2 bulan berlalu Kay sudah mulai aktif mengurus cafenya bahkan tanpa canggung dia ikut terjun langsung melayani pelanggannya hingga suara pintu terbuka kembali tedengar membuat Kay kembali ke meja kasirnya.
"Silahkan mau pesan apa.." Kay dengan semangat namun matanya kembali lagi bertemu dengan mata itu.
"Ran.." Doni yang menyadari Kiran sebagai pelanggannya langsung menyapa Kiran.
"Kamu kenal sayang?"
"Hm...dia senior aku di kampus yang dulu.." Kiran mulai berbicara.
"Kenalin..gw Doni.."
"Bayu.."
"Heh.." Doni menepuk punggung Kay.
"Eh iya, gw Kay.."
"Bayu, salam kenal ya.."
"Jadi mau pesen apa tadi?"
"Sayang, kamu dulu mau apa?"
"Aku pingin signature hot chocolate.." Kiran berbicara sambil melihat menu.
"Kalo aku...Hazelnut latte, kentang ukuran large nya 1.."
"Ada lagi?"
"Udah aja, jadi berapa?"
"Ga usah, gw yang traktir.."
"Eh ga papa, gw bayar aja." Bayu memaksa.
"Ucapan salam kenal, jadi besok-besok harus datang lagi loh.." Kay dengan senyuman kali ini.
"Pasti..jadi member nih disini, ntar gw promoin.."
"Makasih, duduk aja dulu. Nanti gw anterin.." Kay dengan ramah lagi lalu membuatkan pesanan teman barunya itu.
"Udah sabar..." Doni menepuk bahu Kay dengan keras.
"Don, mana si Randi?cafe rame gini.."
"Udah gw telpon, dia baru selesai revisian, bentar lagi kesini.."
"Orang tua gw mau kesini.."
"Lu udah kasih tahu?"
"Udah, makannya mereka pingin liat."
"Kali aja dapet modal tambahan Kay.."
"Ya ampun lu ya..." Kay menggelengkan kepalanya.
"Lu jadi bulan depan ke australi?"
"Jadi, mommy ngajakin gw liat kesana.."
"Bawain oleh-oleh.."
"Siap, gw bawain kangguru." Canda Kay membuat Doni tersenyum.
"Bentar, gw anterin dulu.."
"Sini, gw aja.."
"Ga usah, gw aja.."
"Yakin lu?"
"Yakin. Gw ga papa.." Kay membawakan semua pesanan Bayu dan Kiran ke mejanya.
"Makasih.." Bayu memindahkan minuman Kiran ke arahnya.
"Iya sama-sama. Mudah-mudahan enak." Kay tak banyak bicara lagi dan langsung berlalu. Tidak lama dia kembali melayani para pelanggan dengan sesekali matanya melirik ke arah Kiran yang menurutnya semakin cantik. Kay jadi berpikir apakah semudah itu bagi Ran untuk berpindah kelain hati? apakah semudah itu Ran melupakannya?. Padahal Kay sangat kesulitan sekarang. Kay kini membersihkan meja kotornya, membuang sampah plastik padanya tempatnya dan tak lupa melirik Kiran lagi namun kali ini Kiran juga menatapnya membuat Kay dengan cepat mengalihkan pandangannya ke depan.
"Kay.." Bayu memanggilnya lagi.
"Iya kenapa Bay?"
"Gw pingin take away aja kentangnya.."
"Kenapa?baru juga datang." Kay sambil mengambil kentangnya.
"Iya, pacar gw ada urusan mendadak.."
"Oh iya, bentar gw bungkusin.." Kay langsung pergi lagi ke dapur kecilnya dan membungkus kentangnya.
"Nih.."
"Makasih Kay, gw duluan ya.."
"Iya hati-hati Bay juga Ran.." Kay tampak canggung saat menyebutkan nama Kiran dibelakang sementara Kiran dengan dingin melangkah bersama kekasihnya.
"Apa dia tahu aku liatin dia terus tadi, jadi ga nyaman dan pergi?" Kay dalam hatinya menggerutu sendiri. Selang satu jam terlihat Kenan yang menggendong Kris membuka pintu diikuti Jesica dibelakangnya yang tampak menggandeng Jay.
"Dad...duduk aja dulu disini.." Kay senyum dengan senang menyambut kehadiran orang tuanya.
"Kayanya diluar enak.."
"Jangan mom, smoking area. Diatas aja mau?lumayan kok view-nya juga." Kay lalu menuntun keluarganya keatas.
"Jadi ini...yang bikin kamu pulang malem terus?"
"Iya dad, aku juga ikutan kerja, lumayan buat hemat biaya tenaga kerja."
"Ya udah Daddy bantuin."
"Ga mau, inikan usaha aku sama temen-temen aku.."
"Terus kamu ini uang darimana?"
