Kay menunggu diluar mobilnya sambil memainkan ponselnya sendiri. Tak seperti biasanya sudah malam begini kampus masih tampak ramai mungkin karena orang-orang juga akan menjemput anak atau bahkan pacar mereka. Tidak lama sosok yang di tunggu Kay terlihat sedang berjalan namun dia tak sendiri, dia dengan teman-temannya dan tentu saja teman yang dia kenal sebelumnya. Tangannya Kiran tampak membawa sesuatu. Sesuatu seperti bunga disana, entahlah Kay tak bisa melihat dengan jelas.
"Ran.." Seseorang memanggilnya saat Kiran sudah dekat dengan mobil Kay.
"Nih ketinggalan." lelaki itu memberikan sebuah kantong yang entah isinya apa.
"Makasih.."
"Coba deh pikir-pikir lagi." Lelaki itu sambil mengusap-ngusap belakang rambutnya.
"Maaf aku ga bisa, kita temenan aja ya." Kiran dengan santai menolak lelaki di depannya.
"Pasti gara-gara Kay, dia itu..."
"Aku duluan ya.." Kiran langsung memotong pembicaraannya dan pergi menghampiri Kay.
"Hei..." Kay menyapa dengan senyumannya.
"Sini aku bawain."
"Ga usah dikit doang kok."
"Tapi berat kan." Kay membuka pintu belakangnya dan menyimpan barang-barang Kiran.
"Bunga dari siapa?" Kay saat melihat Kiran meletakkan bunga.
"Dari Zaki."
"Zaki?" Kay baru mendengar namanya. Kali ini Kiran masuk ke kursi depan begitupun Kay yang masih bertanya-tanya tentang Zaki.
"Siapa dia?"
"Tadi pas lagi ada acara kebersamaan tiba-tiba dia nembak aku di depan terus ngasih itu deh."
"Berani-beraninya nembak cewek orang." Kay mulai menjalankan mobilnya.
"Udah jangan marah, aku kan ga nerima."
"Ya tetep aja harusnya dia..."
"Kamu jangan ganggu dia ya, maksud aku jangan karena hal ini jadi permasalahan gede nanti satu kampus heboh. Kamu kan janji mau berubah, ga semua hal harus pake emosi kamu harus belajar sabar." Kiran menasihati masih dengan nada tenangnya.
"Cowoknya yang tadi?"
"Kay.."
"Aku cuman nanya aja, aku kan juga pingin tahu yang mana orangnya."
"Iya yang tadi."
"Aku janji ga akan apa-apain dia sayang selama dia ga ganggu-ganggu kamu."
"Janji ya, jangan bikin onar lagi deh."
"Iya engga." Kay meyakinkan kekasihnya.
"Cape?udah makan?" Kay mengusap halus pipi Kiran yang duduk manis disampingnya.
"Pegel-pegel aja, sebelum pulang aku udah makan kok."
"Ya udah tidur nanti kalo udah sampe aku bangunin."
"Ga papa nanti aja."
"Kangen, 3 hari ga ketemu, ga bisa teleponan, WA aku ga dibales-bales. Kamunya sibuk."
"Ya maaf. Eh gimana wisuda kakak kamu?"
"Heboh. David datang lagi terus Daddy kesel."
"Ketemu Daddy kamu?"
"Iya, orang-orang pada ngeliatin soalnya Daddy sempet negur dia."
"Terus berantem?"
"Engga, untung mommy aku langsung nyeret Daddy walaupun sebenernya bakalan seru kalo Daddy sampe nampar dialah minimal." Kay sambil tertawa kecil.
"Kay.." Kiran menepuk lengannya.
"Kayanya kakak kapok, jadi sejak itu jarang ada cowok kerumah."
"Baguslah, kaya kamu kapok kan?kakak ade sama aja."
"Iya aku kapok, takut ditinggalin kamu."
"Jay udah baikan?"
"Udah, dia udah bisa jalan lagi. Kamu kenapa ga mau bahas aku sih?Kita kan lagi berdua kok malah bahas orang lain."
"Soalnya kalo aku beneran sayang sama kamu bukan cuman soal kamunya aja tapi keluarganya juga harus aku sayang."
"Ih gemess..." Kay mencubit pipi Kiran kali ini.
"Nanti Minggu ke restoran mommy aku yuk, aku kenalin." Kay yang benar-benar sudah tak tahan ingin mengenalkan Kiran pada orang tuanya.
"Ga besok aja?"
"Kamu istirahat aja dulu sayang. Katanya pegel-pegel nanti kamu kecapean."
