"Ra...salah aku ke kamu apa sih?Tega kamu ya Ra sama aku.."
"Kamu ga salah apa-apa kok Riel, ini semuanya salah aku."
"Bohong!!!kalo aku ga salah kamu ga akan kaya gini."
"Oke, aku tanya sama kamu, kapan sih kamu punya waktu buat aku Riel?dari semua waktu kamu aku cuman dikasih hari Sabtu itu pun cuman sore dan dari 5 jam yang kita punya seringnya kamu dapet telepon dari temen kamulah, kerjaanlah, harus kirim email inilah itulah, ga cuman mereka yang butuh perhatian kamu, aku juga butuh. Apa pernah aku ganggu waktu istirahat kamu dikantor?kamu selalu habisin waktu sama temen-temen kamu. Pulangnya kalo ga karena meeting kita ga jadi ketemuan."
"Karena aku kaya gitu apa harus sampe sejauh ini Ra?kamu bisa dong ngomong ke aku."
"Aku tuh udah protes berkali-kali sama kamu tapi kamu selalu alasan buat akulah, supaya cepet selesailah tapikan endingnya kamu selalu sibuk."
"Ya kamu ingetin aku lagi dong ga usah pake cara gini atau ini cara kamu buat ingetin aku?"
"Engga Riel, aku ga kepikiran sama sekali soal itu. Aku coba ngertiin kamu sibuk."
"Kalo kamu ngertiin kamu ga akan selingkuh dari aku Ra, kamu tuh ga ngerti, kamu tuh masih pingin main-main. Kalo cuman buat main-main jangan aku orangnya Ra.."
"Aku ga main-main Riel, aku seurius. Aku cuman...cuman kebawa suasana aja sama Dirga."
"Kebawa suasana kamu bilang?besok-besok sama lelaki lain juga kamu gitu?"
"Maksud kamu?"
"Sebutin lelaki yang deket sama kamu sekarang?Kay pernah ngomong waktu itu. Oh....aku inget Bisma?Wira?atau siapa?"
"Riel!!aku tuh bukan cewek murahan, kenapa kamu jadi bahas-bahas itu?"
"Terus apa namanya?tukang selingkuh?atau apa?"
"Riel...sakit hati aku denger kamu ngomong gitu ke aku."
"Sakit?kamu pikir aku engga?gimana perasaan aku waktu aku liat foto itu?seneng?kamu liat aku disuapin cewek lain aja marahnya minta ampun gimana aku yang liat pacarnya dicium orang." Dariel membuat Ara diam.
"Aku juga pingin Ra ngasih tahu orang-orang, kamu pikir aku selama ini ga mikirin itu?kamu pikir aku diem-diem cuman fokus kerja doang?engga Ra, aku juga pingin wujudin keinginan kamu."
"Maaf Riel aku ga tahu..." Ara kini dengan suara lembut.
"Tahu ga adik kamu sampe hubungin aku bilang kamu jahat sementara aku harus jelasin ke dia bahwa kamu ga gitu, kamu ga malu apa hal kaya gini sampe adik kamu tahu?kamu ga mikir apa cowok yang kamu cium itu pacarnya mantan adik kamu?kamu boleh nyakitin aku Ra tapi jangan sama Jay, harusnya kamu ngerti dong kondisi adik kamu itu kaya apa."
"Aku emang kakak yang ga baik buat dia, itu yang kamu maksud?Jay tuh selalu ngebanggain kamu, dia lebih sayang kamu dibanding aku.."
"Udahlah aku ga mau bahas kemana-mana, aku cape kamu juga cape. Kita tutup aja sampai disini Ra.."
"Riel..aku pingin hubungan kita kaya dulu lagi."
"Engga, kamu ga nyaman soal itu, kamu cari lagi aja yang lain."
"Aku ga mau..."
"Ra..." Dariel dengan nada tegas memanggil.
