Chereads / I don't know you, but I Married you / Chapter 151 - Tinggalkan saja

Chapter 151 - Tinggalkan saja

"Sayang, liat nih Kris senengkan kalo diajak jalan, dia kayanya suka kalo keluar." Kenan yang menggendong Kris dengan hipseatnya melihat senyuman diwajah anaknya.

"Daddy-nya kali yang seneng, Kay sama Jay ada yang mau dibeli lagi ga?"

"Engga, udah mom ini aja."

"Kay katanya mau beli baju buat di Bali."

"Males ah Mom bawanya, mending beli disana aja."

"Iya sih, ribet banget beli disini."

"Kamu dong yang beli baju sayang, disana panas loh."

"Baju? orang aku udah packing ga perlu beli baju lagi."

"Baju kesukaan Mas gitu loh sayang.."

"Kesukaan Mas?" Jesica berpikir dan ketika dia tahu maksudnya Jesica langsung mencubit pinggang suaminya.

"Aw..sakit."

"Nakal ya Mas.."

"Daddy nakal kenapa mom?"

"Ga papa Jay.."

"Mom kapan kita beli furniture baru buat rumah?"

"Nanti aja ya Kay lagian mau ke luar kota dulu pindahannya juga masih sebulan lagi. Rumahnya masih direnovasi dikit lagi."

"Kamu jadi diem di Bali dulu?".

"Iya Dad..."

"Jay ga kemana-mana sayang?Kakak mau ke Korea katanya, Kay di Bali, Jay masa ga kemana-mana." Jesica merangkul bahu anaknya.

"Engga, aku sama Kris aja kan mommy bilang kita bisa diem di Jogja dulu.."

"Kalo Jay pingin pergi ketempat lain bilang nanti mommy, Daddy sama Kris temenin."

"Apa boleh Kris pergi jauh?"

"Boleh nanti kita tanya dokter dulu. Jay ada kepingin kemana?" Jesica sambil mengusap pelan rambut Jay.

"Aku ga peduli pergi kemananya aku cuman pingin pergi sama kakak, sama Kay, sama Kris sama mommy, Daddy. Kita ga pernah pergi-pergi bareng lagi." Jay dengan manis mengatakan hal yang membuat Jesica sadar mereka sudah jarang menghabiskan waktu bersama.

"Besokkan kita pergi sama-sama ke Bali sama ke Jogja atau kamu diem di Bali jadi bareng Kay.."

"Tapikan cuman bentar, aku tuh pinginnya bareng-bareng lama dimana gitu mom. Kalo bukan karena rumah kita pasti ga akan pergi barengkan?"

"Ya udah nanti tahun baru kita pergi, Kay wajib ikut, kakak juga harus ikut." Kenan mencari mencari jalan untuk menuruti keinginan Jay.

"Tapi aku ga mau diganggu, aku ga mau ada orang lain. Aku cuman pingin kita aja."

"Iya-iya sayang, nanti mommy sama Daddy bilangin sama kakak. Kay denger tuh."

"Kaya apa aja sih Jay harus bareng."

"Kay ga boleh gitu dong, kamu harus ikut."

"Kemana dulu?"

"Udah ikut aja, Daddy yang urus kemananya, kasian nih adik kamu pingin ditemenin."

"Iya-iya."

"Anak manis.." Jesica mengaitkan lengannya di tangan Jay.

"Mom makan yuk.."

"Iya-iya Kay ini mommy lagi nyari tempat makannya."

"Ken.." Seseorang memanggilnya dengan ragu.

"Marsha.." Kenan terkejut melihat seseorang menyapanya sementara mata Kay sedikit teralihkan pada Kiran yang berdiri dekat adiknya.

"Eh ga nyangka ketemu disini.."

"Iya sha, sayang waktu itu belum sempet ketemukan, ini Marsha sama suaminya Arbi." Kenan mengenalkan Marsha pada istrinya dan ini perkenalan pertama mereka. Jesica tampak menjabat tangan Marsha begitupun tangan Arbi.

"Jadi ini pasti Kris ya.."

"Iya sha, anak paling bungsu nih. Kay, Jay salam nih Tante Marsha sama om Arbi."

"Om, Tante.."

"Udah lama Kay ga main ke rumah.."

"Iya om, kapan-kapan main."

"Eh..kita mau makan, bareng aja yuk sambil ngobrol-ngobrol." Arbi yang sudah tak lagi cemburu menawarkan sesuatu yang Kay tak suka sekarang.

