Chapter 130 - Home

Setelah cukup lama dirawat dirumah sakit akhirnya Jesica pulang. Anak-anaknya tampak menyambut kepulangan ibu dan adik barunya dengan sebuah perayaan kecil di kamarnya. Kali ini dia tidur di kamar bawah agar tak repot untuk naik turun tangga.

"Kris..ini Abang Jay.." Jay tak henti mengajak berbicara adik kecilnya padahal dulu dia yang sangat menentang kehadiran Krisan.

"Mom..kenapa sih kalo nama kakak sama Krisan ada nama belakang mommy aku sama Kay ga ada.?" Jay protes.

"Soalnya kakak anak mommy sama Daddy." Ara memanas-manasi.

"Engga, bukan gitu Jay. Dulu kakak itu cucu pertama di keluarga mommy jadi kata opa bawa namanya ya udah dipakein sementara nama keluarga Daddy udah jelas wajib dipake.."

"Terus kenapa Krisan pake?"

"Krisan pamungkas Alderald Seazon itu berarti anak terakhir keluarga Alderald dan Seazon." Jesica menjelaskan artinya.

"Mom aku mau tidur disini juga.." Pinta Jay membuat Ara aneh sementara Kenan masih sibuk diatas membereskan barang-barangnya.

"Iya boleh."

"Dulu aja ngambek-ngambek ga mau punya adik udah ada aja gini.."

"Kakak protes aja, aku bilangin Kak Dariel."

"Mom aku juga pingin tidur disini." Pinta Kay membuat Ara semakin tertawa namun Kay kali ini tak membalas tertawaan Ara.

"Kamu lagi, ada angin apa ikut-ikutan?Dasar duo aneh."

"Kalo aku pingin jagain mommy supaya mommy ga kecapean, ga sakit." Kay mengingat kejadian seminggu yang lalu dimana kejadian itu sebenarnya membuat dia takut dan sedih jika ibunya tak ada.

"Mommy jangan pergi, aku takut." Kay sedikit melankolis kali ini membuat Ara aneh karena ini diluar kebiasaanya yang cuek apalagi sekarang tangan Kay menggenggam tangan Jesica sambil menatapnya lekat.

"Aku ga suka liat mommy gitu lagi, Aku ga mau liat mommy berdarah-darah lagi. Aku ga mau..." Kay berbicara lagi dengan mata berkaca-kaca.

"Iya sayang, makasih kamu udah khawatirin mommy. Kakak sama Jay juga makasih udah ngerawat mommy."

"Mommy jangan kemana-mana." Kay memeluk Ibunya itu membuat Ara sedikit terharu karena perbuatan Kay hari ini. Kay memang sudah berubah.

"Engga, mommy ga kemana-mana. Udah jangan cengeng gitu." Jesica membalas pelukan Kay erat namun pelukan itu terlepas saat mendengar Kris menangis.

"Sini Jay, mommy bikin tidur duluan Kris-nya."

***

Sudah hampir jam 11 malam tapi Jesica belum juga melihat keberadaan Kenan sejak mereka baru datang dari rumah sakit sementara Jay dan Kay sudah tidur disamping adiknya itu dengan lelap mungkin kelelahan hanya Ara yang masih berbaring sambil memainkan ponselnya. Sejak kejadian haru tadi Ara memutuskan untuk tidur disana juga.

"Kak, liat Daddy ga?"

"Tadi kan masih di atas mom.."

"Kakak tungguin Kris bentar ya, mommy mau liat Daddy kok lama banget ga turun-turun." Jesica heran lalu menyusul Kenan ke kamarnya diatas. Saat pintu dibuka tampak Kenan sedang tertidur dengan pakaian yang masih lengkap saat mereka sampai tadi. Jesica lalu mematikan lampu menggantinya dengan lampu tidur lalu membereskan beberapa tas yang ada dibawah lantai. Kenan yang semula terlelap kini menggeliat sambil membuka perlahan matanya.

"Eh sayang, ngapain?biar Mas aja." Kenan dengan setengah sadar langsung terduduk.

"Ga papa kok Mas, dikit lagi."

"Jangan-jangan, biarin aja." Kenan segera berdiri dan mengambil alih barang yang sedang dibereskan Jesica.

"Jam berapa sih ini?"

"Jam 11 malem.."

"Hah?jam 11?duh Mas belum mandi lagi. Ketiduran kayanya tadi.." Kenan merapikan kopernya dengan mendorong ke samping lemari.

"Mas.."

"Iya sayang.."

"Aku tahu mas cape, Mas ga usah ga enak ke aku, Mas kan selama ini dirumah sakit terus. Mas istirahat aja."

