Chapter 210 - Waktu

WARNING!!!dalam cerita ini mengandung muatan Dewasa harap kebijaksanaan pembaca.

Kay POV

"Kay...." Dia memanggilku dengan suara pelan. Aku menatapnya sebagai jawaban atas panggilannya tadi.

"Kasih aku waktu ya. Aku urusin satu-satu. Aku selesain hubungan aku sama Bayu dulu baik-baik. Aku liat keadaan orang tua aku. Aku juga pingin bareng kamu. Cuman keadaan aku tuh ga semudah itu Kay."

"Kita selesain bareng-bareng oke...kamu bilang sama aku kalo ada apa-apa, jangan semuanya dipendem sendiri. Kalo kaya gitu pasti susah. Aku sedih kamu juga sedih tapi kita ga pernah saling ngomong. Jujur sama aku Ran."

"Iya, maafin aku. Aku bakalan turutin cara kamu sekarang." Kiran kali ini memelukku. Memiringkan wajahnya agar bersandar tempat di dada bidangku sementara aku jelas membalas pelukannya dengan hangat. Aku tahu dia juga pasti ingin kita kembali bersama. Sejak awal aku tahu Kiran tak sampai hati meninggalkan aku begitu saja.

"Aku sayang kamu Kay..."

"Aku bakalan biarin kamu selesain urusan kamu sama Bayu. Aku pasti nunggu kabar dari kamu."

"Kamu juga urusin urusan kamu sama cewek lain."

"Engga, aku ga punya cewek. Aku free. Aku cuman nunggu kamu."

"Kalo kamu pergi bilang aku."

"Iya nanti aku bilang. Aku sayang kamu." Aku mencium puncak kepalanya. Pelukan ini sangat menenangkan. Penantianku akhirnya terbalaskan hari ini.

"Apa aku ga bisa anter kamu pulang?Bilang sama Bayu kamu dianter temen."

"Ga bisa, aku udah terlanjur bilang jemput."

"Ya udah kasian temen kamu nungguin.." Aku melepaskan pelukannya walaupun sebenarnya aku tak mau dan masih ingin berlama-lama dalam pelukan penuh cintanya. Kiran memandangku lagi meletakkan kedua tangannya tepat dileherku.

"Bilang sama aku kalo ada apa-apa. Jangan sendiri."

"Iya.." Kiran menjawab perintahku tadi. Sepertinya dia akan pergi kali ini namun sebelum dia benar-benar pergi dia menciumku lagi bahkan kali ini tanpa perlu aku tarik dia mendekatiku dengan sendirinya. Seperti ada magnet dalam tubuhku yang secara otomatis menarik tubuhnya. Dia Melingkarkan tangannya dipundakku sangat erat sampai aku merasa sesak sendiri saat merasakan dekapannya. Dia merindukanku. Aku menahan tanganku dipinggangnya yang kecil. Bibirnya menciumku mulai bibir atas sampai bibir bawahku. Memainkannya dengan ahli sampai aku merasakan ini adalah ciuman terbaik yang pernah aku miliki. Kiran tidak puas dengan bibirku perlahan dia turun ke area leherku lalu mencium, merasakan, dan menghisapnya disana. Ini nikmat.

"Aku tandain kamu milik aku." Bisik Kiran ditelingaku membuatku merinding sendiri saat dia berbicara dengan menggoda. Aku hanya menyeringai.

"Dasar ga tahu malu..." Aku meledeknya namun tak henti memamerkan senyuman terbaikku.

"Kabarin aku kalo kamu pulang. Nomer aku masih sama."

"Iya nanti aku kabarin. Kamu pulangnya hati-hati. Bye.." Aku membukakan pintu untuknya dan seketika Kiran pun hilang dalam pandanganku. Aku menutupnya lagi dengan rasa senang yang tak bisa aku tahan sekarang Atau aku tak tahu harus mengungkapkannya bagaimana. Rasanya seperti mimpi bisa bersama Kiran lagi.

***

"Jam berapa Mas?" Tanya Jesica saat selesai menidurkan Kris ditempat tidurnya sementara Kenan masih asyik memainkan laptopnya.

"Jam 12..."

"Kay kok belum pulang?"

"Masih ngurusin cafenya kali."

"Sejak punya cafe dia pulang malem terus, aku ga suka."

"Ya tinggal tegur."

"Aku mau tegur gimana, pagi udah jarang sarapan bareng. Dia pulang aku tidur."

