Dariel bekerja dengan seurius kali ini karena urusannya dengan Ara telah selesai. Sejak pagi bahkan Dariel tak keluar dari ruangannya. Ketukan pintu membuat Dariel mengalihkan pandangannya ke depan.
"Riel, ganggu ga?" Dikta membuka pintu kemudian duduk.
"Engga pak, kenapa?ada yang bisa saya bantu?"
"Kayanya saya tertarik buat jadiin kamu General Manager disalah satu anak perusahaan. Kemarin makannya saya suruh kamu ke cabang-cabang buat cek disana gimana. Kita kan punya 15 anak perusahaan saya pingin kamu ambil bagian disalah satunya."
"Tapi pak saya baru juga.."
"Saya yakin kamu bisa, anak didik Pak Stefan ga mungkin ngecewain lagian selama ini ada masalah apapun kamu bisa kok beresin. Ngantor tetep disini cuman jabatannya aja beda. Ini kesempatan buat kamu Riel gimana?kalo mau nanti saya bilang ke HRD supaya urusin soal promosi dan penyesuaian gaji sama tunjangan kamu."
"Boleh saya pikirin dulu pak?"
"Boleh tapi jangan lama-lama ya, kira-kira kapan kamu bisa jawab?"
"Kasih saya waktu 3 hari ya pak."
"Oke..saya tunggu kabar baiknya ya.." Dikta yang tak lama langsung pergi sementara Dariel dibuat bingung lagi setelah masalah Ara yang membuatnya galau selesai. Dariel mengangkat teleponnya yang berdering lalu setelah selesai berbicara dia pergi ke ruangan Lain.
"Masuk.." Ara senyum, dia tahu bahwa orang dibalik pintu adalah Dariel.
"Ada apa bu?" Dariel membuka pintu.
"Tutup pintunya." Ara sambil berdiri mendekati Dariel lalu selesai menutup pintu Ara memeluk pacarnya itu.
"Bu..lagi di kantor ini.."
"Aku pingin peluk kamu."
"Lepasin dulu, nanti kalo ada yang liat gimana?"
"Engga, ga ada.."
"Ra..udah sepakat loh kalo lagi kerja ga akan gini."
"Ish...nyebelin.." Ara melepaskan pelukannya lalu menatap tajam Dariel sementara pacarnya itu hanya diam lalu mengecup bibir Ara sebentar.
"Jangan kaya gini dong sayang, ini kan kantor.." Bujuk Dariel.
"Kamu ngapain sih di ruangan terus?" Ara sudah luluh dan kembali ke tempat duduknya. Dia senyum-senyum sendiri mendengar ucapan Dariel tadi.
"Aku banyak kerjaan kalo ga diselesain sekarang aku ga bisa presentasi besok."
"Kerja-kerja terus kapan liburnya?"
"Sabtu Minggu aku libur."
"Tapi suka ada telepon."
"Lain kali aku ga akan angkat kecuali penting." Dariel sekarang ikut duduk.
"Telepon aku aja dicuekin."
"Iya maaf lain kali engga. Ra...aku ditawarin jadi GM menurut kamu aku ambil atau engga?"
"GM? ambil aja, kesempatan bagus tuh."
"Tapi..."
"Stop!!jangan berpikir pesimis lagi aku ga suka."
"Aku bukannya pesimis lagi mikir kedepannya aja."
"Udah ambil aja, Aku yakin kamu bisa kok kalo nanti ada apa-apa aku bantuin." Ara membuat Dariel masih berpikir.
"Kak..." Suara Kay mengetuk dari luar terdengar dan tanpa menunggu kakaknya menjawab Kay langsung membuka pintu.
"Apa sih?bikin ribut aja."
"Kak Daddy kemana?"
"Ya diruangannyalah."
"Ga ada."
"Kalo gitu keluar berarti."
"Kemana ya?"
"Mana kakak tahu."
"Ih..aku tanya bener juga."
"Kakak juga udah jawab bener, ga malu apa diliatin temen kantor kakak?hus sana tunggu di ruangan Daddy aja."
"Emang aku kucing apa pake hus segala."
"Kay, kakak lagi ngobrol penting nih."
"Eh tadi aku ketemu Kak Bisma salam katanya buat kakak cantik..." Kay menggoda.
"Apaan sih.." Ara melirik sejenak ke arah Dariel.
"Terus ada yang nelpon ke rumah namanya Eza nyariin kakak."
