Chapter 157 - Keluarga

Sesampainya dirumah Jay tampak berjalan dengan lesu sambil sesekali memegang wajah dan tangannya yang mulai terasa sakit.

"Jay..." Panggil Kenan membuat Jay menghentikan langkahnya.

"Kak tidurin Kris dikamar mommy ya.." Jesica memberikan Kris pada Ara lalu naik bersama Dariel dan Kay.

"Maafin Daddy." Kenan memeluk anaknya.

"Maafin Daddy marah sama kamu, maafin Daddy ga tegur Dirga dari kemarin-kemarin."

"Dia... jahat... dad....Dia jahat..." Jay kini malah menangis seperti anak kecil.

"Dia...jahat sama keluarga kita dad...." Jay masih dengan nada sendunya.

"Aku ga papa kalo dia gitu sama aku....tapi sama kakak sama mommy ga boleh. Dia...jahat..."

"Iya..dia salah, dia ga boleh gitu mau sama kamu, mau sama kakak atau bahkan sama mommy. Dia tetep ga boleh gitu."

"Aku sakit hati dia ngomong gitu sama kakak sama mommy padahal semua yang dia omongin bohong. Bohong itu ga bolehkan dad?"

"Iya ga boleh. Jay hebat udah belain keluarganya tapi besok-besok boleh Daddy minta kalo kamu denger omongan kaya gitu lagi dari Dirga atau siapapun bilang Daddy?boleh Jay bilang dulu?"

"Tapi aku kesel ada yang kaya gitu, dia harus dikasih pelajaran dad.."

"Iya Daddy ngerti, emang Daddy engga kesel?Daddy juga kesel denger Dirga ngomong gitu, Daddy marah Jay tapi apa ada Daddy pukul Dirga tadi?Daddy marahnya pake cara lain. Daddy ga bilang Jay ga boleh marah tapi coba marahnya ga usah pake kekerasan gitu." Kenan dengan nada lembut.

"Jay kan dewasa, ga boleh main pukul-pukul gitu, kalo Kris liat gimana?nanti dia niru abangnya." Jesica menambahkan sambil mengusap pelan rambut anaknya.

"Tapi kalo dia pukul aku duluan aku masa ga lawan mom.."

"Jay Daddy ijinin kamu latihan boxing, karate tuh bukan buat dipake gini, boleh sayang dipake tapi di situasi tertentu bukan buat ngehajar orang."

"Udah ya Jay, jadiin ini pelajaran. Ga usah sebel-sebel lagi sama Dirga, udah puaskan pukul dia?Daddy udah tegur dia juga sekalian Daddy kasih tahu orang tuanya soal kelakuan Dirga supaya langsung dikasih tahu anaknya." Jesica menambahkan agar Jay tak bermusuhan dengan Dirga.

"Maafin aku mommy, aku bentak mommy tadi.." Jay kini berpindah memeluk ibunya.

"Iya ga papa, jangan gitu lagi ya sayang..."

"Mommy ga marah?"

"Mana bisa mommy marah sama anak yang udah belain mommy sama kakak. Jay jangan ngomong kasar lagi ya sayang, mommy ga suka dengernya."

"Aku cuman kelepasan tadi mom..."

"Liat mommy..." Jesica menyuruh anaknya berdiri dengan benar.

"Ini sakit?" Jesica memegang setiap luka yang ada di badan anaknya.

"Iya, kakak ngobatinnya ga bener mom.."

"Mana lagi yang sakit?"

"Punggung aku sakit mom tadi kak Dirga dorong aku deket kolam."

"Coba buka bajunya biar Daddy liat kenapa.." Kenan jadi khawatir dengan luka yang ada pada Jay.

"Ya udah duduk situ, biar mommy obatin." Jesica segera mencari kotak obat dan kompresan setelah itu duduk bersama Kenan untuk mengobati anaknya sementara Dariel dan Ara masih berduaan diatas sambil menjaga Kris.

"Kamu kenapa sih?" Tanya Ara.

"Aku keselah Ra, mulut Dirga tuh ga bisa dijaga banget. Seenaknya aja ngomong kamu gampangan sampe ngelantur bilang soal tidurlah, gila lagi bawa nama ibu kamu segala. Parah banget." Dariel dengan wajah keselnya.

"Ya udahlah, Daddy udah ngasih pelajaran juga."

"Daddy kamu marahnya gitu ya?Tenang tapi serem."

"Makannya aku ga berani sama Daddy."

"Tapi dia ngehargain ibu kamu banget."

"Iyalah, inget ga waktu dirumah sakit? Daddy nangisnya udah gimana. Daddy kalo ada yang macem-macem sama mommy pasti langsung natap tajam orangnya kadang suka lebay protektif banget."