"Mas ga papa sayang, perut kamu masih sakit kan?Mas takut kenapa-napa aja sama bekas jaitannya."

"Hari ini kenapa sih sama orang-orang dirumah?Aneh banget." Jesica sambil senyum-senyum.

"Aneh gimana?"

"Pertama Jay, dia pingin tidur bareng adiknya dikamar terus Kay tiba-tiba ngomong pingin jagain akulah, ga mau aku pergilah sampe nangis, eh kakak jadi ikut-ikutan pingin tidur dikamar bareng-bareng."

"Dibawah penuh dong?"

"Iya, udah pada tidur kecuali kakak."

"Mereka berarti sayang sama kamu, bagus dong."

"Berarti Mas berhasil didik anaknya."

"Bukan cuman Mas ini juga berkat kamu sayang."

"Mereka ga berani lawan Mas pasti ujung-ujungnya minta maaf."

"Hm....Sayang.." Kenan mengusap-ngusap pelan kedua lengan Jesica.

"Mafin Mas ya, Gara-gara Mas pingin punya anak lagi kamu jadi harus ngelewatin masa-masa kritis gitu sampe harus operasi kaya gini."

"Ga papa kok Mas, ini bukan gara-gara Mas."

"Mas hampir kehilangan kamu..."

"Aku juga tahu perjuangan Mas gimana waktu keadaan aku gitu, Maaf bikin Mas repot.."

"Mas ga pernah repot, Mas mau ngelakuin apa aja buat kamu buat anak-anak." Perkataan Kenan disambut pelukan oleh Jesica sementara Kenan setelah mendapatkan pelukan itu langsung mencium istrinya dan tak melepaskan pelukannya sedikit pun apalagi Jesica yang entah kenapa makin melekatkan diri pada Kenan. Bibir mereka terus bersatu dan saling bertautan membalas setiap perbuatan ciuman yang masing-masing dilakukan. Memainkan lidah disana bahkan sudah menjadi kebiasaan Kenan, kini dengan nakal Kenan meremas-remas payudara istrinya.

"Momm...." Suara Ara terdengar dari bawah membuat Jesica segera melepaskan ciumannya sementara Kenan masih mendekapnya disana lalu menjalar ke lehernya.

"Mas...Ara manggil." Protes Jesica dan tak lama Ara sudah ada di depan pintu kamar mereka melihat Kenan yang masih memeluk ibunya.

"Mom...Kris.... nangis.." Ara ragu sementara Kenan menatap anaknya itu.

"Apa?mau nyalahin kakak gangguin Daddy lagi?" Ara tahu apa yang akan dikatakan ayahnya membuat Kenan tertawa kecil.

"Adegan tadi jangan ditiru kak." Kenan melepaskan pelukannya dan membiarkan Jesica bebas dari dekapannya.

"Pintu tuh ditutup makannya, coba kalo Jay yang liat duh ga kebayang pertanyaannya."

"Ya udah aku kebawah dulu Mas.."

"Mas mandi dulu nanti nyusul kebawah."

"Ayo, kakak ikut sama mommy." Jesica bersikap seolah tak ada yang terjadi lalu menarik tangan anaknya menuju kamar mereka dan melihat Kris masih menangis disana ditemani Jay yang sepertinya terbangun. Jesica langsung menggendong anaknya untuk diberikan ASI.

"Udah tidur lagi Jay, makasih udah ditungguin." Jesica membuat Jay menurut.

"Daddy emang suka gitu ya mom?" Ara bertanya dengan santai sambil berbaring memandang ibunya.

"Gitu gimana?"

"Ya gitu...tadi.."

"Tadi apa?"

"Ya tadi ke mommy."

"Apa sih kakak ngomongnya ga jelas."

"Cium mommy."

"Ya gapapa lah, Daddy kan suaminya mommy."

"Kenapa kalo cium gitu leher mommy ga ada tandanya?" Ara malah semakin melebarkan pertanyaannya teringat akan kejadiannya dengan Dariel.

"Tanda apa?merah?Daddy tahu mommy ga suka jadi Daddy ga akan mau ngasih tanda-tanda gitu. Kakak kenapa nanya gitu?"

"Eng..engga pingin tahu aja." Ara salah tingkah.

"Kenapa?kakak ada?" Jesica langsung menatap anaknya.

"Engga mom. Aku nanya aja."

"Dariel cium kakak?"

"Bukan mom, engga gitu."

"Ngaku.."

"Udah ah aku tidur." Ara langsung menarik selimutnya karena malu.

"Berarti pernah kalo kakak begini."

"Ih mom...jangan dibahas.."

"Ini namanya seks edukasi sayang.."

"Mom..." Protes Ara lagi.

"Dicium dimana sama Dariel?"

****To be continue