Chereads / I don't know you, but I Married you / Chapter 201 - Nyanyian Hati

Chapter 201 - Nyanyian Hati

".....Aku...untuk kamu...., kamu....untuk aku...., namun semua apa mungkin, iman kita yang berbeda...." Jemarinya dengan lincah memainkan piano yang belum lama ini Kenan beli. Suaranya terdengar sendu seolah menandakan kesedihannya saat ini. Belum lagi suasana rumah yang masih sepi seakan menambah kepedihan hati.

"Denger ga Mas?" Jesica terdiam sejenak saat mendengar suara Kay sambil mengayun Kris yang baru bisa tidur akibat semalam sesekali terbangun akibat bekas sunatannya dan menangis.

"Apa?"

"Ada yang main piano deh kayanya..."

"Palingan anak-anak."

"Sejak Mas beli piano aku jadi parno sendiri tahu kalo denger bunyi."

"Mikir apa sih kamu? ya kalo bunyi berarti ada orang yang mainin.."

"Ya kalo malem-malem kan rada serem Mas.."

"Kan ada Mas, tinggal peluk.." Kenan malah modus menggoda istrinya membuat Jesica memutar matanya tak habis pikir dengan jawaban Kenan.

"Lagian ngapain sih beli-beli Mas?"

"Ya supaya rame aja gitu, udah lama juga Mas ga main. Kali-kali kalo nyanyikan bisa ngiringin sendiri. Mas juga pingin beli drum buat Kris."

"Ngerti aja belum Mas.."

"Ya kan bentar lagi Kris gede yang.."

"Bikin aja ruang karaoke sendiri Mas.."

"Ide bagus tuh, Masih ada ruang kosong diatas."

"Bikin kedap suara."

"Iya pasti, kali aja kamu juga pingin main disana.." Lagi-lagi Kenan menggoda.

"Hah?ngarang.."

"Kan nyari spot baru yang.." Kenan kini menyisir rambutnya rapi sambil bercermin untuk memastikan penampilannya sudah oke.

"Mas bukannya mau beli alat olahraga?mau kapan?"

"Nanti sayang, ruangannya masih direnov belum selesai."

"Emang tinggal apa yang belum?"

"Kemarin Mas liat dikit lagi kok, tinggal dipasang cermin sama lantainya masih belum, baru deh nanti Mas beli alat-alatnya jadi anak-anak bisa olahraga sendiri dirumah."

"Mas udah cukup kok badannya jangan terobsesi lebih kekar lagi, ngeri aku liatnya." Jesica membaringkan Kris ditempat tidur dengan begitu lembut agar tak terbangun.

"Engga yang, Mas berhenti kalo kamu ga suka."

"Aku siapin sarapan dulu, Mas jagain Kris ya.."

"Iya sayang, bikinin Mas sup daging ya. Mas lagi pingin yang berkuah makannya."

"Iya Mas." Jesica pergi dari kamarnya lalu berjalan menuju dapur. Dikeluarkannya bahan-bahan yang dibutuhkan dari dalam kulkas dan segera mengeksekusi bahan tersebut menjadi makanan lezat. Saat baru saja akan memulai Jesica melihat kearah dimana Kay berada. Kay kini tampak menyanyikan lagu menghitung hari yang dengan begitu merdunya sampai-sampai Jesica tak menyangka anaknya itu pintar menyanyi. Kali ini acara memasak Jesica tak begitu sepi karena ada suara Kay yang menemani. Jemari Kay seolah tak lelah bermain diatas piano dan terus memainkan musik yang dia rasa mewakili isi hatinya saat ini. Cukup lama Kay disana bahkan sudah tak terhitung berapa buah lagu yang dia nyanyikan. Mulutnya berhenti berdendang saat hidungnya mencium aroma yang membuat air liurnya turun. Dia pun segera berjalan menghampiri sumber dari aroma yang menganggunya bersenandung.

"Mom..masak apa sih?wangi banget.."

"Daddy pingin sup daging, mommy juga bikin ayam cabe hijau kesukaan kamu."

"Masih pagi sarapannya udah berat.."

"Supaya kamu semangat pagi-pagi. Ga nyangka anak mommy pinter nyanyi."

"Mommy denger?"

"Suara kamu kedengeran sampe sini bikin mommy ngerasa kaya dicafe ada live musik."

"Duh jadi malu..." Kay menggosokkan tangannya di area leher sambil tertunduk.