"Aku juga pingin kaya Daddy kamu, kalo ada yang macem-macem sama kamu kaya Dirga aku berani ngadepin dia ga peduli siapapun.."

"Kamu tahu ga apa yang aku bilang sama Daddy waktu mommy nanya kenapa aku suka kamu? Aku bilang kalau kamu tuh mirip Daddy dan aku pingin punya suami kaya gitu makannya aku mau sama kamu."

"Selain sama Pak Stefan cuman sama keluarga kamu aku ngerasa aku punya keluarga. Kamu tuh beruntung punya Jay, punya Kay. Meskipun kelakuan mereka gitu mereka sayang sama kamu, sayang sama keluarganya." Dariel sambil menundukkan kepalanya dan Dariel akui sesekali dia ada perasaan iri dengan keluarga Ara.

"Kamu punya aku yang sayang sama kamu, kamu ga sendiri Riel.." Ara segera meraih tangan Dariel.

"Tapi karena kamu pacar aku rasanya beda aja, coba kalo itu adik aku atau orang tua aku..." Dariel membuat Ara sedih karena ceritanya sekarang.

"Lagi apa nih berduaan di kamar Daddy?" Kenan datang bersama Jesica.

"Eh om.." Dariel segera berdiri begitupun Ara.

"Kita nungguin Krislah Dad.."

"Ya udah kalian istirahat, makasih ya.."

"Iya Tante..." Dariel segera berjalan keluar disusul oleh Ara.

"Mau Mas atau aku dulu yang mandi?"

"Ehm...kenapa ga barengan aja sayang?" Kenan menggoda kali ini dengan menyikap rambut panjang Jesica dan mencium lehernya sementara Jesica yang sedang sibuk membuka antingnya tak mempedulikan aksi Kenan.

"Ada Kris Mas, kalo dia nangis gimana?"

"Kalo gitu pintu kamar mandinya kita buka.."

"Takut suara Kris ga kedengeran Mas, Mas aja dulu sana mandi ya.."

"Ya udah Mas mandi ya, pintunya ga Mas kunci kok takut kamu berubah pikiran." Kenan membuat Jesica tersenyum kecil dengan perkataannya.

***

Jesica yang baru selesai mandi melihat Krisan masih tertidur dengan nyenyak dikasurnya.

"Mas darimana?"

"Liat Jay, takutnya jadi demam, punggungnya kasian sampe memar gitu, kayanya keras deh dorongnya."

"Apa perlu ke dokter Mas?"

"Mas gimana anaknya aja kalo urusan dokter Jay suka sensitif Mas sempet pegang badannya anget dikit."

"Ya udah liat aja besok, mudah-mudahan sih ga kenapa-napa."

"Kamu istirahat sayang.." Kenan mencium kening Jesica sebelum tidur.

"Mas mau kemana?"

"Mas tidur samping sana, biasanya kan Kris di tengah."

"Udah sini aja dulu bentar.." Jesica menarik tangan Kenan agar tidur disampingnya.

"Aku ga nyangka Dirga kaya gitu.."

"Udah, mungkin salah gaul aja sayang. Dimas sama Lala kan ga pernah macem-macem dulu."

"Eh tadi mereka nelpon aku katanya besok mau kerumah."

"Oh ya udah ga papa, silahkan aja."

"Mas udah selesaikan keselnya?"

"Iya udah, Mas ga ada dendam apapun sayang. Kita obrolin dulu aja, jangan sampe karena Lala ga enak sama kamu terus dia jadi berubah atau sebaliknya kamu ga terima Jay digituin kamu jadi berubah."

"Ya aku juga sedikit kesel kalo anak aku dikatain Gilalah, anehlah sampe bawa-bawa soal Kakak sama aku segala. Jay tuhkan anaknya sayang keluarga banget panteslah dia marah."

"Makannya Mas marah banget waktu Jay ceritain detail omongan Dirga yang paling Mas ga habis pikir tuh berani-beraninya dia ngomong tentang kamu."

"Makasih Daddy..." Jesica mencium pipi Kenan yang ada disampingnya.

"Jangan cium-cium gini ah, Mas jadi pingin nih udah Mas tahan-tahan tadi."

"Mas tuh ga ada capenya ya.."

"Kamu cape sayang?"

"Mau aku cape, istri tuh ga bisa nolak keinginan suami."

"Bukan ga bisa nolak, ini juga karena kamu lagi pingin.." Kenan langsung membungkam Jesica dengan bibirnya dan dengan cepat merayap naik keatas badan Jesica sementara Jesica segera membuka lebar pahanya.

***To be continue