Chereads / I don't know you, but I Married you / Chapter 177 - Mantan Terindah

Chapter 177 - Mantan Terindah

Kay sedang memandang barang yang ada dihadapannya. Dia bingung dengan buku yang akan dia beli. Dia lupa mana buku yang ditunjukkan dosennya tadi hingga suara handphonenya terdengar.

- Halo sayang.

- Kamu dimana?.

- Ini aku lagi di Gramedia, kamu udah ketemuannya?.

- Udah tapi masih ada temen aku sih, kamu kapan kesini?.

- Iya bentar lagi aku kesana, ini aku bayar dulu.

- Di lantai 3 ya sayang.

- Iya, kamu mau nitip sesuatu ga?.

- Engga, ga usah.

- Ya udah kamu tungguin aja disana sampe aku datang. Bye..

Kay menutup teleponnya lalu memasukkan lagi handphonenya ke dalam saku celana.

"Yang ini deh kayanya.." Kay akhirnya menentukan pilihannya dan mengembalikan buku satunya ke dalam rak namun matanya menjadi terpaku saat memandang wajah seseorang yang ada disampingnya.

"Ran..." Panggil Kay dengan suara kecil membuat wanita yang sedang mengambil buku itu menoleh, menatap Kay dengan terkejut. Kini Kiran segera berjalan menjauh darisana.

"Ran.." Kay menahan tangan Kiran membuatnya berhenti melangkah. Kini matanya tertuju pada tangan Kay yang sedang memegang lengannya, dengan segera Kay melepaskan itu.

"Maaf...waktu itu aku ga maksud ngomong gitu. Aku minta maaf Ran.."

"Iya ga papa lupain aja." Kiran dengan cepat menjawab permintaan maaf Kay.

"Aku ga enak udah ngomong gitu ke kamu."

"Iya udah ga papa Kay."

"Nih aku udah nemu sayang..." Seorang lelaki yang sempat Kay liat menyebrang jalan dengan Kiran menghampiri mereka. Dia tampak menujukkan buku pada Kiran.

"Dimana?"

"Ada disana ternyata.." Lelaki itu menjawab sambil menunjuk ke arah lain. Kay yang tahu situasinya sedang tidak tepat segera berjalan meninggalkan mereka menuju meja kasir.

"Sayang?Jadi bener itu pacar kamu Ran.." Kay dalam hatinya lalu membuka dompetnya. Setelah sang kasir memberikan buku yang Kay beli dia sempat melihat lagi ke arah Kiran yang sekarang tengah mengobrol dengan lelaki itu. Kini dia berjalan lagi menuju tempat makan dimana olive berada.

"Kok sendiri?udah pada pulang sayang?" Kay menyapa olive yang kini sedang duduk sendirian sambil memakan sesuatu.

"Iya udah, sini duduk dulu.." Olive menarik tangan Kay yang kemudian membuka menu makanan disana.

"Kamu ga bisa makan disini, semua makanan disini bukan termasuk kategori halal."

"Oh iya, makasih udah dikasih tahu."

"Kalo kamu mau makan ditempat lain, aku temenin sayang.."

"Engga, aku tadi lagi nyari cemilan aja kok."

"Ya udah ayo cari, aku udah selesai kok makannya."

"Engga duduk dulu?kamukan habis makan."

"Ga enak soalnya kamu cuman ngeliatin mending cari tempat yang lain aja."

"Ya udah, kita jalan-jalan aja yuk.." Kay mulai berdiri dan menggandeng tangan Olive.

"Kamu jadi buka usaha cafe bareng Doni sama Randi?"

"Jadi, kemarin udah ketemu tempatnya. Daerah rame juga."

"Kapan grand openingnya?"

"Nanti sayang Minggu depan kayanya, sekarang tempatnya lagi di renovasi dulu sama beberapa furniture juga belum aku beli. Kamu wajib datang nanti."

"Pastilah aku datang."

"Aku belum ngasih tahu Daddy sama mommy."

"Kenapa?"

"Pingin surprise aja."

"Kamu buka usaha disini tapi nanti mau pergi ke Australi, gimana ceritanya coba?"

"Kan ada temen aku yang kelola, aku percaya kok sama mereka lagian aku juga pasti sesekali pulang, kan pingin liat kamu.." Gombal Kay sambil merangkul Olive lebih erat membuat Olive tersenyum manis menatap Kay.

