Setelah beberapa jam berlalu akhirnya Kay sampai di rumah Kiran. Dia memakirkan mobilnya tepat didepan pagar rumah pacarnya itu.
"Aku langsung pulang aja ya, kamu kasian cape mana ada kuis besok."
"Kay...ada yang mau aku omongin."
"Omongin?apa?"
"Hm...Kay kita putus aja."
"Putus?ke ..kenapa?apa aku ngelakuin kesalahan?apa aku bikin kamu tersinggung?atau ada keluarga aku kemarin yang bikin kamu ga suka?Kenapa Ran?" Kay terkejut dengan perkataan Kiran sekaligus bingung karena kemarin-kemarin tak ada yang salah dengan hubungan mereka bahkan mereka lebih mesra dari biasanya.
"Engga kok kamu baik keluarga kamu juga, ini cuman karena aku ngerasa hubungan kita bawa hal yang ga baik aja."
"Ga baik gimana?aku ganggu kamu belajar ya?aku bikin nilai kamu turun terus ayah kamu marah?atau kamu dijauhin temen-temen?"
"Engga, bukan itu juga. Nilai aku masih bagus kok."
"Terus apa Ran?bilang dong, cerita sama aku. Ini ya yang bikin kamu ngelamun terus?kamu mikirin ini?kamu harusnya cerita dong sayang sama aku."
"Hm...hubungan kita tuh ga baik buat orang tua kita Kay."
"Daddy sama mommy aku baik-baik aja kok malah kemarinkan kamu denger sendiri opa sempet nyinggung soal Daddy sama Tante Marsha tapi mommy biasa aja ga ada masalah."
"Iya mereka baik-baik aja karena masalahnya ada di orang tua aku Kay."
"Orang tua kamu kenapa?"
"Orang tua aku berantem, awalnya gara-gara ayah nemuin foto bunda sama Daddy kamu dulu dan setelah itu keadaan dirumah jadi aneh. Aku denger mereka berantem udah gitu ayah sama bunda jarang ngobrol bahkan suasana di meja makan aja tegang. Terakhir kemarin sebelum kita pergi aku denger mereka mau pisah, aku ga mau Kay kalo cuman gara-gara hubungan kita mereka harus pisah segala. Aku pingin keluarga aku kaya dulu."
"Oh..jadi...ini...udah sampe bikin orang tua kamu mau pisah?" Kay bicara sedikit melambat.
"Iya Kay, maaf aku ga pernah cerita aku ga tahu ceritanya harus kapan sama kamu, aku bingung."
"Ini juga ya yang bikin kamu beda selama ini?kamu baik sama aku, kamu manja-manjain aku, kamu cium-cium aku, karena ini?kamu mau ninggalin aku makannya kamu gitu?"
"Eng..enga gitu Kay, aku pingin ngelakuin itu aja."
"Aku udah ngerasain dari awal kita pergi, pertama kamu diem terus eh besoknya kamu cerewet banget besoknya lagi kamu mesra banget, aku kira aku bikin salah tapi ternyata kamu lagi bingung mau ngomong ini ke aku."
"Kay maaf, aku ga maksud gitu.."
"Pinter ya cara kamu mau ninggalin aku, kamu naik-naikin aku dulu terus kamu tinggalin aku gitu aja."
"Kay jangan salah paham, aku cuman pingin ngasih yang terbaik selama jadi pacar kamu."
"Terbaik?iya kamu bener Ran selama kita pacaran 3 hari kemarin memang yang terbaik. Aku ga pernah liat kamu kaya gitu ke aku dan jujur aku seneng banget tapi kalo tahu endingnya bakalan gini aku lebih milih ga mau kamu kaya gitu."
"Kay aku mohon kamu ngertiin aku, aku udah pikirin ini baik-baik dan kayanya ini jalan paling baik buat hubungan kita dan juga orang tua kita. Maafin aku Kay, aku sayang sama orang tua.. aku.." Kiran memegang tangan Kay kali ini.
"Ya udah kalo masalahnya sampe seberat itu aku terima, aku ga mau kalo cuman gara-gara aku hubungan keluarga kamu jadi bermasalah apalagi orang tua kamu sampe pisah, aku minta maaf Ran." Kay berbicara namun matanya masih memandang ke depan, pegangan tangan Kiran sama sekali tak dia balas.