"Uang warisan Alm. opa sama oma tapi aku ga pake semua kok, aku sisihin juga."
"Ga papa sayang, ga nyangka anak mommy seurius nih terjun ke dunia kulinernya, mommy bangga sama Kay.." Jesica langsung mencium pipi Kay.
"Mom..jangan gini, malu.." Kay mengusap pipinya takut-takut ada bekas lipstik disana.
"Malu?kenapa mesti malu?"
"Aku kan udah gede.."
"Jay aja dicium mommy biasa.."
"Lagi rame mom, malu.."
"Anak mommy makin ganteng pake apron gini.." Jesica tak henti merangkul Kay.
"Aku cariin, kirain dimana.." Ara dan Dariel ikut hadir dalam kunjungan mereka ke cafe milik adiknya.
"Bagus Kay, hebat.." Puji Dariel sambil menyodorkan tempat duduk untuk Ara.
"Makasih kak.."
"Palingan bukan ide dia.."
"Enak aja, ini ide aku sama temen-temen aku. Ya udah mau pesen apa?"
"Yang recommended, yang best seller pokoknya disini."
"Khusus buat mommy aku buatin sendiri.."
"Kaya yang bisa aja jadi barista.."
"Kak..didukung dong adiknya, jangan digituin terus.."
"Iya nih kakak, awas ya kalo ketagihan sama kopi buatan aku.."
"Mana coba sini bawa.."
"Iya-iya, bawel dasar. Kris mau Abang bikinin apa?"
"Kris minta susu aja sama cemilan apa kek.."
"Iya dad, Kay kebawah dulu..."
"Ga nyangka deh Mas Kay udah sejauh ini, aku seneng liatnya, mana pake acara rahasia-rahasiaan segala."
"Baguslah, biasanya dia bikin onar sekarang udah dewasa kepikiran kaya gini.."
"Dariel sama kakak bulan depan udah ga boleh ketemu loh satu Minggu."
"Apaan sih mom, pake acara pingitan segala."
"Eh justru penting, biar pas ketemu tuh lebih greget.."
"Daddy ada-ada aja.."
"Lagian kakak ga akan mommy ijinin ke kantor, udah diem dirumah perawatan atau apa kek begitupun Dariel.."
"Iya mommy"
"Dariel dengerkan?"
"Iya mom.." Dariel sudah tak canggung lagi sekarang. Setelah beberapa menit Kay datang bersama teman-temannya lalu menyajikan minuman dan makanan andalan cafenya.
"Daddy, mommy, kenalin ini temen aku, mitra bisnis aku, Doni sama Randi."
"Bagus nih, temanan tuh yang bawa manfaat.."
"Makasih om.."
"Doni udah sering om denger tapi ga pernah liat mukanya."
"Akhirnya ketemu juga kan dad.."
"Ya udah selamat menikmati om, Tante.." Randi dengan sopan lalu meninggalkan keluarga Kay begitupun Doni yang menyusulnya.
"Sabar sayang, panas..." Kenan menghentikan aksi Kris yang ingin menggapai sosis didepannya.
"Anak-anak denger mommy, mommy sama Daddy mau kerja lagi mulai Minggu depan ya.."
"Loh kok kerja sih mom?"
"Jay...ada yang harus mommy sama Daddy urusin sayang.."
"Kris gimana?"
"Ya Kris tetep mommy uruslah Kak.."
"Aku ga suka baby sitter mom, di berita-berita katanya mereka jahat."
"Ga semua gitu Jay, mommy bakalan sering keluar kota ya.."
"Mom...jangan kerja, biarin aja Daddy."
"Mulai deh Jay ngerengek manja.." Ara sudah tahu kebiasaan adiknya.
"Daddy sama mommy bagi tugas Jay.."
"Kalo ijin-ijin apapun paling susah tuh sama Jay.."
"Kak aku kan cuman pingin tahu yang jelas."
"Udah jangan berantem." Jesica melerai.
"Nah Mas punya ide sayang..."
"Apa?"
"Bentar lagi kakak nikah tuh sama Dariel. Mending Dariel bantuin aja urusin pabrik.."
"Hah?gimana dad?" Dariel terkejut dengan penawaran Kenan.
"Udah keluar aja dari SC pindah ke pabriknya mommy, sistem kerjanya hampir sama kok Riel cuman beda di hasil produksi aja."
"Iya bener Riel, udah pindah aja ke pabrik mommy, jadi mommy agak enang.."
"Iya kak Dariel jadi ga punya atasan kaya kakak.." Ledek Kay sekarang.
"Apa kamu ikut-ikutan. Udahlah Riel jangan..biarin aja Daddy."
"Kak...belajar mandiri dong ga selamanya harus sama Dariel."
"Dariel pikirin dulu ya dad.." Dariel sambil melihat Ara yang cemberut.
***To Be Continue