"Cepat masukin, dong! Gue udah gatal, nih!"
💊💊💊
Di SMA Herosin, ada seorang siswi yang ke mana-mana selalu membawa bedak gatal dan sekujur tubuhnya selalu dipenuhi olesan bedak yang belepotan. Ingki namanya. Dia terburu-buru menyambangi kantor sekolah setelah melihat namanya tercantum di kelas unggulan. Dia tak bisa terima kenyataan itu. Bahkan itu merupakan malapetaka baginya.
Waktu bertemu dengan Pak Cakro, kepala sekolah, dia langsung memohon-mohon. Dia akan melakukan apa pun agar bisa dipindahtempatkan dari kelas unggulan itu.
"Pak Cakro, plis, saya nggak mau di kelas unggulan, Pak!"
"Ingki, kamu ini bagaimana, sih?!" Hardik Pak Cakro. "Di mana-mana itu murid malah suka dan bahagia sekali kalau bisa masuk di kelas unggulan. Kamu, kok, malah menolak."
"Bagi saya itu malapetaka, Pak, jadi tolong hapus nama saya dari daftar murid kelas unggulan. Saya justru bahagia kalau Bapak masukin saya ke kelas buangan, Pak." Ungkap Ingki sejujur-jujurnya. Poninya yang bergelombang dan tercoreng oleh bedak ikut naik-turun.
Tentu saja Pak Cakro kaget. Baru kali ini dia menemukan murid aneh seperti Ingki. "Apa, kamu malah bahagia kalau masuk di kelas buangan? Kamu ini waras?"
"Saya masih waras, Pak. Coba Bapak tes saya hitung-hitungan!"
"Sepuluh pangkat dua dikurang sembilan pangkat dua berapa?"
Ingki tersenyum mengejek. "Ya elah, Pak, Pak, itu, 'kan, pelajaran kelas 10 kemarin. Gampang itu, Pak, jawabannya. Sepuluh dikurang sembilan, 'kan, satu, berarti jawabannya satu pangkat dua, Pak."
Pak Cakro tersenyum kecut. "Wah, pintar sekali kamu ternyata, Ing! Ternyata kamu memang masih waras."
"Nah, terbukti kalau saya masih waras, 'kan, Pak!" Senyum tipis penuh harapan terbit dari sudut-sudut bibir Ingki yang tipis.
"Itu salah, goblok!!!"
Ingki mengernyit. "Hah, masa sepuluh dikurang sembilan bukan satu hasilnya, Pak?! Wah, dulu Bapak kuliahnya dimana, sih? Kok, soal mudah begitu aja nggak tahu!"
"Sudah, pokoknya sekarang juga kamu pergi ke toilet dan bersihkan semua badanmu dari bedak yang belepotan itu. Bikin malu aja!"
"Jadi saya beneran dipindahin ke kelas buangan, Pak? Asyik!"
"Nggak ada pindah-pindahan!" Hardik Pak Cakro. "Pokoknya kamu tetap di kelas unggulan, titik!"
Ingki sontak membatin, ini semua gara-gara Sua. Awas, ya, kamu!
💊💊💊
Sua yang sedang Asyik menikmati ke mana saja arah pandangannya menyapu seisi kelas unggulan, tiba-tiba dikejutkan oleh kedatangan ratu bedak gatal. Yah, begitulah dia menjuluki seorang Ingki.
"Keluar lo! Ikut gue!" Paksa Ingki dengan cara mengayunkan tangan di depan pintu kelas unggulan.
Sua pun berdiri dan terpaksa mengikutinya keluar kelas. Sampai di bangku panjang, dia berkata, "Ah, akhirnya gue bisa menjadi murid resmi kelas unggulan ini, Ing. Capek gue kemarin setahunan jadi penunggu kelas buangan. Ngomong-ngomong, lo di kelas buangan lagi, ya, kelas sebelas ini?!"
"Kelas buangan pala lo!" Hardik Ingki sambil mencuil jidat Sua. "Ini semua gara-gara lo. Kenapa, sih, lo rampas kertas ulangan gue trus lo isiin jawabnnya?"
"Niat gue, 'kan, baik, Ing, supaya nilai lo bagus," Sua membela diri. "Kalau lo yang jawab sendiri, gue nggak yakin nilai lo bakal bagus. Orang sepuluh dikurang lima aja lo salah-salah jawabnya."
"Gue memang sengaja jadi cewek bego, Sua. Lo, 'kan, udah tahu itu. Gue alergi sama cowok pintar. Langsung gatal-gatal badan gue kalo ketemu cowok pintar."
"Jadi maksud lo, sekarang kelas lo bukan di kelas buangan, ya?"
"Sini lo, ikut gue!"
Ingki menarik Sua ke papan mading dan menunjuk-nunjuk sebuah kertas yang tertempel paling rapi dan urutan pertama di situ. "Nih, lo lihat! Nama gue ada di daftar kelas kebanggaan lo, bedak kucing!"
Sua menutup mulutnya karena terkejut. Kepalanya menggeleng-geleng. "Astaga! Sumpah, Ing, gue nggak lihat kalo ada namamu tertera di kelas unggulan juga."
"Ah, pokoknya lo harus tanggung jawab!"
"Hah, gue?! Kok, gue?! Gue mana bisa ngerubah peraturan sekolah, ratu bedak gatal!"
"Iya, memang, tapi gara-gara lo sering jawabin tugas-tugas gue makanya nilai gue jadi bagus-bagus dan sekarang dampaknya gue malah jadi murid resmi kelas unggulan juga. Dasar bedak kucing lo!"
"Ya, trus gue harus gimana, dong?"
Mendadak, tubuh Ingki gatal-gatal dan bergetar-getar dibuatnya. Ini adalah sebuah alarm bahwa di sekitarnya saat ini pasti ada cowok pintar yang melintas. Ingki langsung menoleh kanan-kiri. Ternyata benar saja, di belakangnya ada cowok berkacamata yang juga sedang melihat mading.
Ingki segera berlari menyelamatkan diri ke bagian samping dinding kelas unggulan. Sua merasa aneh. "Lo kenapa, Ing? Habis lihat bedak terbang, ya?"
Ingki menunjuk-nunjuk cowok yang terbilang tidak jelek dan tidak terlihat culun itu, meski dia berkacamata. "Itu di belakang lo, Su. Cepat masukin dia ke kelas! Gue udah gatal, nih!"