"Nanti Mas yang tegur."

"Belum lagi aku denger cafe nya mau buka 24 jam setiap Sabtu Minggu."

"Lagi bagus kali penjualannya."

"Sama aja kaya bapaknya sekarang.." Jesica yang penasaran dengan pekerjaan suaminya mulai mendekat.

"Mas lagi liat laporan buat meeting besok sayang.."

"Kenapa ga daritadi sih?"

"Masa baru pulang udah kerja lagi?jadi Mas istirahat bentar baru buka email-nya."

"Email apa?" Jesica meletakkan tangannya dipundak Kenan lalu membungkuk agar wajahnya bisa melihat tampilan Laptop Kenan.

"Mas minta laporan keuangannya 6 bulan terakhir ini. Kok kasnya ada selisih Jadi Mas lagi carinya selisihnya dimana."

"Besok lagi aja Mas. Ini udah dirumah waktunya istirahat. Mas yang larang aku bawa kerjaan kerumah sekarang Mas sendiri yang bawa."

"Ini kalo ada fraud gimana?Kalo dicari dari sekarangkan bisa ketahuan."

"Ini bukan kerjaanya Mas. Harusnya tim disana bisa analisa sendiri."

"Justru karena tim disana ga bisa makannya Mas cobain."

"Ya tinggal rekrut orang lagi dong Mas. Kalo orang disana ga kompeten dan ga bertanggung jawab dikantor suruh aja keluar."

"Ga bisa segampang itu dong. Mas lagi liat dulu apa yang perlu dan ga perlu. Ini Mas lagi benahi perusahaan kamu loh, mana dua.."

"Maksud Mas?" Jesica sedikit tersinggung dengan ucapan Kenan tadi. Perkataannya terdengar seperti sedang mengeluh.

"Mas keberatan?Mas ngerasa cape?"

"Engga-engga bukan sayang, jangan salah paham." Kenan langsung memutar kursinya untuk menghadap Istrinya itu.

"Kamu mikirnya langsung gitu aja. Maksud Mas pelan-pelan sayang. Mas ga bisa pecat orang gitu aja kalo ternyata dia bisa ngejelasin apa yang dia kerjain selama ini. Kenapa Mas sampe liat laporan malem-malem. Besok tuh Mas mau panggil-panggilin tuh karyawannya. Ini baru yang di hotel belum yang dipabrik. Mas Pingin tahu aja mereka selama ini gimana kali aja ada ilmu baru yang Mas dapetin atau ternyata ada temuan cara kerja atau sistem mereka yang salah. Ini kan perusahaankamu sayang..Mas pasti lakuin yang terbaik. Kamu bilang kamu ga bisa percayain perusahaan sampe anak kamu sendiri yang ngelolanya. inikan Mas sayang...."

"Iya Maaf Mas..."

"Ya udah kamu tidur duluan, Mas kerjain diruang kerja Mas aja." Kenan menutup laptop dan langsung menjinjingnya dalam tangan.

"Mas jangan lama-lama, jam 1 udah disini ya.."

"Iya Mas cepet ke atas lagi nanti."

"Jangan sampe ketiduran disana."

"Iya engga sayang."

"Mau aku tidur dulu apa engga?" Jesica menaikkan perlahan tangannya dari bahu sampai ke pundak Kenan.

"Kenapa nih?" Kenan senyum-senyum sendiri.

"Sejak aku ga pake KB, Mas bener-bener ga mau nyentuh aku. Takut?atau udah ga selera sama aku?"

"Sejak kamu kerja, kamu keliatan cape setiap pulang. Belum ngurusin Kris atau nyiapin makan. Mas ga mau kamu tambah cape."

"Tapi ngelayanin suami kewajiban aku."

"Iya sayang. Nanti jam 1 siapin yang spesial ya." Kenan mengecup kening istrinya lalu pergi dari kamarnya. Kenan menuruni tangga dan disaat yang bersamaan Kay baru saja pulang.

"Dad mau kemana?"

"Ada sesuatu yang harus dikerjain. Kamu baru pulang?"

"Iya Dad..."

"Duduk dulu disitu. Ada yang mau Daddy omongin sama kamu." Kenan yang semula akan berjalan ke arah ruangan kerjanya kini tertahan oleh Kay. Dia duduk di sofa menghadap ke arah anaknya.

"Kenapa Dad?" Tanya Kay penasaran.

***To Be Continue