Sae Ro Yi akhirnya berlutut di hadapan Presdir Jang demi bisa tahu dimana Geun Won menyekap Yi Seo. Presdir Jang tertawa senang melihat itu. Dia tertawa begitu keras karena Sae Ro Yi akhirnya berlutut di hadapannya setelah 15 tahun. Kemana prinsip hidup Sae Ro Yi selama ini? Ternyata, hal seperti ini mampu membuat Sae Ro Yi berlutut padanya. Pada akhirnya, Sae Ro Yi menyerah karena dirinya lebih berkuasa.
"Dimana Jang Geun Won?" tanya Sae Ro Yi, tidak peduli dengan hinaan Presdir Jang.
Presdir Jang kecewa karena dia berharap Sae Ro Yi akan bisa menjadi hiburan terakhirnya. Ternyata, Sae Ro Yi membosankan dan tidak ada bedanya dengan pengemis. Dan karena Sae Ro Yi sudah berlutut padanya, dia harus membuang putranya kembali.
Presdir Jang menulis di sebuah kertas mengenai posisi Jang Geun Won. Dia merobek kertas itu menjadi sobekan kecilk dan memberikannya pada Sae Ro Yi. Seung Kwon yang melihat itu, menatapnya dengan sinis.
"Musuhku ini akhirnya berlutut juga. Sekarang... bagaimana perasaanmu?" tanyanya, berdiri di hadapan Sae Ro Yi.
"Aku merasa menyedihkan."
"Benarkah? Pergi."
"Bagaimana perasaanmu, Pak?" tanya Sae Ro Yi, balik. "Dengan melihatku berlutut, apa kau senang? Apa kau puas? Sampai sekarang, aku hidup membawa dendamku padamu. Presdir Jangga, Jang Dae-hee. Musuhku. Pria yang merusak hidupku, tapi dia juga... pria yang hebat. Walau nilai kita berbeda, aku mengakui kehebatanmu. Aku... mengikuti jejakmu seumur hidupku. Kupikir pertarungan ini memang pantas. Tapi pria itu... mengancamku... untuk berlutut dengan menculik orang terdekatku. Aku membuang beberapa belas tahun untuk mengikuti jejak pria tua menjijikkan ini? Aku menyesal menyia-nyiakan hidupku."
Sae Ro Yi sudah berdiri dan menatap Presdir Jang dengan pandangan teramat kecewa.
"Lihat hasilnya. Kau berlutut di depanku, 'kan? Kadang untuk keuntungan..."
Presdir Jang belum selesai bicara, tapi Sae Ro Yi sudah merebut kertas berisi alamat Geun Won di tangannya dan berbalik pergi dengan Seung Kwon.
"Setelah beberapa belas tahun, aku baru mengenalmu," ujar Sae Ro Yi, berbalik, sebelum benar – benar pergi.
Ekspresi Presdir Jang sulit di jelaskan. Mungkin, dia merasa tertohok dengan ucapan Sae Ro Yi (?)
--
Geun Won memerintahkan bos Kim agar membunuh Yi Seo terlebih dahulu. Akan tetapi, Yi Seo tidak bisa menyerah begitu saja. Dia melihat ada sebuah cangkul di sana dan mengambilnya sebagai senjata. Dia juga menendang pipa besi yang ada di lantai ke arah Geun Soo dan menyuruhnya menggunakan pipa besi itu sebagai senjata.
Bos Kim dan Geun Won tertawa melihat mereka berdua. Mereka tidak takut sama sekali dan malah berkata kalau Yi Seo serta Geun Soo bersikap konyol.
Yi Seo tidak peduli dengan ucapan mereka. Dia malah memberi aba-aba pada Geun Soo untuk menyerang mereka semua pada hitungan ketiga.
Satu! Dua! Tiga!
Yi Seo langsung balik dan lari pergi meninggalkan Geun Soo sendirian sambil berteriak, "Jang Geun Soo, semangat! Bertahanlah!"
Hahahaha. Semua kaget. Geun Soo apalagi. Dia sampai melongo. Bos Kim tertawa dan menyuruh anak buahnya untuk menangkap Yi Seo. Tapi, Geun Soo tidak membiarkannya, dia menyerang mereka dengan pipa besi yang di pegangnya.
