Chereads / I don't know you, but I Married you / Chapter 135 - Invitation

Chapter 135 - Invitation

Sore itu Kay menunggu Ran di mobil sambil mendengarkan lagu di handphonenya. Sesekali dia membuka lembaran buku yang dia baca sekarang sementara diluar tampak hujan deras.

"Maaf lama..." Ran tiba-tiba membuka pintu dengan rambut yang sedikit kebasahan lalu mengambil tisu untuk mengeringkan tangannya yang juga basah sementara Kay disampingnya menutup buku dan menyimpan earphonenya.

"Yakin udah selesai?"

"Iya udah, gaya bener sih pake kacamata segala."

"Kalo dibuka mata aku keliatan bengkaknya." Kay lalu membuka kacamatanya.

"Kenapa?"

"Sedih aja, opa udah ga ada dan ternyata opa mikirin aku, Jay, kakak sama Kris."

"Sabar..." Ran mengusap lembut punggung Kay.

"Aku ga perlu mobil, motor, rumah yang opa kasih aku cuman pingin dia ada aja."

"Mungkin ini udah takdirnya Kay, kamu harus kuat.."

"Aku masih ga percaya aja opa sama oma ga ada.."

"Semua orang pasti berakhir sama tinggal nunggu waktunya aja."

"Makasih ya, kamu juga ada waktu aku sedih.." Kay mulai tersenyum kali ini.

"Iya sama-sama, aku ga mau kamu sedih terus Kay.."

"Nanti ikut aku yuk.."

"Kemana?"

"Opa Ryan ulang tahun katanya mau dirayain di Bandung, aku pingin kenalin kamu sama keluarga aku."

"Apa harus Kay?"

"Kok gitu sih nanyanya?harus dong. Aku pingin keluarga aku tahu kamu lagian kata mommy opa Ryan temenan sama kakek kamu."

"Hah?masa iya?"

"Iya, makannya opa Ryan pasti seneng kamu disana."

"Kapan?"

"Minggu depan dari hari Jumat sampe senin nanti aku yang bilang ke ayah sama bunda kamu."

"Senin aku kuis yang.."

"Ya udah kita pulang Minggu aja, deket kok Bandung Jakarta aku bisa nyetir."

"Iya aku ikut.."

"Ya udah yuk aku anterin kamu pulang.." Kay mulai menyalakan mesin mobilnya sementara itu ditempat lain Dariel mulai menginjakkan kaki dirumah Ara lagi.

"Ayo masuk aja.." Ara menarik tangan Dariel.

"Mom..dad..." Teriak Ara saat mereka masuk.

"Eh Riel masuk.." Kenan yang sedang bermain dengan Krisan melihat kearah mereka.

"Malem om..."

"Ah..Kris makin lucu, makin gede, kakak gemes..." Ara mengajak berbicara adiknya yang hanya menjawab dengan gerakan tangan dan kakinya.

"Mau ngobrol dimana kak?"

"Aku sama Dariel di atas aja, mommy mana?"

"Lagi beresin kamar dulu."

"Ya udah aku ke atas ya dad.." Ara lalu mengajak Dariel keruang atas.

"Kamu duduk dulu aku ke kamar bentar."

"Iya.." Dariel lalu duduk di sofa warna biru navy yang terletak tak jauh dari kamar Ara. Tidak butuh lama Ara sudah kembali dengan minuman dan makanan yang dia letakkan di atas meja. Bajunya tampak santai kali ini dengan celana pendek dan kaos berwarna putih.

"Keluarga aku mau pindah rumah." Ara duduk disamping Dariel sambil membenarkan ikatan rambutnya setelah itu menyalakan tv dan memeluk Dariel dari samping.

"Ra nanti ada orang tua kamu lewat.."

"Mereka kamarnya lagi dibawah, ga papa. Aku pingin peluk."

"Tapi ga enaklah.."

"Udah diem jangan protes."

"Ih...kenapa sih kamu?" Dariel kini merangkul bahu Ara.

"Lagi kangen aja, udah lama ga ketemu."

"Maaf, kemarin-kemarin aku ga nemenin kamu."

"Iya ga papa."

"Ibu kamu udah sehat?"

"Udah.."

"Eh tadi kamu bilang mau pindah rumah, pindah kemana?"

"Ga tau, Daddy masih nyari-nyari."

"Kenapa pindah?"

"Garasi penuh, tadi liatkan mobil sampe keluar-keluar."

