Chapter 172 - Badmood

Tak seperti biasanya Jesica tampak jutek hari ini wajahnya hanya sesekali tersenyum saat berbicara. Kini saat semua tengah sibuk sarapan Jesica terlihat menyuapi anak bungsunya.

"Eh minum telus, makan dulu sayang.." Jesica menyodorkan sendoknya ke mulut Kris. Sesekali Jesica memakan rotinya yang ada di piring kemudian beralih lagi menyuapi Kris.

"Mas aja yang suapin Kris."

"Ga usah Mas.."

"Mas udah selesai kok sarapannya."

"Aku juga udah." Jesica tetap memegang erat sendok makan Kris dan menunggu anaknya selesai mengunyah.

"Lagi sayang..." Jesica kembali fokus dengan anaknya.

"Dad..hari ini aku pulang telat ya.."

"Mau kemana Kay?" Jesica langsung berkomentar.

"Main dulu kerumah temen mom.."

"Kerumah temen tuh siapa?"

"Rumah Doni mom.."

"Ngapain?"

"Ya ngobrol-ngobrol aja mom..."

"Masa sama Doni doang?"

"Ya sama yang lain juga mom tadikan mommy nanya rumah siapa."

"Ya apa salahnya sih Kay kalo ngejelasin ke mommy tuh yang bener yang lengkap gitu."

"Biasanya juga mommy ga nanya-nanya.."

"Terus kalo mommy sekarang nanya emang ga boleh?" Suara Jesica yang meninggi membuat Ara dan Jay saling menatap.

"Ya..boleh mom." Kay bingung dengan apa yang telah diperbuat sampai ibunya tampak kesal.

"Udah-udah, Kay pulangnya jangan malem-malem ya. Inget jamnya.." Kenan segera menghentikan pembicaraan itu.

"Iya dad.." Kay menurut sementara Jesica mulai menarik Kris dari kursinya dan pergi dari meja makan.

"Mommy kenapa sih dad?" Tanya Ara.

"Mungkin lagi cape aja.."

"Ini pasti Daddy ada ngelakuin apa jadi mommy kesel.." Jay menebak.

"Udah-udah ntar juga biasa lagi mommy."

"Ya udah aku pergi ya.." Ara bersiap-siap mengambil tasnya diikuti Jay dan Kay yang pergi ke kampusnya. Dimotor Kay bingung dengan sikap ibunya padahal dia merasa tidak melakukan kesalahan apapun. Sepanjang perjalanan dia tampak memikirkan itu. Apa yang salah dengan berkumpul bersama teman-temannya? Kay terus berpikir hingga matanya tertuju pada seseorang yang sedang menyebrang jalan. Seseorang yang sangat ingin dia lihat sejak dulu. Kay dengan refleks langsung membuka kaca helm full facenya dan mencoba meyakinkan bahwa yang dilihatnya adalah benar Kiran. Matanya kini beralih pada sosok pria yang ada disampingnya yang dengan santai menggandeng tangan Kiran. Saat mereka melintas tepat dihadapan Kay, Kiran hanya tertawa kecil membuat Kay yang entah kenapa ikut tersenyum sekarang. Lampu hijau menyala dengan cepat Kay menjalankan lagi motornya.

"Ran...kamu udah seneng ya sekarang.." Kay dalam hatinya sambil terus melaju kencang dan tanpa sadar kecepatan motornya itu membuat Kay hilang kendali dan menabrak mobil yang ada di depannya.

"Eh maaf-maaf.." Kay segera memarkirkan motornya disamping dan melihat sosok pemilik mobil yang kini tampak kesal.

"Maaf-maaf aja, hati-hati dong Mas ga liat apa di depan ada mobil?emang ini jalanan punya lu apa?" Wanita itu marah-marah.

"Iya maaf saya yang salah.."

"Terus ini gimana?!ga kira-kira nabraknya." Wanita itu sambil melihat bagian belakang mobilnya.

"Iya saya tanggung jawab buat benerinnya.."

"Jangan main-main loh Mas, benerin mobil saya mahal."

"Berapa duit sih yang lu butuh?gw udah baik-baik dari tadi juga."

"Dikasih tahu nyolot ya.."

"Siapa duluan yang nyolot?jadi berapa biar gw kasih nih?"

"5 juta.."

"Ga kira-kira ya lu, gitu doang 1 juta juga cukup."

"Enak aja 1 juta, bilang aja lu ga punya."

"Lu sekalian benerin mobil lu kali jadi gw yang tanggung."

"Gw masih mampu kali."

