Chapter 182 - Terserah

Pagi ini tak seperti biasa, Jesica absen dari sarapan begitupun Kris yang tak ada dikursinya namun makanan sudah tersaji diatas meja.

"Sial!!" Kenan melempar rotinya keatas piring lalu pergi begitu saja.

"Ada apa sih?kayanya kakak ketinggalan kabar nih."

"Mommy sama Daddy berantem kak.." Kay menjelaskan.

"Berantem gara-gara?"

"Kalo dari kata-katanya kemarin kayanya ada sangkut pautnya sama mommy hamil."

"Hamil?mommy hamil lagi?"

"Ga tau Kak, yang jelas aku sempet disuruh beli test pack."

"Mereka berantem sampe mommy tidur dikamar lain, bawa-bawa Kris lagi."

"Terus kalian gimana?"

"Kita keluar samperin takut ada apa-apa."

"Ga biasanya mommy marah gitu.."

"Aku pingin liat mommy, takut mommy kenapa-kenapa. Mommy ga makan lagi." Jay segera berjalan ke arah kamar yang ditempati ibunya. Dia mengetuk pintu perlahan.

"Mom...ini aku Jay, buka pintunya dong..."

"Kenapa sayang?" Jesica membuka pintunya.

"Mommy ga sarapan?"

"Udah tadi.."

"Mommy kenapa?sakit?wajah mommy pucet gitu.."

"Mommy kurang tidur aja sayang, mommy tidur dulu ya bentar mumpung Kris juga tidur, Kamu hati-hati kalo mau kuliah."

"Iya mom.." Jay kembali berjalan kearah meja makannya.

"Gimana?"

"Mommy pingin istirahat Kay, kayanya mommy sakit deh. Aku jadi khawatir kalo ninggalin mommy dirumah."

"Nanti kan ada bibi.."

"Iya nanti tapi sekarang engga ada, Daddy kayanya pergi, aku bolos aja."

"Aku juga.."

"Kakak ga bisa ada janji sama vendor, kabarin aja kalo ada apa-apa nanti kalo ketemu Daddy, kakak coba ngobrol sama daddy."

"Iya kak.."

"Kakak pergi ya duo aneh.." Ara sempat-sempatnya meledek adiknya. Dilain tempat Kenan menyetir entah kemana. Dia masih belum bisa mengendalikan kekesalannya. Dia bukannya tak menerima jika Jesica hamil tapi dia hanya takut terjadi sesuatu dengan Jesica atau anaknya nanti. Kini Kenan semakin menginjakkan gasnya mobilnya lebih dalam. Dia kini pergi menuju rumah orang tuanya.

"Assalamualaikum..."

"Walaikumsalam, tumben kamu kesini.."

"Pingin main aja yah.."

"Mana cucu ayah?"

"Aku sendiri.."

"Kok sendiri?kenapa?lagi ada masalah sama Sica?"

"Ya..gitulah mah.." Kenan duduk disamping orang tuanya.

"Masalah apa sih?"

"Salah paham aja."

"Udah umur segini masih aja ribut-ribut kaya anak kecil segala. Ngapain coba kamu kesini Ken?selesain masalah sana."

"Aku lagi cape, kalo aku ngobrol sama Sica sekarang malah emosi nanti yah.."

"Ya obrolin baik-baik.."

"Ga bisa mah, aku lagi kesel, Sica juga kesel..."

"Malu dong Ken sama anak-anak. anak-anak kamu kan udah gede. Kasih dong contoh yang baik.."

"Iya Ken salah, mana berantemnya depan Kay sama Jay lagi."

"Masalahnya apa sih?coba cerita."

"Aku sama anak-anak curiga Sica hamil lagi mah, aku belilah test pack dan suruh dia pake. Dia bilang dia ga hamil sampe kita ribut karena aku ga mau Sica hamil lagi. Dia salah paham nyangka aku ga nerima kalo sampe dia hamil."

"Terus hasilnya apa?"

"Mana aku tahu, test packnya aku buang."

"Ga kira-kira kalian punya anak lagi.."

"Mana aku tahu yah."

"Kris aja masih untung tuh lahir selamet pake acara Jesica koma segala. Pikir dong Ken.."

"Iya yah, jangan omelin aku dong. Aku tuh kesini mau tenangin diri gitu."

"Tenangin diri tuh selesain masalah bukan ngehindarin masalah. Itu kasian anak kamu Ara, mau nikahkan dia, kalian malah begini."