"Dia menyuruhku… untuk bertahan," ujar Geun Soo pada mereka semua.
--
Sae Ro Yi dan Seung Kwon bergegas menuju alamat tempat yang mereka dapatkan dari Presdir Jang. Sae Ro Yi tahu kalau hal ini sangat berbahaya. Dia akan menyelamatkan Yi Seo. Karena itu, dia menyuruh Seung Kwon untuk menentukan prioritas-nya. Semua akan jadi berantakan kalau Seung Kwon ragu mengambil keputusan. Mereka berdua bisa saja terluka atau bahkan mati, tapi Yi Seo tetap harus selamat. Dan dia juga sadar kalau dia tidak bisa memaksa Seung Kwon untuk tetap ikut dengannya.
"Dasar aneh. Kalau begitu, kenapa kau ajak aku? Yi-seo. Walau terkadang kurang ajar, kini dia keluarga. Dia juga penting bagiku. Tujuan kita harus sama... agar bisa bekerja sama dengan baik," ujar Seung Kwon.
"Terima kasih."
"Tak masalah. Walau kau mati, aku akan tetap selamatkan Yi-seo."
Sae Ro Yi tersenyum mendengar itu. Karena memang itu yang di inginkannya.
--
Geun Soo kalah jumlah. Dan dengan mudah, dia di jatuhkan oleh bos Kim. Bos Kim bahkan menusuk kaki Geun Soo hingga Geun Soo kesakitan dan sulit untuk berdiri. Bos Kim mengejeknya yang sok keren seperti syuting film tapi percuma saja karena ini realitanya.
Walau terluka, Geun Soo tetap tidak menyerah. Dia menahan kaki bos Kim agar tidak bisa pergi dari sana. Bos Kim tertawa melihat tingkahnya, tapi jelas dia kesal. Dia hendak melayangkan pukulannya pada Geun Soo tapi Geun Won menghalanginya dan menyuruhnya untuk fokus mengejar Yi Seo. Bos Kim walau kesal, tapi akhirnya tidak jadi memukuli Geun Soo dan pergi mengejar Yi Seo.
"Kau sudah dapat semua yang kau inginkan, termasuk Jangga, 'kan? Jangan ikut campur," peringati Geun Won.
"Yang kuinginkan? Aku tak pernah dapatkan hal itu seumur hidupku. Tak pernah sama sekali. Namun, kau dan aku ternyata memang saudara," balas Geun Soo.
"Apa maksudmu?"
"Kita selalu gunakan... cara yang salah."
Bos Kim melihat Geun Won yang bukannya bergegas pergi malah bicara dengan Geun Soo. Dia segera memanggilnya untuk bergegas. Geun Won ikut dengan bos Kim (naik mobil) dan menyuruh anak buah yang lain untuk menahan Geun Soo
--
Yi Seo berusaha untuk lari sejauh mungkin walau dengan langkah terseok-seok. Akan tetapi, semua itu percuma saja karena Geun Won dan Bos Kim mengejarnya dengan mobil dan bahkan di sekitar sana tidak ada tempat bersembunyi sama sekali. Kiri kanan hanyalah tanah kosong.
Anak buah bos Kim yang mengendarai mobil hendak menabrak Yi Seo, akan tetapi, Yi Seo lebih pintar karena dia memutuskan untuk lari di tanah lapang itu. Bos Kim keluar dari mobil dan berteriak agar dia menyerah saja karena semuanya percuma. Masih sambil lari, Yi Seo balas berteriak agar bos Kim saja yang menyerah.
Bos Kim tertawa. Dia memerintahkan anak buahnya untuk lari mengejar Yi Seo. Geun Won yang melihat itu, bergumam kalau Yi Seo benar-benar keras kepala. Bos kim akhirnya masuk ke dalam mobil, di ikuti Geun Won. Dia mengendarai mobil dan akan menangkap Yi Seo dari sisi seberang jalan.
