas?"

"Hm...bikin susu buat Kris sayang..." Kenan segera menarik istrinya untuk pergi ke dapur.

"Kenapa sih Mas bisik-bisik?"

"Mereka lagi begitu makannya ada suara begitu.."

"Begitu, begitu gimana sih Mas?"

"Kay lagi tengokin anaknya..." Kenan membuat Jesica mengerutkan keningnya. Dia belum mengerti apa arti dari perkataan suaminya sampai dia tahu maksud Kenan.

"Kasih tahu dong Mas..."

"Iya ntar Mas kasih tahu, kalo sekarang udah tanggung Sayang..."

"Duh ada-ada aja..."

"Sama aja kaya waktu kamu muda, ahh Mas...ahh..." Kenan membuat Jesica segera menutup mulutnya.

"Ih Mas kalo Jay sama Kris denger gimana."

"Padahal udah Mas bilang jangan banyak tingkah.."

"Ya gimana sih perasaan mau ditinggal 3 bulan." Jesica sambil berjalan menuju rak gelas dan membuatkan susu.

"Aku tuh ga pernah berhenti mikirin perasaan kakak Mas. Liat Kiran hamil pasti bikin kakak sedih.."

"Dia ga mungkin sedih kalo adiknya seneng."

"Iya, tapi pasti ada waktu dia kepikiran. Aku ga tega liatnya."

"Kan mereka masih usaha sayang, tinggal sabar aja.."

"Gimana kalo pas lahiran kakak belum juga hamil?"

"Kalo soal ini Mas ga bisa berbuat apa-apa sayang. yang bisa bikin anak nya kan mereka." Kenan membuat Jesica terdiam. Dia masih sibuk mengaduk minuman untuk Kris.

"Kris nih minum dulu..." Jesica menghampiri Kris.

"Ga mau, Klis pingin dot."

"Engga, pokoknya belajar di gelas Kris."

"Ga mau."

"Ya udah ga usah minum susu."

"Abang..Abang bikinin.."

"Engga bisa."

"Pake sedotan aja ya.." Kenan segera mengambil sedotannya. Setelah itu menenggelamkan diatas susunya. Kris pun akhirnya mau untuk minum.

"Kris belajar dong, mau digelas mau di dot sama aja sayang rasanya. Ga liat itu bibirnya udah manyun-manyun gara-gara dot..." Canda Jesica sambil mengusap pelan mulut anaknya.

"Mommy..mommy, disana ada nenek-nenek sama kakek-kakek..." Kris menunjuk kearah salah satu sofa miliknya.

"Dimana?"

"Disana dad, neneknya duduk." Ucapan Kris membuat horor dirumah mereka. Kenan dan Jesica saling menatap begitupun Jay tak mengerti apa yang dibicarakan Kris karena dia tak melihat siapapun terlebih lagi diruangan itu hanya ada mereka berempat.

***To be continue