"Aku pingin kamu seneng, aku seurius soal omongan aku kalo Dirga bisa ngasih semua yang kamu mau apalagi bikin kamu seneng, aku ga papa, aku ikhlas kamu sama dia, Kamu boleh pergi." Dariel menarik nafasnya perlahan kini dia tak melihat ke arah Ara. Matanya tampak berkaca-kaca nada suaranya pun terdengar menyedihkan padahal sebelumnya berkali-kali dia membentak Ara.
"Riel...aku ga maksud gitu.." Ara mendekati Dariel.
"Kurangnya akukan banyak Ra, makannya kamu sampe gitu, kamu bilang aku terlalu sibuk, aku kaku, aku ga seurius. Iya aku sadari itu semua, aku mungkin belum terbiasa dengan kehadiran kamu. Dulu aku hidup sendiri dan yang aku lakuin selain kerja ya dirumah kalo ga main sama temen-temen, terus aja kaya gitu sampe aku punya kamu. Ini pertama buat aku, aku udah pernah bilang aku ga pernah pacaran sebelumnya karena takut bakalan kaya gini jadi...dengan kamu ga ada pun aku bakalan terbiasa lagi."
"Riel..Maafin aku.."
"Aku maafin tapi emang lebih baik kita masing-masing aja, mau nanti kamu sama Dirga atau engga pasti ada kok lelaki yang lebih mengerti keinginan kamu dibanding aku. Udah ya aku ga mau berantem, kita pisah baik-baik aja, aku ga mau ngaruh ke kerjaan kita di kantor." Dariel semakin melembut kali ini tiba-tiba Ara melangkah maju lalu meletakkan kepalanya di dada bidang Dariel dan menangis.
"Maafin aku Riel..aku salah. Aku ga mau pisah sama kamu. Aku emang bodoh lakuin itu dan aku sadar buat kesalahan aku itu. Aku udah bilang sama dia ini salah. Aku lebih milih kamu dibanding dia. Aku bakalan jaga jarak sama dia. Kasih aku kesempatan Riel..Aku mohon." Ara masih menangis tapi Dariel masih belum mau berkomentar. Ara cengeng kali ini seperti anak kecil menangis terisak.
"Riel...jangan tinggalin aku. Aku sayang kamu, jangan tinggalin aku kaya gini, aku ga mau Riel.." Ara yang sesekali mengusap matanya yang sudah banjir oleh air mata.
"Kamu tuh ga sesayang itu sama aku Ra.."
"Riel...jangan tinggalin aku. Aku bakalan berubah, aku janji, jangan tinggalin aku kaya gini, aku ga mau Riel.." Ara menagis lebih kencang sementara Dariel masih membiarkan Ara menangis dan tak peduli jika teman-temannya dibawah mendengar suara tangisan Ara.
"Kamu boleh marah sama aku, kamu boleh maki-maki aku apapun tapi jangan tinggalin aku Riel..maafin aku.." Ara terus mengatakan hal yang sama.
"Ra udahlah, hubungan kita tuh dari awal emang ga baik."
"Riel jangan pergi..." Ara tetap berkeras dengan perkataannya tadi sementara Dariel kini bungkam dan membiarkan Ara mengoceh sambil menangis memintanya agar kembali.
"Ga ada yang bisa bikin aku seneng selain kamu, kamu yang ngajarin aku buat jadi orang sabar, cuman kamu satu-satunya orang yang bisa buat aku mau kalah, kamu orang yang ngertiin keadaan adik aku, kamu yang dewasa nanggepin segala kemanjaan aku. Aku ga mau kehilangan kamu Riel, aku ga mau ngelepasin kamu..." Ara mencoba perlahan mengatakan itu dalam keadaan menangis membuat Dariel sesekali mencerna setiap perkataannya karena terkadang terdengar tak jelas.
"Riel..maaf..." Ara memohon lagi tangannya kini dia kaitkan dipinggang Dariel namun Dariel masih tegak berdiri membiarkan Ara melakukan hal apapun sesukanya.
"Coba kali ini nurut Ra, kita temenan pun aku ga akan jauhin kamu." Dariel mulai berbicara lagi.
***To be continue