"Ih...gemess.." Kini giliran Kiran yang mencubit Pipi Kay.
"Aku sayang kamu." Kay meraih tangan Kiran dan menciumnya.
****
Jay belum tidur, dia masih sibuk dengan laptopnya sendiri. Kali ini dia bukan sedang menjelajah di dunia maya tapi dia sedang mencari sebuah video.
"Bagaimana cara ciuman.." Ketik Jay di kolom pencarian munculah berbagai video disana.
"Tutorial ciuman yang romantis, Tips ciuman yang bikin tergila-gila, Cara orang dewasa berciuman di sofa , French Kiss. Apaan nih..." Jay lalu mengklik salah satu video. Awalnya hanya ada percakapan hingga kedua orang itu berciuman. Jay memperhatikan dengan seksama dengan kening berkerut karena heran dengan yang dilakukan kedua orang di video tersebut.
"Apa aku harus gitu?" Jay bertanya pada dirinya sendiri.
"Apa Tiara ga marah nanti?atau jijik." Jay menggaruk-garuk kepalanya.
"Jay..." Ara membuka pintu.
"Ih kakak kebiasaan deh ga pernah ketuk pintu."
"Ya kunci pintunya kalo ga mau kakak masuk." Ara mengomel dan teralihkan gambar dilayar Laptop Jay.
"Jay...kamu apa-apaan sih?" Ara mendekati laptopnya dan memastikan yang dia liat benar.
"Eng...engga.." Jay menutup laptopnya.
"Bilangin mommy loh.."
"Kak jangan kak, aku..aku cuman.."
"Bandel ya kamu." Ara menyentil telinga Jay seperti anak kecil.
"Aku ga sengaja kak."
"Kalo ga sengaja ga mungkin diputer sampe 5 menit Jay."
"Maaf, aku cuman pingin tahu. Kakak jangan bilangin sama mommy atau Daddy."
"Untung ya tiap-tiap kamu nyari yang aneh kakak yang liat coba kalo mommy."
"Aku cuman nyari yang itu doang ga macem-macem." Jay menunduk takut kakaknya marah. Tiba-tiba Ara tertawa.
"Kok ketawa?"
"Udah dewasa ya kamu." Ara kali ini merangkul adiknya.
"Kakak ga marah?"
"Kakak marah kalo kamu sampe keterlaluan."
"Aku udah keterlaluan belum?"
"Malah nanya lagi."
"Kak jangan bilang ya janji.."
"Iya engga, lagian kamu yang begituan dia cari-cari, ntar juga bisa sendiri."
"Maksud kakak?"
"Udahlah kamu masih kecil. Kakak mau pinjem buku kamu." Ara langsung mencari buku yang dia maksud di rak buku milik Jay.
"Buku apa?"
"Nah ketemu, kakak pinjem ya."
"Iya, kalo perlu aku kasih aja."
"Ya udah tidur sana jangan cari yang aneh-aneh."
"Kak..."
"Hm.."
"Janji ya."
"Iya-iya. Lain kali kunci pintunya." Ara pergi sambil menutup pintunya dan benar saja Jay langsung mengunci pintunya dan kembali menonton video yang belum terselesaikan. Dilain kamar Kenan sedang bermanja-manja dengan Jesica.
"Bikin anak yuk." Bisik Kenan di telinga Jesica.
"Udah bilang emang sama anak-anak?."
"Belum, tapi kan boleh lakuin kalo Mas pingin."
"Lagian Mas aku pingin tanya kenapa harus tambah anak lagi."
"Mas punya 3 anak semuanya udah gede, pada sibuk sendiri ga ada yang bisa Mas manjain."
"Ara kan masih bisa."
"Dia sekarang udah malu kalo Mas manjain di depan umum."
"Ya Mas juga ga kira-kira."
"Satu lagi aja sayang, ya ya ya.." Kenan membuat Jesica menghela nafasnya.
"Mas tuh masih pingin gendong anak, rasanya baru kemarin Gendong Ara, tidur bareng Kay sama Jay, eh sekarang udah gede-gede aja. Mas mau minta cucu pun Ara belum nikah."
"Itu perasan orang tua aku dulu waktu ngelepas aku nikah, mereka ngerasa sepi dirumah."
"Ya makannya, tambah lagi ya sayang supaya ada yang rame dirumah."
"Aku pikirin dulu ya Mas, punya anak kan ga sekedar punya atau cuman bikin rame."
"Iya sayang tapi jangan lama-lama."
"Ya udah sambil nunggu aku tanya anak-anak juga."
"Iya besok Mas tanya sayang."
***** To Be Continue