Hari ini adalah hari terakhir wisata mereka di pulau sekitar labuan bajo. Mereka tampak menikmati wisata ke Goa batu cermin yang begitu indah.
"Besok-besok kita harus kaya gini lagi sayang, seru wisata kaya gini ternyata.." Kenan tampak takjub dengan pesona disekitar Goa.
"Kalo Kris udah gedean dikit Mas, minimal bisa jalan. Kasian Mas kalo harus gendong terus.."
"Mas masih kuat kok sayang lagian coba kamu liat selama disini Kris ga rewel, dia seneng naik kapal, dia seneng berenang, dia seneng liat-liat alam."
"Iya Daddy emang kuat..."
"Kita harus list tempat yang belum kita kunjungi yang.."
"Mas semangat banget.."
"Dari dulu tuh Mas pingin pensiun karena pingin traveling bareng kamu tapi karena ada Kris harus ditahan dulu, kasian masih kecil."
"Mas tega banget ninggalin anak-anak.."
"Mereka kan udah gede, lagian mau berapa lama sih kita pergi?paling 2 Minggu atau sebulan."
"Nanti juga kita traveling, aku mau keliling restoran akukan.."
"Yang inget loh, Mas ngijinin kamu kerja tapi tetep inget keluarga.."
"Iya, aku inget kok."
"Kris haus nih kayanya ngemut tangannya aja."
"Sayang minumnya ini, jangan itu.." Jesica segera memberikan dot susu padanya.
"Embulnya Daddy besok-besok jalan ya..." Kenan memegang botol susu Kris.
"Mas tahu ga waktu kakak ngeluh sakit?"
"Yang hari pertama?"
"Iya, dia itu lagi dapet Mas.."
"Duh...kasian Dariel.." Canda Kenan.
"Aku kira kakak sakit karena itu..."
"Tapi ga papa, Dariel pasti kuat. Mas aja tahan meskipun udah nikah kamu ga pernah kasih jatah.." Kenan membuat Jesica senyum-senyum.
"Ya salah sendiri nyebelin.."
"Kalo udah nikah cewek ancemannya gitu ya.."
"Ga ngancem cuman resiko aja.."
"Dulu kita susah punya anak sayang, begitu kakak ada dikasih Kay sama Jay, eh Mas minta anak lagi, jalannya mudah juga. Awal keberuntungan tuh ada pas kakak lahir."
"Mulai deh Mas sedih lagi kakak nikah.."
"Soalnya besok-besok Mas ga akan liat kakak dirumah lagi, dia udah ikut suaminya. Ditinggal anak-anak sekolah aja rasanya sepi apalagi kalo beneran mereka udah nikah."
"Uh...lagi melakonlis nih Daddy.." Jesica kini merangkul pinggang Kenan sambil terus berjalan.
"Kamu ga sedih?"
"Bukan ga sedih, aku udah pasrah aja. Ini bagian perjalanan hidup aku, makannya aku minta kerja supaya ga sepi."
"Iya ga sepi tapi awas jadi lupa sama Mas.."
"Masa aku lupa segitu aku jalan kemanapun ada Mas."
"Makasih sayang..." Kenan merangkul bahu Jesica mencium pipi sebentar.
"Mas..janggut sama kumisnya tumbuhin lagi ya, kemarin pas nikahan kakak Mas pangkas."
"Kenapa sih suka Mas brewokan sekarang?"
"Ini bukan karena aku hamil loh Mas, seneng aja liatnya, lebih macho gitu kan jadi lengkap udah berotot janggutan juga.."
"Bukan macho malah nyeremin lagi, orang-orang nyangkannya Mas bodyguard kamu bukan suami kamu."
"Ya kan ga brewokan yang kaya preman Mas, kaya Adam levine gitu aja Mas, jadi hot Daddy.."
"Jadi suka yang hot-hot?oke Mas bikin hot.." Goda Kenan sambil senyum-senyum.
"Tuh mikirnya lain lagi Mas.." Jesica mencubit lengan suaminya.
"Dad...aku pingin disini aja.."
"Disini gimana Jay?"
"Liburan disini lagi.."
"Pulang dulu ya nanti kesini lagi, kita mau ke Australia dulu kan, cari tempat buat Kay.."
"Katanya mau sampe tahun baru disini mom.."
"Iya tadinya mau gitu tapi kita udah pesen tiketnya kan, lagian tahun barunya jadi di Sydney, katanya bagus sayang disana.."
"Ya udah deh..."
"Sabar ya Jay, nanti kita liburan lagi."
"Mom..kepala aku sakit.."
"Sakit?sakit kenapa?" Jesica langsung cemas.
"Ga tau suka tiba-tiba sakit.."
"Sampe di Jakarta kita ke dokter.." Kenan dengan wajah tegang sekarang.
