Jay baru sampai pagi hari dia bahkan tertidur di dalam mobilnya sebentar. Dia melihat ponselnya dan banyak panggilan tak terjawab mulai dari Kenan, Jesica, kakaknya, termasuk Tiara.
- Mom..
- Kamu kemana aja sih?baru telepon?bikin heboh serumah. Pulang sekarang!
- Aku udah di Jogja mom masa pulang.
- Ampun deh kamu ya, bikin Daddy sama mommy jantungan.
- Maaf.
- Semaleman tahu Daddy cari kamu, kasih tahu mommy kamu dimana?.
- Aku depan rumah Tiara.
- Kamu diem disitu tungguin Daddy, nanti mommy titip ke Tante Dena. Inget jangan kemana-mana.
- Iya mom.
Jay menutup teleponnya lalu membasuh wajah dan mulutnya dengan air yang kemarin dia beli di rest area. Selesai itu dia menekan bel dekat pagar rumah Tiara dan tak lama muncul seseorang yang sejak dari malam dia pikirkan.
"Jay.."
"Tiara.."
"Kamu gila ya! ngapain sih nekat kesini segala. Orang tua kamu tuh nyariin tahu ga.
"Aku coba hubungin kamu dan kamu ga angkat."
"Jay ya ampun, mommy kamu khawatir loh, Tiara suruh masuk dulu." Dena melihat keberadaan Jay diluar. Jay dan Tiara pun masuk ke dalam.
"Bentar, Tante ambilin minum dulu."
"Kamu tuh ngapain sih nekat segala?kan bisa nunggu aku, ntar juga aku bales." Tiara tampak emosi.
"Kenapa?kenapa kamu minta putus?aku tuh panik tiba-tiba kamu WA gitu."
"Aku lebih panik tiba-tiba dapet kabar kamu nyetir sendiri kesini."
"Tiara..." Dena datang lagi sambil mengingatkan anaknya.
"Selesain baik-baik ya, Tante tinggal."
"Aku mau ke kampus, kamu pulang aja."
"Aku anter.."
"Ga usah."
"Ra..aku cuman nganter, aku janji ga akan bahas soal ini dulu. Aku udah jauh-jauh sampe sini, masa mau kamu cuekin juga?" Perkataan Jay membuat Tiara terdiam sejenak.
"Mah....aku ke kampus ya." Teriak Tiara sambil menghampiri ibunya.
"Iya hati-hati, Jay kamu disini aja dulu."
"Saya anter Tiara dulu Tante nanti saya balik lagi, kalo Daddy datang suruh tunggu dulu aja ya."
"Oh ya udah hati-hati."
"Makasih Tante.." Jay lalu menyusul Tiara yang sudah keluar. Sepanjang perlajalanan Tiara hanya diam dia berbicara ketika menujukkan arah menuju kampusnya.
****
Jay POV
Selesai mengantar Tiara aku bertemu dengan Daddy dirumah Tante Dena. Wajah Daddy memang terlihat kesal tapi dia sama sekali tak memarahiku disana. Daddy diantar pak Kahar yang kemudian langsung kembali ke Jakarta setelah Daddy menyuruhnya untuk pulang atau dia boleh beristirahat di Jogja jika masih lelah yang jelas aku lihat Daddy mengeluarkan beberapa uang cash untuk Pak Kahar. Selesai berbincang sebentar dengan Tante Dena aku dan Daddy pergi ke sebuah hotel atas permintaanku yang tak mau langsung kembali ke Jakarta. Aku langsung mandi membersihkan diri setelah tiba dihotel karena merasa tak nyaman akibat seharian tak mandi.
"Aku mau pergi lagi Dad jemput Tiara."
"Sini dulu, duduk." Daddy menyuruhku.
"Kamu ya ampun.....kenapa sih ga dipikir dulu Jay?"
"Aku ga tahu harus gimana."
"Terus sekarang udah tahu kenapa Tiara putusin kamu?"
"Belum, tadi dia marah sama aku karena nekat kesini."
"Iyalah, kamu malah bikin suasana makin panas aja."
"Aku cuman butuh alasan dad, kalo dia pingin putus aku harus tahu dulu kenapa."
