Aku masih ingat bagaimana sorot mata itu menatapku, bagaimana pesona itu yang meluluhkan hatiku.
Aku masih ingat suara hangat mu di pagi hari, tingkah manja dan cemburu yang membuatku merasa menjadi wanita paling beruntung. Aku masih mengingat jelas semua itu.
Bahkan genggaman telapak tangan mu juga masih sama, terasa hangat dengan udara dingin dan percikan hujan mengenai kemejaku.
Aku ingat bagaimana kita menikah di hati itu, aku ingat bagaimana berantakannya aku di depanmu, semua itu.. tidak akan bisa aku lupakan.
Kisah cinta kita yang naik turun bagai permainan di dunia fantasi yang membuat jantung, kau yang manis tak pernah ku bayangkan hadir dalam hidupku.
Semua tentang mu yang indah tak bisa aku lupakan..
Tapi seperti pepatah, karena setetes nila rusak susuh Sebelanga.. aku pun merasakan itu saat ini.
Vira menepis tangannya dari genggaman tangan Vino, seketika ketika matanya menyadari wajah tak asing yang menyorot dirinya dengan tatapan dalam.