"Sekarang sakit ga?kalo sakit kita balik ke kapal aja.." Pertanyaan Jesica disambut anggukan oleh Jay yang kini memegangi kepalanya. Mereka pun segera mencari kapal mereka.
"Kalo masih sakit kita cari rumah sakit disini aja.." Kenan sedikit panik sementara crew kapal terlihat menghampiri mereka dan menanyakan sesuatu yang terjadi namun Jay memilih untuk beristirahat dikamarnya.
"Makasih ya Mas.." Ucap Jesica sebelum crew kapal pergi.
"Nanti malem Mas yang temenin Jay tidur.."
"Jay kenapa ya Mas?"
"Kecapean aja kayanya.."
"Masa sih?"
"Udah jangan mikir macem-macem dulu, kita periksain aja nanti. Mas juga panik sayang tapi kita liat kalo Jay istirahat mendingan ga..." Kenan menenangkan Jesica yang terlihat kepikiran dengan keluhan Jay tadi.
****
Untuk pertama kalinya Ara menginjakkan kaki lagi dirumah Dariel dan kali ini dia sudah berstatus istrinya. Ara mulai membuka kamar Dariel yang dominan dengan nuansa putih abu.
"Jadi lemari aku dimana?"
"Kita bikin dressing room buat kamu, nanti aku coba renovasi dikit supaya tembus ke kamar sebelah sementara satuin aja sama lemari aku."
"Oke.."
"Tadi kenapa ga nginep dirumah orang tua kamu aja?"
"Pingin ngerasain aja jadi suami istri beneran.."
"Beneran?emang kemarin bohongan apa?"
"Maksudnya tidur dirumah sendiri gitu.." Ucap Ara membuat Dariel tersenyum.
"Ga kerasa besok udah masuk kerja lagi.."
"Pasti disirikin nih sama yang lain.." Dariel mulai membuka kaosnya dan mencari baju tidurnya.
"Palingan mereka goda-godain doang lagian Chandra telepon mulu kemarin, udah numpuk kerjaan aku."
"Ya udah kamu istirahat supaya besok fit atau mau mandi dulu?" Dariel menghampiri Ara yang terduduk diatas tempat tidurnya. Tangannya menarik dagu Ara agar wajahnya menghadap ke arah Dariel.
"Aku bersih-bersih dulu kayanya, cuci muka..."
"Ya udah sana keburu malem.." Dariel membiarkan Ara pergi menuju kamar mandi. Di dalam kamar mandi Ara mengosok giginya, mencuci mukanya, merapihkan rambutnya dan langsung melihat cermin.
"Oke...tenang Ra. Tenang...rileks..." Ara menenangkan dirinya sendiri sambil menarik nafas pelan. Dia gugup sekarang, perlahan dia keluar dengan wajah segarnya dan melihat Dariel yang bersandar di tepi ranjang sambil melihat handphonenya.
"Kamu ga tidur?" Ara menaiki tempat tidurnya dan menarik selimut.
"Ini mau, tadi Chandra WA aku nanyain udah di Jakarta apa belum."
"Cerewet deh dia.."
"Berarti ada yang penting Ra.." Dariel menyimpan Handphonenya diatas nakas lalu mengganti lampu dengan lampu tidur. Dariel mulai memejamkan matanya.
"Riel..."
"Hm..."
"Kamu ga pingin coba?"
"Coba apa?"
"Aku udah selesai haidnya.." Mata Dariel langsung terbuka.
"Kamu yakin?udah bersih-bersih?" Kepalanya langsung dia palingkan ke arah Ara.
"Udah, aku udah mandi."
"Kamu yakin mau hari ini?kalo kamu cape aku ga maksa.." Dariel mengarahkan badannya pada Ara.
"Kamu cape?"
"Engga, cape aku langsung ilang denger kamu selesai Haid..."
"Dasar..." Ara senyum-senyum kali ini. Kini Dariel beranjak mendekati Ara lalu mencium bibirnya lembut. Tangannya mulai meraih pinggang Ara sementara badannya kini bergerak agar berada diatas istrinya namun suara telepon mengganggu mereka.
"Pasti Chandra, biarin aja.." Ucap Ara saat mengetahui suara itu dari Handphonenya dan melanjutkan aksinya lagi namun belum juga semenit suara itu muncul lagi.
"Angkat dulu kali aja penting."
"Sama kamu aja.." Ara membuat Dariel meraih ponselnya.
"Mommy..." Dariel melihat nama di layar handphonenya lalu menyerahkan pada Ara.
- Halo mom
- Kak kerumah sekarang, bantuin Kay ngurusin Kris.
- Kenapa emang mom?
- Jay sakit, kita mau bawa dia kerumah sakit.
- Jay? oke-oke mom, aku kesana sekarang.
Ara menutup teleponnya dan segera bersiap kerumahnya bersama Dariel.
***To Be Continue