Yi Seo terus saja berlari hingga mencapai sisi seberang jalan lain. Dan sebuah mobil muncul di hadapannya. Di belakangnya juga ada mobil lain. Yi Seo sudah mulai putus asa karena terjebak.
Tapi salah satu mobil itu adalah mobil Seung Kwon dan Sae Ro Yi. Mereka menemukan Yi Seo. Tanpa ragu, Sae Ro Yi memerintahkan Seung Kwon untuk menabrak mobil yang hendak menabrak Yi Seo. Seung Kwon juga tanpa ragu meningkatkan kecepatannya dan menabrak mobil bos Kim dan Geun Won.
Bos Kim sempat membanting setir hingga mobil Seung Kwon dan Sae Ro Yi hanya mengenai pinggiran mobil mereka. Yi Seo bingung.
Tapi saat melihat Seung Kwon dan Sae Ro Yi keluar dari mobil tersebut, Yi Seo sangat senang. Sae Ro Yi baik-baik saja. Yi Seo langsung berlari ke arahnya dan memeluknya dengan erat. Dia senang tapi juga marah karena Sae Ro Yi datang ke tempat berbahaya seperti ini. Apa dia sudah gila?
Sayangnya, kemesraan mereka harus terhenti karena teriakan Geun Won yang keluar dari mobil. Dia senang melihat Sae Ro Yi dan menganggapnya datang untuk mati. Bos Kim yang melihat Sae Ro Yi malah kasihan, untuk apa pula dia kemari? Sae Ro Yi memberitahu mereka berdua kalau sebelum ke sini, dia sudah melapor pada polisi. Dia meminta agar bos Kim pergi saja.
Seung Kwon keluar dari mobil. Melihatnya, Yi Seo langsung menanyakan keadaannya dengan khawatir. Dia memanggil Seung Kwon dengan panggilan, 'oppa'. Seung Kwon sempat-sempatnya bercanda kalau dia senang Yi Seo memanggilnya seperti itu.
Seung Kwon memberi tanda agar Sae Ro Yi dan Yi Seo segera kabur sementara dia yang mengurus masalah di sini. Dan karena itu, Sae Ro Yi menarik tangan Yi Seo dan membawanya kabur. Geun Won tidak bisa membiarkannya dan mengejar mereka berdua dengan mobil. (Mobil Seung Kwon rusak, jadi tidak bisa di pakai).
Sementara Bos Kim, dia yang menangani Seung Kwon. Seung Kwon dulunya adalah mantan preman dan cukup kuat, hingga dia dengan mudahnya bisa melumpuhkan dua orang anak buah bos Kim. Bos Kim tertawa dan menyebut Seung Kwon tidak kenal ampun padahal mereka dulu adalah teman. Seung Kwon menatapnya dengan sengit dan mengingatkan kalau bos Kim sering bilang, 'Jangan ragu.'
Bos Kim tertawa sinis dan menyebut Seung Kwon yang lebih cocok bersama dengan mereka. Tapi, Seung Kwon tidak merasa demikian. Dia menunjukkan tangannya dan berujar kalau dia juga pandai melayani tamu.
Pertarungan keduanya di mulai. Cukup seimbang.
--
Sae Ro Yi terus menarik Yi Seo untuk lari dengannya. Akan tetapi, kondisi Sae Ro Yi benar-benar lemah apalagi di tambah dengan tabrakan tadi. Yi Seo benar-benar khawatir dan memapah Sae Ro Yi. Mereka berlari bersama dengan terseok-seok. Dan tiba-tiba saja, Sae Ro Yi berujar kalau dia teringat kejadian saat mereka berlari bersama di Itaewon.
"Untuk apa kau tiba-tiba membicarakan itu?"
"Karena aku sangat merindukanmu," jujur Sae Ro Yi, membuat langkah Yi Seo terhenti.
Sae Ro Yi menatapnya dengan lekat dan membelai rambutnya lembut, "Kau selalu... berusaha keras untukku selama ini. Kau selalu terluka."
"Apa ini? Kau sungguh baik-baik saja?" khawatir Yi Seo, melihat Sae Ro Yi yang bicara aneh.
