Chapter 147 - SIM

Setelah pulang dari Bandung tanpa pikir panjang lagi Dariel langsung menemui Pak Stefan dirumahnya padahal dia belum sama sekali pulang kerumahnya sendiri setelah menyetir cukup lama.

"Eh Riel, ga kerja kamu?"

"Acaranya baru selesai pak jadi ya udah senin cuti aja.."

"Ayo masuk.."

"Serena mana?"

"Lagi diajakin tantenya main.."

"Ibu ada pak?"

"Ada, kenapa Riel nanyain ibu?"

"Boleh panggilin ibu ga pak?Dariel mau ngomong sama bapak sama ibu."

"Kita ngomongnya di ruang tengah aja ya disini berantakan.."

"Iya pak.." Dariel lalu berjalan kedalam dan duduk menunggu ibu dan bapaknya datang.

"Bu.." Dariel menyalami ibunya.

"Kenapa nih? tumben-tumbenan harus ngobrol bareng."

"Pak..Bu, Dariel..Dariel mau nikah."

"Apa?!!Nikah?"

"Iya pak, Dariel mau nikah sama Ara."

"Kamu yakin?ngobrol apa aja sama Ryan?kok jadi mendadak gini Riel?"

"Ga ngomong yang aneh-aneh kok pak, cuman intinya dia bilang kalo aku seurius sama Ara ya udah cepet gabung sama keluarga Seazon artinya dia pingin aku nikah sama Arakan pak?"

"Riel..kalo emang belum siap, ga usah dipaksain bilang aja meskipun belum nikah bukan berarti ga seurius."

"Bu..aku udah siap kok, aku sebenernya udah pingin ngelamar Ara, aku ga mau pacar-pacaran lagi cuman kemarin-kemarin emang ada sedikit masalah jadi kepending."

"Nikah itu ga gampang loh Riel, udah siap yakin?ini Ara loh yang kamu nikahin."

"Iya aku tahu pak, insyallah aku siap mau itu Ara atau siapapun. Pak, aku tahu yang bapak ibu khawatirin. Aku sanggup kok pak nikahin Ara, tabungan aku kayanya cukup. Aku udah nabung dari jaman kapan buat moment ini, aku juga sanggup nafkahin dia." Perkataan Dariel membuat pak Stefan dan istrinya diam sejenak untuk berpikir.

"Siapa sih orang tua yang ga seneng anaknya nikah. Kalo keputusan kamu udah begitu dan yakin, siap juga sama segala resikonya bapak dukung aja..."

"Kalo ibu gimana?"

"Ibu ngijinin tapi ada syaratnya."

"Apa?"

"Persiapannya disini ya Riel, ibu pingin nyiapin siramannya, pengajiannya atau apapun yang masuk ditradisi kamu."

"Bener Bu?" Dariel terlihat senang sekali saat ini meskipun ada perbedaan agama antara dirinya dengan keluarga Pak Stefan itu tidak menghalangi mereka untuk menjadi keluarga.

"Iya beneran, tetangga sinikan tau juga kamu anak ibu, Ya apa salahnya bikin perayaan kalo anak mau nikah."

"Aku bikin repot, nanti ibu cape kalo ada acara gitu "

"Riel..pokoknya kamu anak ibu sama bapak, masa kamu nikah kita diem aja."

"Bapak sama ibu maukan lamarin Ara buat aku?"

"Iya kita mau, nanti kita siap-siap. Kapan rencananya?"

"Belum tahu, aku ikutin menurut bapak sama ibu aja baiknya kapan."

"Tapi udah bilang sama keluarga Ara kita mau datang?"

"Ara mau cobain ngomong nanti katanya pak."

"Ya udah kita tunggu kabar dari dia, sekarang kamu Istrirahat baru pulanngkan?isi aja kamar atas.."

"Iya pak, makasih. Eh itu aku sampe lupa, aku bawa oleh-oleh dari Bandung."

"Biasanya suka enak-enak nih."

"Bentar, Dariel ambilin dulu." Dariel lalu pergi ke ruang depan dan membawakan oleh-oleh yang sebelumnya dia beli setelah itu dia tidur dikamar yang memang dulunya sempat dia tempati. Dilain tempat Ara merasa bingung untuk mengatakan niatnya dan Dariel menikah pada kedua orang tuanya. Dia belum bisa membayangkan bagaimana respon ayahnya nanti mengingat Ara masih muda untuk menikah. Ara kini mundar-mandir dikamarnya sendiri mencoba memikirkan penjelasan terbaik yang akan dia sampaikan pada Kenan dan Jesica.

