"Aaaa....." Teriak Tiara terkejut dengan seseorang yang duduk di ruang tengah atasnya. Saking terkejutnya Tiara langsung berpegangan pada sisi pintu kamarnya karena takut terjatuh. Jay benar-benar membuat Tiara syok. Dia seperti hantu yang menunggu seseorang untuk diganggu.
"Semuanya aman?" Tanya Fahri dari bawah karena mendengar teriakan anaknya.
"Aman...om.." Teriak Jay menjawab pertanyaan Fahri. Dia tak mengira respon Tiara akan seheboh itu. Tiara masih mematung disana. Dia tidak hanya terkejut karena kehadiran Jay tapi karena apa yang dibawa Jay. Dilihatnya kursi yang tidak hanya menampakkan Jay tapi ada sebuah boneka beruang besar berwarna putih duduk juga disana dilengkapi dengan dasi kupu-kupunya, di sisi lain dia melihat tiga tas belanja dengan nama brand yang cukup terkenal, belum lagi sebuah kotak-kotak berukuran sedang sampai kecil ada diatas mejanya. Tangan Jay bahkan membawa sebuket bunga dan hadiah kecil lainnya. Sebenarnya ini ada apa?.
"Bang...i..ini....apa?" Tiara mulai berbicara ditengah-tengah keterkejutannya.
"Ini hadiah buat kamu.."
"Sebanyak ini?kenapa?aku ga ulang tahun. Kalaupun aku ulang tahun ini tuh udah hadiah dari beberapa orang."
"Kamu ga suka?aku bisa singkirin ini.." Jay melihat ekspresi yang berbeda dari wajah Tiara.
"Bukan...bukan jangan salah paham." Tiara kini mendekati Jay yang masih berdiri diantara hadiah-hadiahnya.
"Tapi....ini terlalu banyak, hadiah Abang yang bulan kemarin aja belum aku pake semua."
"Aku bingung. Aku ga tahu apa yang kamu suka. Aku cari-cari diinternet dan semuanya ngasih rekomendasi yang bagus-bagus. Aku ga bisa pilih satu jadi aku beli semua." Alasan Jay membuat Tiara tersenyum. Jay benar-benar diluar ekspektasinya. Sepertinya jika ada orang yang ingin marah karena ulah Jay pasti orang itu tak jadi memarahinya karena mendengar alasan jujur yang kadang manis dari mulut Jay.
"Ya ampun...." Tiara sekarang memeluk kekasihnya itu. Dia tak mau membuat Jay merasa bersalah karena telah membawa hadiah sebanyak itu.
"Aku sengaja bawa kesini supaya kamu ga usah repot-repot lagi bawa sendiri. Kamu suka?"
"Makasih, aku suka kok.." Ucap Tiara lagi. Kini Jay membalas pelukannya.
"Aku udah dandan rapi gini loh, aku kira beneran jemput dibandara." Tiara melepaskan pelukannya perlahan.
"Ga papa dong, ketemu aku masa berantakan. Nih..bunga buat kamu."
"Makasih sayang.."
"Sama-sama.." Jay dengan manis mencium tangan Tiara. Kini Tiara menuntunnya untuk duduk.
"Abang bawa beruang segede gini gimana?"
"Aku paketin kerumah disini sisanya yang kecil-kecil aku bawa tadi dikoper."
"Ngapain beli beruang segala?"
"Ini beruang Jay, kalo kamu kangen kan bisa peluk-peluk.." Jay sambil mengelus-elus bulu lembut bonekanya membuat Tiara tersenyum.
"Enakan peluk yang aslinya.. " Perkataan Tiara membuat Jay tersipu.
"Terus ini apa?"
"Kamu buka satu-satu aja.." Jay memberikan semua hadiahnya. Percaya tak percaya Tiara mulai membuka semua hadiah pemberian Jay. Seperti kata Dena tadi Jay terlihat seakan membawa hantaran untuk lamaran karena kini tangan Tiara memegangi Tas, kemudian sepatu, jam tangan, sekotak coklat dan beberapa barang lainnya namun yang paling menyita perhatian Tiara adalah sebuah buku yang dibuat sendiri oleh Jay. Disana Jay menempel sendiri foto-foto mereka termasuk foto kecil mereka. Tiara membuka lembar demi lembar. Semakin banyak yang dia buka semakin bibirnya menyunggingkan senyum. Disana juga Jay menulis alasan-alasan mengapa dia menyukai Tiara. Kenapa dia mau menunggu Tiara selama 7 tahun, kenapa dia mau putus, cerita setelah mereka putus dan kenapa dia mengajak Tiara berbalikan. Itu seperti Diary Jay. Ini benar-benar kado termahal diantara yang lain.
"Aku takut lupa makannya aku tulis. Belakangan kepala aku sakit, aku punya ketakutan memori aku hilang jadi semuanya aku ceritain."
"Kalaupun Abang lupa, aku yang ingetin."