"Kenapa bisa begini? Pikiran... dan hatiku dipenuhi olehmu. Mungkin ini juga yang kau rasakan. Ternyata... ini membuatku gugup," ujar Sae Ro Yi, berkaca-kaca. "Aku mencintaimu."
Yi Seo menatapnya, terkejut dan juga antara percaya tidak percaya.
"Aku mencintaimu, Yi Seo," ulangi Sae Ro Yi. "Aku sangat mencintaimu."
Sae Ro Yi memeluk tubuh kecil Yi Seo dengan begitu erat. Dia juga membelai rambut Yi Seo lembut.
Dan lagi-lagi, kemesraan mereka harus terhenti karena Geun Won berhasil menemukan mereka. Geun Won bahkan melajukan mobil dengan sangat kencang untuk menabrak mereka. Sae Ro Yi tidak bisa membiarkannya. Dia meraih bongkahan batu besar yang ada di pinggir jalan dan melemparnya dengan kencang ke arah mobil Geun Won. Refleks, Geun Won menginjak rem.
Sae Ro Yi memanfaatkan momen tersebut untuk menyuruh Yi Seo segera lari. Yi Seo tidak mau meninggalkan Sae Ro Yi seorang diri. Sae Ro Yi menyerahkan ponselnya. Polisi pasti akan menghubungi-nya, jadi angkat teleponnya dan beritahu posisi mereka.
Geun Won keluar dari dalam mobil. Sae Ro Yi memohon agar Yi Seo percaya padanya dan pergilah.
"Bila kau mati, aku juga akan mati," ujar Yi Seo, sebelum pergi,
Setelah Yi Seo pergi, terjadilah perkelahian antara Sae Ro Yi dan Geun Won. Geun Won berujar kalau Sae Ro Yi pasti ingin mati. Sae Ro Yi membalas kalau dia dan Seung Kwon datang untuk mempertaruhkan nyawa. Nyawa Geun Won sama sekali tak berarti baginya.
Seung Kwon masih bertarung dengan Bos Kim.
Sae Ro Yi bertarung dengan Geun Won. Tapi, posisi Sae Ro Yi yang terpojok karena dia sudah terluka parah.
Hari ini, semua akan berakhir.
Dan dengan tekad itu, Sae Ro Yi berusaha keras untuk menghajar Geun Won. Percuma, Geun Won tetap lebih kuat darinya. Geun Won terus menghajarnya dan berteriak agar Sae Ro Yi mati saja seperti ayahnya!
"Bagaimana bisa kau masih mengaku manusia?" teriak Sae Ro Yi. "Yi-seo, Geun-soo, Ho-jin, juga ayahku. Apa kau tak merasa bersalah sama sekali?"
"Ketika makan daging babi, apa kau merasa bersalah?" balas Geun Won, teringat ajaran Presdir Jang dulu padanya (episode 02). "Karena babi-babi itu, semuanya lenyap. "Bersalah"? Omong kosong apa itu."
"Dasar bajingan!"
"Tutup mulutmu, Berengsek! Mati kau, Berengsek! Mati saja kau!" teriak Geun Won dan memukuli Sae Ro Yi berulang kali.
--
Seung Kwon menang melawan Bos Kim. Bos Kim masih bisa tertawa dan memuji Seung Kwon yang keren. Dan karena itu, bos Kim menyerah dan berkata akan pergi dengan tenang. Seung Kwon menanyakan bagaimana dengan anak buah Bos Kim yang tidak sadarkan diri? Bos Kim tidak peduli karena keadaannya sendiri tidak baik, jadi, dia akan meninggalkan mereka.
"Hentikan. Tak usah bicara lagi. Kau mulai membuatku menyesal pernah bekerja untukmu. Bos sejati adalah orang yang berani bertanggung jawab," ujar Seung Kwon, kecewa padanya.
--
Geun Won sudah benar-benar kesetanan. Setelah puas memukuli Sae Ro Yi dan membuatnya tidak berada di tanah, Geun Won baru meninggalkannya.
--
Yi Seo terus berlari hingga menemukan jalan besar. Dia sudah sangat lelah hingga terjatuh. Saat itulah, dia melihat beberapa mobil patroli tiba. Di dalam mobil itu, ada det. Oh yang menunjukkan arah TKP.