"Jay, apapun yang terjadi selesain baik-baik ya. Daddy sama Tante Dena atau om Fahri udah pasrah gimana kalian tapi hubungan kalian harus tetep baik mau beneran putus atau engga. Jay kan udah janji sama mommy."
"Aku ga pernah marah dad sama Tiara, aku cuman kaget aja dia gitu?salah aku tuh apa?"
"Iya Daddy ngerti tapi jangan kaya gini lagi ya Jay, mommy sama Daddy tuh khawatir."
"Kenapa?karena aku beda?Daddy ga pernah khawatir kaya gini kalo Kay yang lakuin."
"Engga Jay bukan gitu, Daddy bakalan khawatir sama kalo itu Kay atau kakak kaya gini."
"Emang aku ga tau kalo aku sakit?!" Aku membuat Daddy terkejut saat ini.
"Sini duduk lagi, Daddy jelasin." Daddy menarik tanganku.
"Kamu tenang, kamu pernah cedera Jay jadi kamu dulu kesulitan dibeberap hal kaya membaca, menulis, bergerak, berkomunikasi, tapi kan sekarang kamu udah sembuh. Kamu bahkan bisa masuk kampus favorit. Cedera kamu tuh termasuk kategori ringan Jay cuman butuh waktu yang cukup lama aja supaya bener-bener sembuh."
"Kenapa sih Daddy sama mommy ga pernah ngomong, kenapa aku harus tahu sendiri?"
"Karena Daddy sama mommy yakin kamu bisa sembuh dan benerkan kamu sembuh lagian dulu kamu udah mulai sadarkan kamu beda karena sering mommy bawa ke dokter dan waktu itu dokter juga bilang perkembangan kamu bagus kok karena dari awal Daddy sama mommy langsung ngasih pengobatan yang terbaik buat kamu. Kamu tuh istimewa buat Daddy bukan beda."
"Apa Tiara tahu?"
"Engga, Tiara ga tahu. Kamu normal Jay." Daddy menepuk pundakku seolah memberikan keyakinan bahwa aku juga sama seperti yang lain. Aku lalu memeluknya.
"Apa aku putus aja sama Tiara?Tiara mungkin ga mau nerima aku kaya gini."
"Kalo dia ga nerima ga mungkin bertahan sampai sejauh ini. Apa salahnya diomongin dulu lagian Daddy rasa sejak kenal Tiara kamu lebih dewasa, lebih berubah pingin tahu ini itu, coba mengerti ini itu. Daddy seneng."
"Kalo Tiara tetep pingin putusin aku gimana?"
"Ya udah temenan aja yang suka kamu kan banyak."
"Aku kan sukanya Tiara."
"Ya udah makannya jangan nyerah."
"Ya udah aku pergi." Aku melepaskan pelukan Daddy dan pergi menjemput Tiara. Aku menunggunya di dalam mobil sambil memperhatikan beberapa orang keluar masuk di gerbang kampus. Aku melihat awan masih cerah meskipun hari semakin sore udara diluar pun sepertinya masih panas dan Tidak lama Tiara tampak berjalan dengan teman-temannya lalu setelah saling melambaikan tangan dia masuk ke dalam mobilku.
"Kita jalan-jalan bentar yuk."
"Aku mau pulang."
"Sebentar aja aku janji ga lebih dari jam 7."
"Iya." Tiara masih jutek padaku. Aku sebenarnya tak begitu hafal jalan tapi ya sudahlah aku lebih baik menelusuri jalan saja seolah-olah sedang menghabiskan bensin dimobilku. Sambil menyetir satu tanganku aku letakkan di tangan Tiara.
"Aku minta maaf soal tadi pagi." Aku mengusap halus punggung tangannya sambil sesekali melihat ke arahnya dan dia belum merespon sedikit pun. Tanganku aku kembalikan ke pegangan kemudi.
"Aku datang cuman pingin tahu alasannya kenapa, aku pernah janjikan dulu kalo kamu nemu yang lebih baik dari aku dan udah ga sayang sama aku, aku ga papa."
"Ini bukan soal orang ketiga."
"Lalu?"
****To be continue