"Sayang, kenapa sih kamu sekarang suka sengaja-sengajain ya pegang-pegang, belum goda-godain segala. Jangan kaya gitu dong..."

"Emang kenapa sih?"

"Sayang, lagi jam kerja ga enak kalo kita kaya gitu."

"Kamu dari dulu emang ga berubah soal jam kerja."

"Ih ngambek gitu doang, kamu tuh orangnya ga tahanan, panasan, apa-apa ga sabaran."

"Iyalah, Riel...kita kan mau perbaikin hubungan kita. Aku kan cuman minta pengakuan aja dikantor.."

"Sekarang aku tanya kenapa sih harus ngaku pacaran segala kalo dikantor?"

"Ya...biar ga ada yang ganggu kamu. Emang aku ga tau selama aku ga ada tuh anak-anak training ngecengin kamu, terus aku denger Evelyn ada deketin kamu malah makin gencar nyapa-nyapa kamu segala belum HRD baru si Maya mepet mulu. Kalo kita ga ngasih tahu mereka tuh makin menjadi sama kamu tapi....ya udahlah ga papa..."

"Kamu tahu darimana sih gosip begituan?"

"Rahasia, ya udahlah gapapa aku ikhlas juga kalo kamu ada main sama mereka, aku dulu pernah gitu." Ara melepaskan pelukannya seolah tak lagi menggebu dengan keinginannya tadi lalu dia menyibukkan diri dengan mengambil remote dan memindahkan tayangan tv nya.

"Ra, apa pernah aku dendam kaya gitu ke kamu?kita udah sepakat udah lupain aja yang kemarin-kemarin."

"Aku yang salah.."

"Iya emang kamu yang salah terus kenapa?aku ga pernah bahas-bahas lagi kok yang.."

"Kamu tuh emang baik aku yang jahat.."

"Sini aku peluk lagi.." Dariel menarik badan Ara kedalam pelukannya seperti tadi.

"Udah, ga usah diinget-inget lagi kenapa sih?Pacarannya jadi ga enak kalo kamu gitu terus." Dariel menenangkan namun Ara masih diam.

"Dari semua nama yang kamu sebutin ga ada yang bikin aku tertarik kaya aku ke kamu, lagian kenapa harus didengerin sih yang kaya gitu? Coba sekarang jujur siapa yang bilang gitu?"

"Jangan dimarahin orangnya."

"Iya engga.."

"Aku ngobrol sama temen-temen kamu."

"Temen-temen aku tuh siapa?"

"Gio, Onya sama Mia.."

"Ampun ya mereka.."

"Riel jangan marah sama mereka."

"Iya-iya..."

"Aku yang nanya-nanya bukan mereka yang ngasih tahu. Mereka cerita aja kamu gimana dikantor."

"Ih..dasar detektif." Dariel mencubit pipi Ara sebentar.

"Aku sayang kamu.." Ara semakin mengeratkan pelukannya.

"Ya udah oke kita ngaku pacaran aku cari kerja ke tempat lain ya?"

"Ih jangan, aku ga mau."

"Aku ga apa-apa."

"Pokoknya aku ga mau kamu pergi, aku bisa makin uring-uringan kalo kamu pindah kantor."

"Terus mau gimana?"

"Ya udah aku nurut sama kamu."

"Nah gitu dong."

"Eh lusa aku ada dinas ke Banjarmasin 2 atau 3 hari."

"Sama siapa?"

"Sama Candra, Onya sama tim accounting juga cuman ga tau Farah atau bukan."

"Awas ngegosip lagi."

"Seengaknya ada temen buat keluar."

"Nanti aku anterin kamu sayang, aku juga ada hiking nanti Minggu."

"Engga, ga boleh."

"Kok ga boleh?"

"Kamu temenin aku."

"Kemana?"

"Ke ulang tahun opa."

"Itu kan acara keluarga kamu."

"Aku pingin kenalin kamu, pokoknya ikut.."

"Bukannya kamu tadi masih dibanjarmasin kalo hari jumat?"

"Iya tapi aku pulang sore bisa langsung kesana, acaranya di Bandung.

"Cape loh sayang."

"Makannya kamu ikut, jemput aku dibandara terus langsung kesana nyusul."

"Aku harus ambil cuti kalo gitu."

"Sampe Senin ambilnya."

"Iya-iya.."

"Kita ngobrol soal hubungan kita ke opa sama keluarga aku yang lain." Ara menjelaskan maksudnya sementara Dariel sedikit bingung harus bagaimana nanti.

***To be continue