--
Sae Ro Yi sudah tidak berdaya terbaring di tanah. Geun Won juga duduk tidak jauh dari sana, beristirahat karna lelah dengan pertarungan tadi. Sae Ro Yi masih belum menyerah dan berusaha bangkit. Dia juga meraih seggenggam pasir. Sae Ro Yi tidak akan menyerah karena jika dia menyerah, dia akan mati, dan jika dia mati, Yi Seo juga akan mati (ucapan Yi Seo tadi). Dia tidak ingin hal itu terjadi, jadi dia harus bertahan.
"Kurasa aku bisa bahagia," gumam Sae Ro Yi.
Geun Won heran mendengar gumamannya. Dia mendekat dan hendak memukuli Sae Ro Yi lagi, tapi Sae Ro Yi segera melempar pasir yang ada di tangannya ke mata Geun Won, membuat Geun Won menjerit kesakitan karena matanya kemasukan pasir. Sae Ro Yi memanfaatkan hal itu untuk menghajar Geun Won yang tidak bisa membuka mata.
Sae Ro Yi sudah benar-benar lelah dan teringat suatu kejadian di masa lalu.
Flashback
Sae Ro Yi dengan Yi Seo berdiri di jembatan yang menghadap ke Namsan Tower.
"Aku terkadang penasaran untuk apa kita hidup? Hidup itu sia-sia dan mudah ditebak," ujar Yi Seo.
"Apa maksudmu?" tanya Sae Ro Yi, balik.
"Kita akan menua dan mati sebelum umur 100 tahun. Tapi kita berusaha keras untuk hidup baik. Lebih baik aku tidak dilahirkan. Ini sangat menjengkelkan."
"Bila itu sangat menjengkelkan, mati saja," ujar Sae Ro Yi (ah, ini kejadian di prolog episode 01). "Ternyata kau tak sepintar itu. Kau bicara seperti Tuhan saja. Setiap aku selesai bekerja, aku selalu berlari di jalan ini. Saat bangun keesokan harinya, aku akan buka kedaiku dan bekerja di sana lagi. Walau itu terlihat repetitif, tak ada orang yang tahu apa yang akan terjadi besok. Seung-kwon yang pernah mengajakku berkelahi, kini dia menjadi pelayan di DanBam. Kau yang membuatku dilarang berjualan, kini menjadi manajer kedai. Tak ada satu hari pun yang bisa ditebak. Walau sampai sekarang banyak hari sulit dan penuh kesedihan, terkadang hal-hal menyenangkan terjadi. Dan itu makin sering terjadi sejak kau datang. Setiap hari penuh kesenangan. Siapa tahu? Jika kau hidup, akan ada sesuatu yang membuat hatimu berdebar. Dingin. Ayo pergi."
"Aku juga. Saat berada di sampingmu, hatiku berdebar... dan aku merasa senang," ujar Yi Seo, saat itu. Saat itu, Yi Seo tersenyum tulus padanya.
End
Terdengar suara sirine mobil polisi. Sae Ro Yi sangat lega karna sekarang semuanya sudah selesai.
Dari dalam mobil polisi, keluar Yi Seo yang berlari sambil menangis dan memeluknya dengan erat.
Mulai sekarang… mari kita hidup bahagia.
Soo Ah pergi ke kejaksaan dan menyerahkan semua bukti kejahatan Jangga seperti korupsi, penggelapan dana, saham palsu dsb Soo Ah kan mengajukan resign dan ada ngasih hard disk berisi kejahatan Jangga yang sudah di kumpulkannya selama 10 tahun ini. Itu sepertinya hanyalah hard disk copy dan yang asli masih ada di tangannya. Dan dia menyerahkannya kepada kejaksaan).
Tidak butuh waktu lama bagi Jangga untuk mulai hancur. Kejaksaan mulai melakukan penyelidikan terhadap Jangga.