"Ya udah aku masuk ya.."
"Iya, aku bantuin kamu turunin koper kamu." Kay segera mengeluarkan koper dan barang bawaan Kiran. Dia mengantar Kiran sampai di depan pagar rumahnya dimana disana sudah ada satpam yang siap membantu Kiran untuk membawa barangnya. Mata Kay terus menghindar dari tatapan Kiran.
"Aku pulang ya, salam buat orang tua kamu. Makasih buat 3 hari ini aku ga akan pernah lupa barang yang aku kasih ga usah kamu balikin boleh kamu simpen atau kamu buang." Kay tanpa menunggu balasan Kiran langsung berjalan lagi masuk ke dalam mobilnya. Dia menjalankan mobilnya dengan kencang sebagai pelampiasan kesedihannya.
"Bener kata Jay putus itu ga enak, harusnya aku jadi playboy aja jadi ga sedih-sedih gini segala. Ah...nyebelin." Kay menggerutu sendiri di dalam mobil sambil menyeka sedikit air mata diujung matanya. Sementara Ran yang baru pulang disambut ayahnya yang sedang duduk diruang tamu.
"Udah pulang sayang."
"Iya yah, nih aku bawa oleh-oleh." Ran memberikan beberapa kantong plastik pada ayahnya.
"Wah...enak nih, makasih sayang." Arbi tersenyum dan langsung membuka isi oleh-oleh yang diberikan Kiran.
"Kamu cape? istirahat sana.."
"Engga kok, aku udah banyak istirahat tadi."
"Kay ga mampir?"
"Engga, dia mungkin cape udah nyetir yah."
"Iya lumayan Jakarta-Bandung, mana hujan juga lagi."
"Bunda mana?"
"Lagi pergi sama Rafi katanya Rafi pingin beli handphone baru."
"Kenapa ga ayah anterin?"
"Ah..Rafi juga bisa nyetir kok."
"Ayah lagi berantem ya sama Bunda?"
"Eng..engga.."
"Jangan bohong deh sama Ran yah.."
"Iya tapi berantem yang wajar aja sayang."
"Yah..jangan tinggalin Bunda, Bunda ga salah."
"Kok kamu ngomong gitu?"
"Yah...aku ga berniat nguping atau apa tapi setiap Bunda sama ayah berantem aku bisa denger. Ini soal om Kenan kan?"
"Ran..biar ayah aja sama Bunda yang selesaiin ya."
"Ga bisa yah soalnya aku denger ayah sama Bunda mau cerai." Kiran kini dengan wajah sedih.
"Engga sayang, ayah sama bunda ga akan gitu." Arbi mendekati Kiran dan merangkulnya.
"Aku ga suka kalo kita dirumah ayah sama bunda diem-dieman, aku ga suka kalo kita dirumah ayah sama bunda sibuk sendiri sama urusan masing-masing biasanya dulu ga gitu. Bunda pergi ayah anterin, bunda nonton ayah suka ada duduk bareng, kita makan biasanya suka sambil bercanda tapi belakangan suasananya beda. Aku ga suka." Kiran sambil menangis sekarang.
"Udah-udah, maafin ayah sayang. Ayah ga maksud gitu."
"Bunda ga salah, bunda ga pernah main sama om Kenan, bunda ga pernah bohong."
"Udah-udah jangan nangis." Arbi semakin mempererat pelukannya sambil mengusap lembut punggung anaknya.
"Udah kamu istirahat aja keatas, cape."
"Ga mau sebelum ayah janji ga akan ninggalin bunda."
"Iya ayah janji. Hal yang kaya gitu tuh ga akan mungkin terjadi sayang, hidup ayah tuh cuman kamu, Rafi sama Bunda."
"Aku pingin bunda sama ayah baikan."
"Iya-iya sayang.." Arbi menenangkan lalu Kiran pun naik ke kamarnya dan selang beberapa menit istri beserta anaknya pulang.
"Malem yah."
"Bunda langsung ke kamar ya.." Marsha dengan cuek berjalan ke kamarnya.
***To Be Continue