Chapter 133 - Ikhlas

"Sayang..." Kenan mulai masuk mendekati Jesica dan meletakkan makanannya.

"Sayang, makan dulu yuk. Kamu belum makan, Mas suapin." Kenan sambil mengusap lembut rambut Jesica.

"Aku ga lapar."

"Ini bukan masalah kamu lapar atau engga, kamu harus makan." Kenan memaksa namun Jesica masih diam. Kini Kenan duduk semakin dekat lagi.

"Sayang, Mas tahu kamu sedih, Mas juga sedih. Mas udah kasih waktu kamu loh sampe hari ini. Hari pertama, kedua, ketiga Mas masih oke dengan keadaan kamu tapi kalo sampe ketujuh kamu masih gini Mas ga bisa sayang. Kamu boleh sedih tapi ya secukupnya aja, orang tua kamu emang seneng kamu kaya gini?engga sayang, mereka pasti sedih juga."

"Mereka kenapa pergi gitu aja Mas?mereka ninggalin aku." Jesica menangis kali ini dengan segera Kenan memeluknya.

"Namanya kematian ga ada yang pernah tahu kapan dan gimana, mereka ga ninggalin kamu mereka nunggu kamu sekarang. Mereka udah tenang yang, inget ga papah kemarin-kemarin ngeluh sakit kaki sampe harus pake tongkat?sekarang mungkin papah udah sehat, udah ga ngerasain sakit lagi." Kenan mengusap lembut punggung istrinya yang makin terisak.

"Emang Mas ga sedih?Mas juga sedih sayang. Mas selalu inget nasehat papah sama mamah kalo kita berantem. Katanya pelan-pelan ngadepin Sica harus sabar, cuman mereka yang paling bisa bikin mas tenang kalo kita berantem soal apapun, cuman mereka yang ga pernah marah walaupun cucu nya suka jahil atau nyebelin. Mending sekarang kita doain ya." Kenan sedikit meneteskan air mata lalu mengusapnya lagi.

"Ada Mas disini, ada anak-anak inget juga dong. Mas ga kamu urus Mas bisa sendiri, Kay, Jay sama Kakak ga kamu urus ada Mas yang bisa urusin tapi kalo Kris Mas ga bisa sayang, kakak-kakaknya juga ga bisa harus kamu yang urusin. Pikirin itu juga.."

"Kris mana?" Jesica teringat anak bayinya.

"Ada diurusin kak Bella sama Kak Lisa, mau Mas gendong kesini?"

"Engga nanti aja.."

"Udah ya sedihnya, Mas ga tahan liat kamu gini sayang, anak-anak juga sedih liatnya. Terserah kamu deh mau sampe kapan disini Mas temenin tapi jangan kaya gini dong. Kamu juga punya kehidupan lain, Kita bareng-bareng ngadepin ini karena kamu sedih terus Kris jadi rewel, dia juga punya feeling."

"Maaf bikin Mas repot.."

"Iya ga papa, udah nangisnya. Ikhlasin ya sayang.." Kenan membuat Jesica mengangguk lalu tangan Kenan meraih tisu yang ada di atas nakas.

"Bener?jangan gini lagi kalo udah ikhlas. Inget kata pak ustadz boleh sedih tapi sewajarnya, yang sabar yang tabah." Kenan memberikan tisu pada Jesica.

"Iya aku ikhlas.."

"Besok kita ke makam bareng sama anak-anak. Sekarang kamu makan ya terus minum yang banyak." Kenan melepaskan pelukannya lalu mengambil makanan yang dia bawa.

"Aku makan sendiri aja."

"Habisin pokoknya segitu."

"Mas galak banget."

"Engga sayang, Mas peduli sama kamu supaya kamu sehat. Ini ga usah diet badan kamu udah kecil gini." Canda Kenan yang sudah disambut senyum kecil oleh Jesica.

"Mas bawa Kris ya bentar..." Kenan berjalan menuju kamar kakaknya dan menggendong Kris dalam pangkuannya.

"Nih..anaknya belum tidur.."

"Mana sini aku susuin."

"Engga, makan dulu abisin lagian Kris ga nangis juga biar aku ajak main dulu." Kenan dengan sabar dan telaten mengasuh anak bungsunya. Sambil berdiri dia menimang Kris yang begitu tenang digendong olehnya sementara Jesica yang ingin cepat melihat Kris mempercepat acara makannya.