Berita mengenai Kejaksaan yang melakukan penggeledahan menyeluruh di Perusahaan Jangga atas kasus penyuapan, penggelapan dan korupsi sudah mulai di siarkan. Kejaksaan juga sudah mengeluarkan larangan untuk Presdir Jang keluar negeri. Dalam pekan ini, Presdir Jang akan di panggil ke kejaksaan. Setelah meneliti data-data yang di berikan oleh karyawan Jangga sendiri, kejaksaan akan fokus mencari jumlah dan aliran dana yang di gelapkan dan di korupsi.
--
Sae Ro Yi sudah mulai pulih setelah menerima perawatan intensif. Yi Seo, Hyun Yi, Seung Kwon dan Tony sangat lega dan bahagia melihat hal tersebut.
--
Sek. Kim menemui Presdir Jang di kediamannya. Dia memberitahu berita yang menimpa Jangga adalah hubungan dengan preman, percobaan pembunuhan dan penculikan dan juga pembocoran rahasia oleh Kepala Tim Oh Soo Ah, korupsi hingga penggelapan uang, sedang di periksa oleh kejaksaan.
Geun Soo yang ada di sana memberitahu lebih lanjut kalau surat geledah pun sudah keluar dan mereka tidak mungkin lolos. Sepertinya, Presdir Jang harus ke Kejaksaan.
"Lempar saja semua kesalahan padaku," perintah Presdir Jang. "Ada yang lain?"
"Para pemilik cabang... meminta pembatalan kontrak, serta kompensasi," jawab Sek. Kim.
"Olimpiade akan segera digelar. Kita hanya perlu bertahan sampai saat itu…," ujar Presdir Jang, masih percaya kalau Jangga akan kembali bangkit.
"Perusahaan ini di ambang kebangkrutan," ujar Geun Soo, memberitahu faktanya. "Dewan direksi sedang membahas untuk menjual perusahaan."
"Apa? Menjual perusahaan? Jika dijual sekarang, kita akan merugi. Apa mereka tak punya otak?"
"Satu perusahaan menawarkan untuk mengambil alih dengan harga baik," beritahu Geun Soo.
--
di Penjara Chungcheong,
Ho Jin pergi mengunjungi Geun Won yang kembali masuk ke penjara karena semua kejahatannya. Geun Won tidak mengenalinya namun merasa wajah Ho Jin familier. Ho Jin memberitahu namanya, Lee Ho Jin.
"Aku manajer keuangan IC. Sebelumnya, aku manajer keuangan Direktur Kang Min-jung. Lalu sebelum itu, aku siswa kelas 12-1 SMA Gwangjin. Aku pembeli rotimu."
"Kau... Si cengeng itu?" kaget Geun Won, tapi dengan ekspresi masih seperti menghina.
"Bagaimana kau bisa lupa? Padahal awal masalahmu dan Saeroyi adalah aku. Aku yang bertugas untuk mengakhiri ini."
"Apa maksudmu?"
"Jangga akan masuk dalam tahap ambil alih."
"Apa maksudmu ambil alih?"
"Hati-hari yang sama sekali tak diingat olehmu itu... "Jang Geun-won adalah peraturannya." (ini yang Geun Won katakan, di episode 01). Dukungan Jangga yang membuatmu bisa mengatakan itu. Aku ingin lihat kau kehilangan dukungan itu. Semua korupsi Presdir Jang telah terkuak dan dia akan segera ditangkap."
"Beraninya kau...," emosi Geun Won.
"Tak usah cengeng," ujar Ho Jin padanya, menghina. Itu adalah apa yang dulu sering Geun Won katakan padanya. "Selesai sudah. Aku akan memaafkanmu."
Ho Jin langsung pergi dari sana. Geun Won emosi dan berteriak memanggilnya, tapi Ho Jin tidak berbalik sama sekali. Ho Jin sudah tidak takut lagi padanya. Sebaliknya, Geun Won yang tidak berdaya. Saat dia menggila berteriak memanggil Ho Jin, polisi langsung menahan agar dia tidak mengacau.
--
Hye Won dan det. Oh (sebenarnya bukan detektif lagi sih dari dulu, cuma aku sudah kebiasaan) pergi ke rumah dir. Kang dan melihatnya yang akan pergi. Dir Kang akan ke Seoul karena perlu menangani sesuatu. Dia akhirnya akan kembali ke kantor pusat.