"Gimana sayang?" Kenan meminta ijinnya pada Jesica.

"Iya ayo aja, kita mau makan jugakan?"

"Ya udah, ada restoran enak nih deket sini." Arbi mengarahkan keluarga Kenan sambil menuntun istrinya sementara Kay dan Jay berjalan di belakang mereka. Sesampainya disana mereka sibuk memilih menu untuk makan sampai akhirnya mereka menemukan pilihan yang menjadi santapan siang mereka.

"Pingin gendong dong boleh ga?"

"Boleh.." Jesica yang semula memangku Kris kini memberikannya pada Marsha.

"Ih..lucu banget pipinya gemes, sayang harusnya kita punya anak lagi."

"Udah umur segini juga, ga bisa sayang.." Arbi dengan mesra.

"Liat lucu banget Kris.."

"Udah berapa bulan ini ka?"

"Sepuluh bulanan Sha.."

"Yang cowok ini adiknya Ran?" Tanya Kenan.

"Eh iya belum dikenalin ya, ini Rafi adiknya Ran, kita cuman punya anak 2 Ken." Arbi menjelaskan keluarganya.

"Kalo Kay punya kakak 1 perempuan, adiknya 2, Jay sama Kris,.."

"Mirip banget ini Jay sama Kay sampe waktu itu pas pertama kali ketemu ga bisa bedain."

"Ntar kalo udah lama kenal pasti bisa." Kenan mengakrabkan diri dengan Arbi. Setelah makanan datang mereka langsung melahap masing-masing hidangannya.

"Kris mau makan juga ya, mulutnya ikut ngunyah telus.." Kenan memperhatikan tingkah anaknya yang kini sudah kembali ada dipangkuan Ibunya.

"Kapan-kapan main dong ke restoran aku Sha, Ran udah pernah mainkan waktu itu?"

"Iya Tante.."

"Iya, ntar deh main sama anak-anak ka."

"Kabarin ya kalo kesana biar aku temenin."

"Oke." Marsha dengan senyuman.

"Mas dot Kris mana ya?dia udah mulai ga nyaman nih kayanya ngantuk."

"Ada di aku Mom.."Jay memberikan dot milik adiknya.

"Aku ke toilet dulu.." Kay segera keluar dari kursinya dan pergi. Cukup lama di toilet Kay kembali lagi ke mejanya namun belum juga sampai seseorang menahannya.

"Kay..." Kiran yang sedaritadi menunggu Kay keluar dari toilet.

"Kenapa?" Kay melepaskan pegangan Ran.

"Kok kamu jadi beda?kamu ngejauhin aku?cuman gara-gara kita putus kamu jadi gitu?"

"Perasaan kamu aja."

"Ini bukan perasaan aku aja, aku yakin kamu marah sama aku."

"Engga, aku ga marah."

"Terus kenapa kamu gitu?"

"Ran..kamu sendiri yang bilang hubungan kita bawa pengaruh buruk buat orang tua kamu atau aku. Aku lagi jaga itu aja. Mungkin orang tua kita sekarang biasa aja nih didepan kita seolah ga terjadi apapun tapikan ga tahu kalo dibelakang kita mereka gimana?. Daddy aku baik nanti ayah kamu salah paham atau sebaliknya bunda kamu baik mommy aku salah paham lagian mereka udah tahu aku putus sama kamu tapi aku berani sumpah ga ngasih tahu apapun soal alasan kita pisah."

"Kay tapi aku ga suka kamu kaya gini."

"Ran putus dari kamu berat buat aku, kalo emang kamu mau tinggalin aku ya tinggalin aku aja Ran.. jangan tanggung-tanggung, buat aku mantan itu ga akan bisa jadi temen karena gimana pun kita pernah pake perasaan. Aku bukan ngejauh aku cuman pingin wujudin yang kamu mau. Kamu bilang pingin keluarga kamu yang dulukan?ya aku bakalan dukung itu. Kalo cuman kehilangan aku pasti lebih mudah buat kamu dibanding kehilangan kedua orang tua kamukan?apalagi keluarga kamu, jadi bantu aku ya sekarang. Kalo aku terus liat kamu, aku makin kesusahan Ran."

"Kay...aku pikir kamu.."

"Aku ga berubah? atau beda dari cowok lain? kamu pikir gitu?iya aku masih kaya Kay yang dulu kalo ninggalin cewek ya gini. Maaf Ran.." Kay yang setelah berbicara itu langsung pergi meninggalkan Kiran.

***To be continue