***

Kenan dan Jesica duduk diruang tengah menemani Kris yang juga tak mau tidur. Gerakan kaki dan tangannya begitu lincah merespon setiap pembicaraan atau gerakan yang dilakukan ayahnya.

"Kris tidur dong sayang, udah malem seneng begadang nih, Kris badannya anget nih sayang.."

"Iya, apa besok ke dokter Mas?"

"Mau sekarang aja ayo.."

"Coba dikompres aja, aku ambil dulu.." Jesica segera mengambil kompresannya.

"Kris mau pinter ya, mau pinter apalagi nih..." Kenan terus mengajak mengobrol Kris sampe Jesica datang lagi lalu memberikan handuk kecil di dahi Kris membuatnya sedikit terkejut dan menangis.

"Coba sambil susuin kali aja mau tidur." Kenan memberikan Kris pada Jesica.

"Anak pinter, anak Sholeh.." Jesica membenarkan handuk kecil yang membuat Kris tak nyaman.

"Mas juga pingin dikelonin sayang.."

"Ih apaan sih Mas.."

"Susuin Kris mulu, Mas kapan?" Kenan bersandar dipundak istrinya sambil melihat Kris dengan lahap menyusu.

"Sabar Mas.."

"Udah Kris tidur, kelonan ya.." Kenan menggoda dengan menciumi pipi Jesica.

"Mas..nanti ada anak-anak."

"Iya dulu dong.."

"Iya Mas.."

"Dad..mom..." Jay datang lalu mengambil alih remote tv.

"Kamu belum tidur?"

"Ga bisa tidur."

"Kenapa?"

"Panas.."

"AC-nya nyalain."

"Nanti dingin.."

"Ih Jay iyalah dingin, mau kamu apa sih?" Kenan sedikit tertawa dengan jawaban Jay.

"Jay.. Minggu depan kita pergi lagi yuk, Daddy sama mommy mau ngajakin kamu sama yang lain keliling ke rumah kalian mumpung kamu sama Kay libur kuliah. kita ke Bali dulu terus ke Jogja."

"Jogja?"

"Iya, liat rumah kamu disana atau mau liburan semester kamu disana juga boleh."

"Bener mom?"

"Iya bener..."

"Besok kita pergi yuk, Daddy sama mommy lupa terus mau beliin kamu mobil."

"Ga usah aku pake mobil alm. Oma aja."

"Bener?"

"Iya tapi aku boleh minta beli motor juga ga kaya Kay mom?"

"Gimana Mas?"

"Buat apa beli motor?"

"Pingin aja Dad, aku juga sekali-sekali pingin bawa motor."

"Buat cari perhatian cewek-cewek ya?" Goda Kenan.

"Engga, ngapain cari perhatian pake motor." Jay cuek atau bahkan lebih tepatnya dia tak tahu apa daya tarik pria bermotor.

"Motor sport kaya Kay?"

"Iya Dad tapi yang lebih bagus." Jay membuat Kenan tertawa lagi.

"Emang udah bisa pakenya?"

"Udah dad, aku suka minjem motor Kay kok."

"Minjem?kamu belum ada SIM berani-beraninya bawa motor kalo ketilang gimana?"

"Aku cuman pake sekitaran komplek aja sama kalo ke minimarket depan dad."

"Ya udah bikin SIM dulu, Daddy beliin sekalian buat Kay juga."

"Kok Kay dibeliin lagi?"

"Bukan Daddy yang beliin, Alm.Opa yang pingin."

"Oh iya lupa, aku pingin yang paling bagus."

"Semua motor juga bagus."

"Yang paling kenceng dad.."

"Jay awas ya dipake yang engga-engga apalagi sampe nabrak orang kaya Kay."

"Engga dad, aku ga gitu."

"Jay..mommy boleh nanya ga?tapi jangan pake emosi jawabnya."

"Tergantung mommy nanya apa."

"Sama orang tua sendiri juga..."

"Ya udah apa mom?"

"Kamu sama Tiara hubungannya gimana?" Pertanyaan Jesica membuat Jay membeku sejenak. Dia bingung menjelaskan hubungannya dengan Tiara yang justru sedang memburuk.

****To be continue