"Berarti sekarang... kita tak bisa sering bertemu," ujar det. Oh, merasa sedih.
"Itu tergantung keputusanmu. Kunjungi aku setiap saat kau ke Seoul," balas dir. Kang, penuh arti.
"Bagaimana aku bisa melakukannya?" malu det. Oh, merasa minder karena dia hanya seorang pekerja biasa.
"Begitukah? Kalau begitu, kita tak bisa bertemu," ujar dir. Kang.
"Astaga. Ayah sangat payah," ejek Hye Won.
"Sampai jumpa, Hye-won. Jaga dirimu."
"Tunggu... Direktur Kang!" teriak det. Oh.
"Kau bukan karyawanku. Kenapa kau panggil aku begitu? Panggil saja namaku."
"Baiklah. Bu Min-jung," ulang det. Oh. Hye Won dan dir. Kang speechless karena det. Oh manggil pakai embel-embel 'bu'.
"Aku... Apa kau tak bisa pergi dengan mobilku?" tanya det. Oh.
"Mobil itu tentu lebih nyaman," ujar Hye Won menunjuk mobil sedan dir. Kang.
"Diam saja kau," suruh det. Oh pada Hye Won. Hahahha.
Dir. Kang diam sejenak. Dan dia mau naik mobil truk det. Oh. Dia menyuruh supir dan sekretarisnya untuk pergi duluan karena dia akan naik mobil det. Oh. Akhirnya, hubungan mereka berkembang cuy.
--
Soo Ah datang ke perusahaan untuk mengambil barang-barangnya. Dia berjumpa dengan sek. Kim di lobby Jangga. Sek. Kim tidak mengerti dengan keputusan Soo Ah membocorkan rahasia perusahaan. Apa yang Soo Ah lakukan, akan membuat Soo Ah tidak bisa bekerja di perusahaan manapun. Kenapa dia melakukannya?
"Bagaimana denganmu? Kenapa kau berusaha keras... demi Jangga dan Presdir Jang?" tanya Soo Ah, balik.
"Alasanku? Karena aku... hanya karyawan biasa."
"Aku belajar banyak darimu," ujar Soo Ah tanpa menjawab pertanyaan sek. Kim sebelumnya.
--
Presdir Jang di ruangannya bersama Geun Soo. Dia masih belum menyerah terhadap Jangga dan tidak ingin Jangga di ambil alih oleh IC. Dia berusaha membujuk para pemegang sahamnya dan pendukungnya, tapi semua mengabaikan teleponnya dan bahkan saat dia masih bicara, mereka mematikannya.
"Tak ada cara lagi cara untuk lolos. Presdir Jang. Maksudku, Ayah. Pepatah yang paling Ayah suka. "Yang kuat memangsa yang lemah." Seperti kata-kata itu, kita yang lemah ini... menjadi mangsa," ujar Geun Soo, mengatakan faktanya.
Akan tetapi, Presdir Jang tidak bisa menerima hal tersebut. Dia tidak suka mendengarnya dan memerintahkan Geun Soo untuk keluar dari ruangannya. Geun Soo mengerti. Dia menundukkan kepala sejenak memberi hormat dan berjalan keluar.
--
Ibu Yi Seo datang ke rumah sakit menemui Sae Ro Yi. Dia marah-marah. Walaupun Sae Ro Yi adalah mantan napi dan hanya lulusan SMP (karena Sae Ro Yi di keluarkan sebelum lulus SMA, dan sebelum bisa ikut ujian penyetaraan, dia sudah masuk penjara), dia masih bisa menerima hal itu. Akan tetapi, dia tidak bisa menerima mengenai Yi Seo yang di culik.
Sae Ro Yi berlutut hormat di atas tempat tidur. Dia menundukan kepala dan meminta maaf. Ibu masih terus mengomel dan marah, tidak bisa mempercayakan Yi Seo pada Sae Ro Yi.
"Aku benar-benar minta maaf. Akan kupastikan ini tak terjadi lagi."
"Tentu saja. Aku akan perhatikan kau sampai akhir. Kau harus bertanggung jawab!"