***

Kenan sedang memantau orang yang membantunya membuatkan tempat bermain mini untuk Kris di halaman belakangnya. Tampak perosotan dan ayunan sudah terpasang disana dengan kuat. Kini beberapa pria sedang memasang trampolin di area belakang.

"Kris seneng sayang, nanti main sama Daddy." Kenan mencubit gemas pipi gembul Kris.

"Itu amankan Mas?"

"Aman sayang, Mas udah cek. Liat senyum-senyum terus Kris.."

"Makasih Daddy..." Jesica seolah mengucapkan isi hati Kris.

"Mas mau tambah bagian kecil sayang disamping kolam renang buat Kris. Jadi nanti dia juga bisa berenang disana."

"Emang cukup Mas?"

"Cukup, Mas udah ukur kok. Kalo ga cukup pangkas aja yang kolam besarnya dikit."

"Ye...kris belenang..."

"ba..ba..ba..ba..." Kris mulai bersuara entah berbicara apa.

"Mas sekalian pasangin rumput sintesis disana, jadi Kris bisa rasain jalan diatas rumput tanpa harus kotor."

"Mas...lagi manjain Kris nih.." Jesica tersenyum senang sambil menyandarkan kepalanya dipundak Kenan.

"Iya dong, cuman si kecil ini yang bisa di manja-manjain."

"Mas...aku pingin nasi Padang."

"Nasi Padang?"

"Iya, aku pingin makan pake rendang. Enak kayanya Mas.."

"Ya udah Mas beli dulu kedepan."

"Aku ikut Mas, makan ditempatnya aja yuk."

"Sayang, belakangan ini kamu seneng makan ditempatnya mulu, biasanya ga suka."

"Supaya kerasa nuansa rumah masakan padangnya."

"Ya udah ayo, Kris juga pingin lagi makan sama rendang hm?" Kenan merangkul istrinya ke depan.

"Mau pada kemana?" Tanya Kay yang baru saja sampai.

"Mau makan nasi Padang, kamu mau ga?"

"Mau mom.."

"Ya udah ayo ikut." Ajak Kenan.

"Makan disana?"

"Iya Kay.."

"Aku dibungkusin aja deh dad.."

"Ya udah mau apa aja?"

"Rendang, telur dadar sama kikil ya.."

"Iya, ya udah tolong liatin tukang yang lagi bikin mainan buat Kris ya.."

"Siap dad, kalo ada aku pingin Jus melon ya dad.."

"Duh dikasih hati minta jantung.."

"Kan sekalian keluar."

"Iya-iya.." Kenan berjalan lagi menuju mobilnya sementara Kay mulai masuk kedalam rumahnya. Sesuai perintah ayahnya, kini dia duduk sambil memperhatikan tukang yang masih terlihat sibuk dihalaman belakang. Kay kini mengeluarkan Handphonenya lalu mengklik icon galeri. Disana ada satu folder terkunci yang dia buat khusus untuk menyimpan foto Kiran. Dia membuka satu demi satu foto Kiran. Kini layar handphonenya penuh dengan potret wajah Kiran atau potret dirinya yang berfoto bersama dengan Kiran, foto yang begitu mesra yang tak mungkin Kay lupakan momentnya.

"Ran..kalo cuman jauh dari kamu aku masih bisa tahan tapi kalo liat kamu sama cowok lain, aku ga bisa." Kay berbicara sendiri sambil memandang wajah mantan kekasihnya itu. Dia sadar dia salah dengan memacari Olive. Sejujurnya meskipun Olive adalah kekasihnya, Kay belum bisa melupakan Kiran. Baginya Kiran masih menjadi satu-satunya wanita yang mencuri hatinya. Meskipun Kiran yang memutuskan untuk pergi dan Kay sempat marah untuk keputusan itu tapi hati kecil Kay masih mengharapkan Kiran kembali. Kay hanya masih takut untuk mengejar keinginannya. Dia masih takut dengan orang tua Kiran. Kadang ada rasa kesal dihati Kay, karena Kiran begitu memikirkan perasaan ayahnya dan benar-benar tak mempedulikan perasaannya walaupun hanya sedikit hingga satu pertanyaan muncul di kepalanya. Sebenarnya selama ini Kiran mencintainya atau tidak?.

***To Be Continue