Chapter 65 - Resmi

Kay menyetir dengan perlahan karena diluar hujan cukup deras disertai angin kencang.

"Sakit ga?" Kiran melihat Luka di pelipis alis, pipi dan samping mulut Kay.

"Engga terlalu kok."

"Nanti sebelum balik lagi aku obatin dulu."

"Ga papa, ga usah dikit doang."

"Dikit itu bisa bikin infeksi tahu."

"Makasih ya kamu udah bantuin kakak aku. Kamu hebat."

"Ya masa aku berdiri diem doang sih, orang lain juga pasti refleks bantuin kalo ada di posisi aku."

"Jacket kamu mana sih?ga dingin?" Kay perhatian.

"Tadi aku pakein di kaki Jay supaya darahnya ga keluar-kekuar."

"Ya udah nih pake, dingin." Kay membuka jacketnya dan memberikan pada Kiran.

"Apaan sih kaya di sinetron-sinetron aja."

"Udah deh ga usah protes tinggal pake doang." Kay memaksa dan berhasil.

"Aku anterin sampe sini aja ya, maaf bikin kamu pulang malem." Kay menghentikan mobilnya di depan pagar rumah Kiran.

"Sini.." Kiran mengambil kotak P3K dan memerintahkan Kay melihat ke arahnya.

"Aku bilangkan ga papa."

"Aku udah pake jacket kamu loh, masa kamu ga mau."

"Iya-iya."

"Ada air ga?cuci dulu lukanya."

"Bentar." Kay mencari sebotol air di mobilnya namun tak ada dengan idenya dia membuka kaca mobil lalu mengeluarkan kepalanya.

"Ish...bukan air itu.." Kiran menepuk lengan Kay sambil ingin tertawa.

"Katanya air nih udah basah." Kay menutup lagi kacanya.

"Ada-ada aja deh." Kiran lalu mengeringkan wajah Kay dengan tisu yang ada disana.

"Kamu ternyata orangnya peduli banget sama keluarga."

"Iyalah, aku cuman punya kakak perempuan satu-satunya dia doang jadi harus aku jagain. Daddy selalu pesan itu ke aku sama Jay sementara Jay dia tuh adik yang benar-bener kaya anak kecil." Kay berkomentar sambil memejam matanya.

"Tapi kan dia seumuran sama kamu."

"Iya tapi kalo kamu ngobrol sama dia, dia itu kaya anak kecil. Banyak hal yang belum dia ngerti selain pelajaran yang seharusnya dia udah paham, pokoknya dia anak mommy banget."

"Tapi maaf ya dia ga sakit kan?"

"Maksud kamu Jay punya kelainan?"

"Maaf, Aku ga maksud ledekin adik kamu kok."

"Iya aku tahu, engga kok mommy bilang dia normal."

"Syukur deh, mudah-mudahan dia cepet sembuh."

"Awww...pelan-pelan." Protes Kay saat Kiran memberikan Betadine disekitar lukanya.

"Iya maaf.." Kiran meniup-niup pelan dan kini Kay membuka matanya. Jelas pandangannya langsung tertuju pada mata Kiran yang juga menatapnya.

"Engga, gw harus tahan. Gw bukan cowok brengsek lagi." Kay dalam hati mencoba menahan keinginannya untuk mencium Kiran. Jantungnya berdegup kencang sekarang karena justru Kiran yang menciumnya terlebih dahulu. Dia mengecup bibir Kay sebentar.

"Sekarang aku minat jadi pacar kamu." Kiran dengan malu-malu sambil melihat ke arah kapas dan Betadine yang ada ditangannya.

"Aku janji ga akan nyakitin kamu." Kay yang sempat terkejut tadi mulai berbicara.

"Iya, kamu cepet sembuh ya jangan lupa istirahat." Kiran kali ini mengusap halus pipi memar Kay.

"Iya makasih sayang.." Kay tanpa ragu mengatakan kalimat sayang pada Kiran yang sudah resmi menjadi kekasihnya.

****

Jesica dan Kenan tak habis pikir dengan yang terjadi dengan Jay. Jesica tak henti menatap sendu anaknya yang masih terbaring lemas ditemapat tidurnya sementara Kenan menatap tajam Ara dan Kay yang duduk di sofa ruang rawat.

"Ampun deh kelakuan kalian."