"Aku kangen sama kamu.." Jay menggenggam tangan Tiara sambil menatapnya seurius.
"Ehemm.." Dena terbatuk sambil membawakan minuman serta beberapa makanan untuk mereka. Kini Jay bergeser sedikit begitupun Tiara.
"Makasih Tante.."
"Iya sama-sama.." Dena sambil menatap semua hadiah pemberian Jay kepada anaknya.
"Kenapa Tante?Tante mau juga?Jay beliin."
"Eh engga, ga usah Jay. Tiara kamu mau pergi? udah rapi aja..."
"Tadi dikerjain mah.."
"Oh..sukses dong Jay.."
"Sukses Tante.."
"Kerjasama ya?"
"Iyalah, sampe papah bawain tuh semua hadiah kamu."
"Abang ya ngerjain orang tua." Cubit Tiara.
"Aw..ga sengaja, om Fahri yang mau bantuin."
"Ya udah berantemnya nanti, Tante kebawah dulu.." Dena bergegas turun meninggalkan mereka berdua.
"Ah....aku malu..."
"Kenapa malu?"
"Malu karena mamah sama papah tahu."
"Mommy sama Daddy juga tahu tapi aku ga malu.."
"Itu karena abang ga tahu malu.."
"Aku punya satu hadiah lagi buat kamu.." Jay segera mencari hadiah lainnya. Kini dia menunjukkan sebuah kotak kecil panjang dengan pita berwarna merah.
"Ini udah jauh dari cukup bang.."
"Ayo buka.." Jay memberikan kotak abu-abu itu. Tiara menerimanya. Perlahan dia membukanya. Kini mata Tiara disuguhi oleh pemandangan sebuah kalung liontin berbentuk hati.
"Kenapa?ga suka bentuknya?norak ya?" Jay khawatir karena melihat Tiara hanya diam menatap kotak itu tanpa menyentuh kalungnya.
"Aku suka..apapun yang Abang bawa hari ini aku suka."
"Sini, aku pakein.." Jay segera mengambil kalungnya dan memakaikannya dileher Tiara. Itu cocok dan membuat Tiara tambah cantik. Ini adalah kecantikan paripurna.
"Harusnya abang ga usah ngasih apapun Bang sama aku, aku ga pernah berbuat banyak buat Abang, aku bahkan tinggalin Abang waktu itu."
"Aku cuman ga tahu gimana caranya bilang makasih sama kamu. Buat aku, kamu itu berarti. Aku bisa sehat sekarang gara-gara kamu. Kalo Daddy bisa beliin yang kamu mau kenapa aku engga?Kalau kamu ga jenguk aku waktu itu aku mungkin sekarang jadi gila. Makasih..udah nemenin aku ngelewatin ini. Aku tahu nilai hadiah ini ga ada apa-apanya dibanding pengertian dan kesabarannya kamu buat aku tapi seengaknya ini mewakili betapa senengnya aku punya kamu."
"Dari semua hadiah yang abang kasih. Kalo aku boleh pilih satu aku bakalan pilih ini.." Tiara mengambil buku yang tadi menyiratkan semua perasaan Jay.
"Cuman ini yang ga dijual dimana-mana. Aku ga mau abang kasih aku hadiah lagi, bukan aku ga suka. Aku suka semuanya, aku cuman ga butuh ini. Buat aku hadiah paling aku suka itu liat Abang sehat. itu aja."
"Iya sayang, aku ga akan bawa-bawa lagi. Ini yang terakhir. Besok-besok aku bawa hasil pemeriksaan dokter aja." Tangan Jay sudah berada di wajah Tiara. Mengelus pipinya lembut.
"Dasar..." Tiara memukul kecil paha Jay dengan bukunya.
"Kok dasar sih?katanya pingin liat aku sehat."
"Iya-iya gimana Abang aja."
"Aku belum selesai, liat aku.." Jay menarik lagi wajah Tiara dan tanpa ragu justru mengecupnya.
"Hadiah lagi buat kamu."
"Baru juga datang.." Protes Tiara sambil senyum.
"Nunggu kamu lama." Jay senyum-senyum sendiri sementara Tiara sekarang mulai membereskan hadiah-hadiahnya. Jay meneguk minuman yang dibawa Dena mencoba meredakan jantungnya yang masih berdetak akibat kedekatannya dengan Tiara. Sebenarnya ada sesuatu yang ingin dia coba. Sesuatu yang diceritakan Kay sebelumnya hanya saja dia belum berani. Dia masih takut. Dia takut orang yang dicintainya itu akan marah dan tak nyaman dengan perlakuannya. Jay kini duduk bersandar disofa begitupun Tiara yang menggeser beruangnya agar bisa duduk nyaman disamping Jay.
"Aku pingin baca ini lagi.." Ucap Tiara sambil membuka buku buatan Jay. Dia kali ini membacanya dengan seksama ditemani sang penulis yang tanpa malu menjelaskan dengan detail maksudnya apa.
***To Be Continue