"Ya udah, nih gw kasih duit cash 1 juta terserah mau lu terima atau engga..." Kay mengeluarkan dompetnya dan memberikan uang itu pada sang wanita.

"Ke gores dikit doang juga. Asal lu tahu! gw juga punya mobil, jangan bodoh-bodohin gw dengan harga segitu, dasar cewek gila!!"

"Lu kalo mau tanggung jawab ga usah ngatain. Nih gw balikin, dasar cowok miskin!!" Wanita itu kembali memberikan uang pada Kay dan langsung pergi dengan mobilnya.

"Cewek aneh!!" Gerutu Kay dan kembali menyimpan uangnya. Kini dia melanjutkan perjalanannya menuju kampus.

****

"Hai sayang, jalan-jalan yuk anter Mas beli makanan ke depan." Kenan melingkarkan tangannya disekitar bahu Jesica yang sedang duduk disofa.

"Cape, Mas aja.."

"Mumpung bi Rini masih ada jadi kris bisa dititip dulu kita pergi naik motor aja yuk.."

"Mas aja.." Jesica masih santai sambil melihat tayangan di tv-nya. Kini Kenan beralih duduk disamping Jesica. Tangannya kini menggengam tangan istrinya itu lalu menciumnya sebentar.

"Sayang kenapa sih?marah sama Mas?"

"Engga.."

"Mas minta maaf sayang, maafin ya sayang Mas ga maksud bentak kamu."

"Aku kan cuman kasih tahu Mas, aku kan ga bilang Mas salah."

"Iya sayang maaf, udah marahnya dong Mas ga nyaman sayang kita gini. Kita udah jarang loh berantem-berantem..." Kenan dengan lembut sekarang.

"Kemarin karena kita sama-sama cape aja makannya pake emosi." Tambah Kenan membujuk.

"Mas nyebelin.." Jesica sudah luluh dengan merangkul badan suaminya sekarang.

"Iya Mas nyebelin. Kamu cape ya ngurus anak-anak terus?kayanya kita butuh waktu berdua deh. Udah jarangkan kita pergi-pergi kemana gitu berdua."

"Maunya Mas aja itu.."

"Engga, bukan mau Mas. Kamu juga sekali-sekali pikiran diri kamu juga dong. Sejak ngelahirin, Mas jarang liat kamu pergi nyalon lagi, Mas jarang liat kamu pergi-pergi. Kalo emang mau Mas ijinin kok.."

"Ya Masa aku sendiri Mas.."

"Ajak temen-temen kamu aja kalo engga pergi sama kakak sayang atau perlu Mas temenin? Mas juga butuh perawatan kayanya.." Canda Kenan membuat Jesica senyum-senyum.

"Ngapain Mas perawatan?"

"Biar makin gantenglah.."

"Buat apa ganteng-ganteng?"

"Buat kamulah sayang.."

"Mas dimata aku ganteng terus.."

"Sayang denger Mas, Mungkin kadang kamu lebih peka sama anak-anak atau kadang Mas yang lebih peka sama anak-anak. Ya...kita sama-sama ingetin aja. Mungkin sekarang-sekarang kamu yang lebih ngeh anak-anak kenapa."

"Ya tapikan aku butuh bantuan Mas, ga semuanya bisa aku kasih tahu Mas. Kaya kemarin soal Jay masa aku yang kasih tahu enaknya kan emang Mas yang juga punya, aku mana ngerti."

"Nah kalo Kay juga kan kamu yang ngalamin, sama kamu dong diajak ngobrolnya. Mas kalo kasih tahu mana ngerti sayang, belum pernah ngalamin. Kenapa Mas tenang?karena dia kemarin kenalinnya kan temen aja sayang, kalo temenankan boleh dong sama siapa aja."

"Iya Mas aku salah.."

"Tumben ngaku salah.." Canda Kenan.

"Ish ....mulai nyebelin lagi." Jesica memberikan pukulan kecil di lengan suaminya.

"Udah-udah ga usah marah, bercanda doang yang, kamu salah pun Mas yang tetep minta maaf."

"Mas pingin beli apa ngajak keluar?"

"Ya beli apa kek, jajan-jajan gitu, yang seger gitu sayang.."

"Ya udah ayo.." Jesica kini beranjak bediri.

"Sini dulu dong.." Kenan menarik tangan Jesica membuat badannya kini mendekat lagi.

"Dari kemarin Mas belum dicium.."

"Nanti ada bibi.."

"Bentar aja yang.."

"Udah ah, keburu Kris bangun. Ayo cepetan..."

"Iya-iya ayo.."

***To be continue