"Gara-gara ide ayah, dia jadi nikah cepet-cepet."

"Udah-udah, nanti ngerembet lagi ke yang lain." Ibunya melerai perdebatan mereka.

"Udah ah aku pingin istirahat, tambah cape debat sama ayah.." Kenan segera naik ke kamarnya yang dulu.

***

"Kenapa sih sayang?daritadi komentarnya cuman iya bagus, engga. Ada apa?kamu ga suka ya sama semuanya?" Dariel heran dengan tingkah Ara sejak pagi yang lebih pendiam.

"Mommy sakit kayanya terus berantem sama Daddy."

"Berantem?biasanya juga suka romantis."

"Iya makannya aku juga heran, kemarin aku ga liat berantemnya gimana, Jay sama Kay yang liat terus tadi pagi Daddy pergi ga tau kemana. Kayanya kalo nikah permasalahannnya susah-susah, aku ga mau kaya gitu."

"Siapa juga yang pingin. Makannya kalo ada apa-apa tuh kamu diomongin baik-baik."

"Kok ke aku doang?kamu juga dong."

"Iya sayang.."

"Kamu mau mampir dulu ga?"

"Kayanya engga deh, suasana rumah lagi ga bagus. Aku juga mau siap-siap buat besok."

"Hati-hati ya sayang, kabarin aku kalo udah sampe."

"Iya nanti aku kabarin, kamu masuk sana.."

"Bentar, kan ga akan ketemu 3 hari.." Ara menarik kemeja Dariel agar menciumnya namun belum juga sampai terdengar suara tangisan Kris.

"Kok ada suara Kris?" Ara heran dan langsung keluar dari mobilnya. Satpamnya sendiri kini sedang mendorong pagar besi rumahnya.

"Kenapa?" Ara terkejut ketika melihat Jay menggendong adiknya sementara Kay mengangkat ibunya bersama Pak Kahar.

"Mommy pingsan Kak, kita ga tahu kenapa." Jay mencoba menenangkan Kris.

"Udah coba telpon daddy?"

"Handphonenya ketinggalan."

"Daddy ga ada kabar sama sekali emang?"

"Ga ada kak.."

"Ya udah sini Kris, kamu temenin Kay dimobil. Kakak sama kak Dariel nyusul."

"Iya kak.." Jay dengan wajah paniknya.

"Jay..Jay...tenang..oke, mommy ga papa.."

"Udah aku aja yang temenin Kay, Jay biar bawa mobil aku.."

"Iya ya udah, hati-hati Riel.."

"Ayo kak.." Ajak Kay yang sudah siap didalam mobilnya.

"uh..haus ya sayang, bentar ya kakak cariin dulu susunya.." Ara menyempatkan diri mencari susu untuk Kris sementara Jay duduk termenung diruang tamunya.

"Nah ketemu..." Ara memberikan susu pada Kris lalu pergi bersama Jay.

- Halo uncle, uncle lagi sama Daddy ga?

- Engga Ra, kenapa?

- Uncle... mommy pingsan dan sekarang lagi dibawa kerumah sakit, tapi kita ga tahu dimana daddy.

- Kok bisa?

- Daddy lagi marah dan pergi gitu aja tadi pagi, handphonenya juga ketinggalan jadi kita ga tahu uncle.."

- Ya udah biar uncle yang cari daddy, kamu urusin aja mommy ya, nanti kasih tahu uncle dimana rumah sakitnya. Biar uncle tanya dulu sama uncle Dikta.

- Iya, makasih uncle..

Ara menutup teleponnya dan kembali menenangkan Kris yang sudah mulai diam memandang jalanan.

"Awalnya gimana Jay?"

"Kita cuman mau periksa mommy dikamar dan mommy buka pintu, baru juga kebuka mommy udah jatuh kak.."

"Daddy kemana lagi.."

"Daddy jahat ninggalin mommy."

"Daddy ga jahat, ini karena mereka lagi berantem aja Jay.."

"Kakak tuh dari dulu selalu bela Daddy."

"Kakak ga bela siapapun. Mereka dua-duanya orang tua kita Jay. Kamu ga boleh punya pemikiran bela siapa, milih siapa. Dua-duanya sayang kamu.."

"Tapi kak.."

"Jay cukup, mommy ngelarang kita berantem kalo dimobil dan lagi keadaan kaya gini kakak ga ada mood buat debat sama kamu." Ara membuat Jay diam sekarang.

***To Be Continue