"Ini bukan salah Kay bukan juga Jay ini salah aku Dad." Ara menatap ayahnya.

"Kakak udah kapok sekarang?harus ada kejadian dulu supaya kakak ngerti?dulu Kay yang gitu sekarang kakak, ga bisa apa ambil contoh kak?"

"Iya Maaf Dad.."

"Daddy kaget tahu ga denger Jay masuk rumah sakit kaya gini. Coba liat adik-adik kamu kak, ga kasian?"

"Iya aku salah Dad, aku yang bikin adik-adik aku gitu. Aku nyesel." Ara dengan mata berkaca-kaca dan tak lama meneteskan air matanya.

"Udah Mas, kakak pasti cape habis sidang." Jesica datang menenangkan.

"Ya udah kakak pulang sama Kay. Biar Daddy sama Mommy yang jagain Jay."

"Aku pingin disini sampe Jay bangun."

"Kak, kakak harus istirahat kalo ikutan sakit gimana."

"Iya mom.." Ara kini menurut dan mengambil tas nya lalu pergi dengan Kay. Kay juga tak banyak bicara sedari tadi entah bahagia karena akhirnya Kiran menjadi kekasihnya atau karena dia juga tak berani melawan ayahnya. Kay mengendarai motornya dengan tenang sementara Ara yang ada dikursi penumpang tiba-tiba memeluknya dan menangis. Kay tak protes dan membiarkan kakaknya seperti itu. Ara terus menangis sampai mereka tiba dirumah.

"Udah ngapain sih nangis mulu, liat nih baju aku sampe basah." Kay menyimpan helmnya dan melihat kearah belakang bajunya.

"Kamu tuh ya kakak lagi sedih juga bukannya dihibur malah ngomel."

"Kakak juga masih sempet-sempetnya ya marahin aku." Kay berjalan ke arah kamarnya.

"Kay..."

"Apalagi?" Kay membalikkan badannya dan tak lama dia mendapatkan pelukan dari kakaknya.

"Maaf... Maaf gara-gara kakak kamu jadi gini. Kakak ga pernah denger omongan kamu tentang David. Maaf Kay.."

"Iya ga papa yang penting sekarang kakak udah tahu." Kay membalas pelukan Ara.

"Makasih.." Ara kini menangis lagi.

"Besok-besok kaya gitu lagi ya kak supaya aku bisa ngehajar orang sepuasnya." Kay membalas perkataan Ara kala dia terkena masalah waktu itu.

"Udah jangan nangis." Kay mengusap punggung Ara pelan.

"Daddy pasti marah sama kakak."

"Engga, Daddy ga akan marah."

"Tapi tadi..."

"Kita tuh punya Daddy paling baik sedunia jadi paling Daddy cuman ngomelin doang."

"Iya, Daddy emang baik."

"Jadi mau sampe kapan peluk aku?"

"Iya udah.."

"Kakak istirahat jangan lagi hubungan sama David."

"Iya, kakak udah ga sudi liat muka dia lagi."

"Ya udah good night." Kay mencium kening Ara.

"Apaan nih."

"Kata Jay kalo aku sayang kakak aku harus cium kakak."

"Udah ketularan deh kamu sama Jay."

"Ya udah aku cape, mau ke kamar." Kay kali ini benar-benar pergi ke kamarnya sementara itu Jesica dan Kenan masih menunggu Jay di rumah sakit.

"Jadi inget aku dulu bikin Mas kaya Jay.."

"Udah deh ga usah diinget-inget lagi sayang.."

"Ga akan bisa aku lupalah Mas, Mas sampe susah jalan gara-gara aku."

"Tapi kan sekarang Mas bisa jalan."

"Ya tetep aja ...."

"Sayang...ga papa, ga usah diinget-inget hal yang kaya gitu." Kenan mengusap rambut Jesica yang kini sedang bersantai dipahanya.

"Aku tuh takut waktu itu mikirnya udah kemana-mana gara-gara kak Bella bilang ga tau kondisi Mas."

"Udah suka berarti tapi buat ngaku masih gengsi." Sindir Kenan bernostalgia.

"Kalo aku ga ketemu Mas gimana ya?aku nikah sama siapa ya?"

"Kok gitu sih bayanginnya?kalo ga nikah sama Mas ga akan ada Ara, Kay, sama Jay."

"Iya bercanda-bercanda Mas.." Jesica menarik tangan Kenan.

****To be continue