"Nih udah abis Mas.." Jesica meletakkan piring kosongnya diatas meja.

"Iya simpen disitu dulu.." Kenan perlahan membaringkan Kris yang sudah tertidur diatas kasurnya.

"Makasih Mas..." Jesica memeluk Kenan dari belakang.

"Liat tuh udah ga rewel lagi soalnya tahu mommynya udah ga sedih biasanya sebelum tidur suka nangis dia."

"Daddynya pinter ngasuh."

"Udah ya besok mulai biasa lagi." Kenan membalikkan badannya dan mencium kening Jesica.

"Mas cape ya?matanya sampe item."

"Kamu yang cape, udah kamu istirahat Mas kebawah dulu ya."

"Mau ngapain?"

"Nyimpen piringnya sayang."

"Mas tidur disini kan?"

"Iya Mas tidur disini, bentar ya.." Kenan segera merapikan bekas makan Jesica dan berjalan menuju dapur. Dia cukup senang karena Jesica mau berubah sekarang melupakan kesedihannya sejenak.

***

Setelah 3 bulan tinggal dirumah orang tua Jesica akhirnya mereka kembali kerumahnya. Kenan tampak senang dengan kembalinya mereka dan belum lagi Jesica sudah kembali ceria meskipun tak langsung seceria dulu.

"Yang bikinin Mas minuman dong."

"Pingin apa Mas?"

"Lemon tea ya, Kris mau ga?Kris mau lemon tea juga mommy." Kenan mengajak bicara Krisan.

"Sampai kapan sih kalian mau tidur disini?tidur dikamar masing-masing sana."

"Sampai aku bosen.." Kay segera menyiapkan bantalnya.

"Kan ada Daddy.."

"Daddy suka tidur terus.."

"Kata siapa?ngarang nih Jay."

"Kakak tidur diatas ya.."

"Iya kak, gitu dong. Daddy tinggal ngusir dua bocah ini." Canda Kenan.

"Nih Mas.." Jesica sudah kembali dengan segelas lemon tea.

"Makasih sayang.." Kenan langsung meneguk minumannya.

"Udah malem, ayo tidur Mas." Jesica merapikan bantal yang ada di kasur lalu menyusui Kris sementara Kenan bangkit untuk menyimpan gelasnya dan menyalakan lampu tidur.

"Mas di depan ya kalo udah susuin Kris kamu kedepan bentar ya Mas mau ngomong."

"Iya Mas.." Jesica sambil terus mengeloni anak bungsunya hingga setelah 1 jam berlalu Kris sudah tertidur dengan nyenyak dan kini Jesica mulai beranjak dari tempat tidurnya dan menemui Kenan yang terlihat menonton tv.

"Mau ngomong apa Mas?"

"Kamu ngantuk ga?kalo ngantuk tidur aja kita ngomong besok lagi."

"Mana bisa aku tidur bikin penasaran aja." Jesica duduk disamping Kenan.

"Sayang ini tentang warisan orang tua kamu, waktu itu om Harry kasihin dokumennya semua ke Mas. Mas belum buka-buka nunggu kamu." Kenan sambil mengusap pelan tangan Jesica.

"Aku gimana Mas aja.."

"Eh jangan gitu dong, buka dulu aja sayang. Baca dulu ada surat tuh buat kamu kali aja penting." Kenan segera meraih tas yang ada di atas mejanya dan membuka satu per satu dokumen yang ada didalam termasuk surat wasiat orang tua Jesica.

"Nih baca, Mas temenin.." Kenan memberikan sebuah amplop yang masih tersegel lalu perlahan Jesica membukanya dan membacanya pelan. Awalnya tak ada yang aneh hingga perlahan matanya kembali berkaca-kaca dan meneteskan air matanya. Kenan dengan sigap mengambil tisu dan tetap merangkul bahu Jesica untuk menenangkannya.

"Papah udah mikirin anak-anak termasuk Krisan.." Jesica dengan nada sendunya.

"Papah sama mamah emang baik. Dari dulu mereka ga mau bikin kamu susah, cucu-cucunya susah."

"Besok kita omongin sama anak-anak.."

"Iya sayang sambil dipikirin yang atas nama kamu gimana, mau diapain, rumah papah sama mamah mau gimana. Pokoknya Mas ikut kamu aja, udah jangan sedih-sedih."

***To be continue