"Kay mending pergi deh sekarang." Ara beranjak dari kursinya dan mulai menarik Kay keluar.
"Aku bilangin ke Daddy kakak main cowok lagi." Suara Kay yang semakin lama semakin menghilang saat Ara menutup pintu. Kali ini wajah Ara terlihat tegang apalagi ketika melihat Dariel walaupun sebenarnya Dariel tak mempermasalahkan apapun.
"Itu adik kamu ya.."
"Iya, Kay suka gangguin aku mulu.."
"Keliatan kok tadi aja berantem.."
"Aku ga ada apa-apa sama cowok yang tadi Kay sebutin. Kita temen." Ara membuat Dariel tertawa kecil.
"Padahal aku ga tanya apapun."
"Ya kali aja pingin tahu jadi aku jelasin."
"Udah ah aku mau kerja lagi, lain kali jangan panggil kalo ga penting ini belum jam 5."
"Ih.. seurius amat sih..." Ara protes namun Dariel tetap berjalan keluar.
****
Dariel sedang mengobrol dengan teman-temannya di lantai 2 termasuk Chandra disana. Mereka tampak berdiri sambil masing-masing tangan mereka memegang minuman yang menyegarkan.
"Ayo jadiin kita dong campingnya..." Ajak Gio tampak semangat dengan ide camping dari temannya Farah.
"Iya kayanya seru weekend ini yuk Sabtu Minggu."
"Bener tuh Can, Minggu ini. Siapa yang setuju angkat tangan.." Gio mengundi dan tampak Chandra, Gio, Farah, Mia, Sonya, Sandi mengangkat tangan mereka namun Dariel masih ragu.
"Riel lu ga ikut?"
"Ga tau Can.."
"Ayo jangan kerja mulu.."
"Iya-iya gw ikut.."
"Nah gitu dong.." Farah langsung merangkul bahu besar Dariel.
"Ntar bagi-bagi ya bawaannya."
"Tuh Onya udah pernah camping kan, lu bagiin aja yang perlu kita bawa."
"Siap ntar gw WA di grup ya.."
"Eh udah jam 1 kerja lagi kerja." Mia menyadarkan mereka. Seketika mereka pun bubar dari perkumpulan mereka dan menuju meja kerja masing-masing.
"Riel.." Farah memanggil
"Iya Rah..."
"Nih gw bikinin kue kali aja lu suka.." Farah memberikan setoples kue putri salju yang memang favorit Dariel.
"Eh repot-repot, makasih.." Dariel tersenyum.
"Iya sama-sama."
"Gw duluan ke atas ya.." Dariel kini benar-benar pergi sambil menenteng pemberian Farah. Dia meletakkan kue itu dimejanya.
"Riel..." Dikta langsung menghampiri Dariel ketika melihatnya masuk ruangan.
"Iya pak.."
"Hari ini saya ga bisa ikut meeting kamu tolong wakilin ya, cuman bentar kok kaya ada sosialisasi SOP baru."
"Siap pak, diruang mana?"
"Ruang meeting lantai 5.."
"Oke pak.."
"Eh gimana tawaran saya?" Dikta meranjak masuk.
"Setelah saya pikir-pikir kayanya saya mau coba pak.."
"Nah gitu dong, Hm..nanti saya kasih tahu selanjutnya ya saya lagi buru-buru"
"Siap pak.."
"Makasih Riel.."
"Sama-sama." Dariel yang kemudian mengambil note book dan bolpointnya segera pergi menuju lantai 5. Disana sudah ada para Manager lainnya dan tak disangka Ara Ikut lagi bersama Kenan. Meeting pun di mulai tapi wajah Ara tampak tak seperti biasa. Dariel rasa dia sedang kesal.
# Kamu kenapa?.
Dariel mengirimkan pesan.
# Lagi kerja.
# Ya udah nanti selesai meeting aku ke ruangan kamu.
# Ga usah, aku pingin cepet pulang.
# Aku ada salah ya.
# Pikir aja sendiri.
Ara membalas dengan singkat membuat Dariel berpikir apa salahnya. Meeting berjalan cukup lama sampai jam pulang tiba pun meeting belum selesai. Hingga setengah jam berlalu barulah meeting selesai.
"Ra Daddy pulang duluan, jemput mommy dulu. Kamu hati-hati pulangnya sayang.."
"Iya Dad.." Ara lalu masuk ke dalam ruangannya lagi.
***To be continue