"Anak mommy kenapa?lagi sedih kayanya?lagunya melow terus daritadi."

"Engga papa kok." Kay menarik kursinya lalu duduk memperhatikan ibunya memasak dengan lincah.

"Udah siap mau kuliah di luar?"

"Udah mom..."

"Kalo ada apa-apa cepet kasih kabar ya, Kay jangan suka dipendem kalo apa-apa tuh. Apa salahnya sih cerita sama orang tua sendiri?kalo takut sama Daddy kan ada mommy."

"Iya mom.."

"Kay..kalo mau pacaran pilih-pilih, yang paling utama ya seiman.." Jesica sambil perlahan memotong bawang dan teman-temannya diatas talenan.

"Iya mom..." Kay menunduk. Dia merasa ibunya tahu sekali dengan apa yang terjadi padanya saat ini. Feeling seorang ibu memang tak pernah salah.

"Temenan ya boleh-boleh aja sayang."

"Iya mom.."

"Mommy juga dulu pernah pacaran beda agama kaya Kay."

"Kenapa jadi ngomongin ini?"

"Kay tuh tadi lagi nyanyi atau lagi curhat?" Jesica sambil senyum-senyum menatap Kay namun anaknya hanya diam.

"Mantan mommy yang ini paling di benci Daddy makannya mommy ga pernah ngomongin.."

"Kaya mommy ga suka sama Tante Marsha makannya Daddy juga ga pernah ngomongin."

"Beda lagi kalau itu. Mommy sama Tante Marsha biasa aja kok kalau sama mantan mommy ini sampe sekarang Daddy pasti masih ngambek. Namanya Andra. Dia itu Dokter temennya Tante katerina. Kita dulu udah pacaran 3 tahun. Karena waktu itu sama-sama udah mikir kedepan jadi bingung harus gimana. Mau putus tapi masih sayang, ga putus tapi ga bisa bareng. Andra itu orangnya nekat, apapun bisa dia lakuin termasuk ngajakin mommy nikah di luar negeri yang katanya bisa nerima itu, cuman kayanya kalo waktu itu mommy nerima Alm. opa ga akan setuju." Jesica menghentikan ceritanya lalu mulai memasukkan irisan bakso pada supnya.

"Makin lama makin sadar kalo hubungan itu ga bisa jalan maju. Mommy ga mau pindah begitupun Andra jadi ya terpaksa putus aja." Jesica menghentikan lagi ceritanya dan melewati cerita lain yang menjadi alasan mengapa Kenan begitu marah pada Andra. Dia takut anaknya akan salah mengartikan ceritanya. Kini Jesica berdiri lagi memandang anaknya. Tangannya direntangkan diatas meja dapurnya.

"Mommy bukannya ga suka sama Olive. Mommy suka anaknya, dia sopan, cantik dan ga neko-neko kayanya. Mommy cuman takut aja sesuatu yang mommy rasain dulu dialami juga sama kamu, atau hal yang terkestrim yang sempet terlintas di kepala mommy adalah kamu nekat pindah. Kay....agama itu bukan mainan. Kamu mainin agama sama dengan kamu mainin tuhan. Kamu pasti ngehargain kepercayaan Olive begitupun sebaliknya. Mommy ga mau kamu maksa-maksa dia buat pindah cuman karena kalian pacaran. Kalaupun dia menjadi seorang muslim itu bagus tapi biarin orang itu punya cara atau hidayahnya tersendiri ketika akan mempelajari agama lain bukan karena embel-embel lain."

"Kay ngerti mom.."

"Jangan sedih-sedih sayang, anggap aja ga jodoh." Jesica berjalan mengitari mejanya lalu berdiri disamping Kay yang masih terduduk. Kedua tangannya meraih pundak Kay lalu memberikannya sebuah pelukan hangat.

"Besok-besok kalo mau cari pacar tuh yang bener jadi kamu ga sedih-sedih gini. Patah hati terus dari kemarin-kemarin. Biasa bikin patah hati orang sekarang malah kebalikan."

"Aku kena karma kayanya." Kay melingkarkan tangannya dipinggang Jesica.

"Mau mommy jodohin aja?" Canda Jesica.

"Engga, ga mau." Kay langsung menolak sementara Jesica tertawa kecil sambil mengusap lembut rambut anaknya.

"Mom..."

"Hm.."

"Aku sayang mommy."

***To Be Continue