"Tentu saja, aku akan... Baik, Bu," ujar Sae Ro Yi.
Yi Seo senang mendengar kalau Sae Ro Yi akan bertanggung jawab padanya. Dia langsung mengajak ibunya untuk pergi. Ibu sama saja dengan Yi Seo, dia senang karena Yi Seo akan bertanggung jawab pada Yi Seo, jadi dia akhirnya mau pergi. Dia bahkan menyuruh Sae Ro Yi untuk segera sembuh.
"Terima kasih, Omonim (Ibu). Hati-hati di jalan," ujar Sae Ro Yi.
""Ibu"? Aku senang mendengarnya," ujar ibu Yi Seo, senang.
Setelah ibu Yi Seo pergi, Sae Ro Yi baru bisa berhenti berlutut. Yi Seo menemaninya dan mengingatkan kalau Sae Ro Yi sudah bilang akan bertanggung jawab padanya. Sae Ro Yi menegaskan kalau itu bukan omong kosong.
"Kau suka padaku?" tanya Yi Seo.
"Tidak, aku mencintaimu," ujar Sae Ro Yi. Awh.
Yi Seo senang dan meminta Sae Ro Yi mengulang ucapannya barusan. Dengan malu dan sok cuek, Sae Ro Yi mengulangnya dan langsung jalan cepat. Yi Seo berlari mengejarnya sambil berujar kalau dia juga mencintai Sae Ro Yi
--
Presdir Jang sudah benar-benar terpojok. Dia akhirnya menelpon nenek Tony untuk meminta bantuan. Dia meminta maaf atas perilakunya dulu. Dia berjanji tidak akan mengganggu Sae Ro Yi lagi. Nenek Tony tertawa mendengarnya karna Presdir Jang bukannya tidak akan menganggu Sae Ro Yi, tapi tidak akan bisa mengganggunya lagi. Presdir Jang berusaha membujuk nenek agar membantunya dengan berkata kalau mereka sudah saling mengenal selama 40 tahun.
"Untuk apa kau menelepon?" tanya Nenek Tony, tidak mau berbasa basi lebih panjang.
"Aku tak tahu apa kau pernah dengar, hidupku di dunia... tidak akan lama lagi. Jangga menjadi besar berkat bantuanmu. Aku tak bisa biarkan hancur begini. Tolong aku sekali lagi dan..."
"Berkat bantuanku?" potong nenek Tony. "Sebelumnya, kau pernah berkata. Kau berbisnis agar keluargamu tak kelaparan. Apa kau masih berpikiran sama?"
"Tentu saja. Tentu aku berpikir itu," bohong Presdir Jang.
"Kalau begitu, bila Park Saeroyi yang memimpin Jangga, apa keluargamu akan kelaparan? Apa alasanmu berbisnis sekarang?"
"Aku tak pernah membuatmu rugi. Bila kau tolong aku sekali lagi..."
"Pada akhirnya, kau hanya ingin hubungan yang menguntungkanmu. Bila nilaimu turun, hubungan kita otomatis berakhir."
"Bila kau seperti ini, aku harus bagaimana?"
"Bagaimana? Sepertinya kau tak bisa berpegang padaku. Ada orang lain yang bisa mengurus hal itu," ujar nenek Tony.
--
Presdir Jang akhirnya memutuskan untuk datang ke DanBam cabang Itaewon menemui Park Sae Ro Yi dan Yi Seo. Park Sae Ro Yi menyambut kedatangannya.
Para pelayan kedai DanBam heran melihat Presdir Sae Ro Yi yang sampai datang kemari untuk melayani presdir Jang. Para pelayan itu tidak mengenali presdir Jang dan hanya merasa presdir Jang terlihat familier.
Sae Ro Yi ada di dapur dan memasak sebuah hidangan untuk Presdir Jang. Selesai memasak, dia mengantarkannya sendiri pada Presdir Jang. Yang di buat oleh Sae Ro Yi adalah sundubujjigae.
Presdir mencoba hidangan tersebut. Ah, entah kenapa melihat Presdir yang tampak kesulitan makan, jadi kasihan gitu. Sambil presdir Jang makan, Sae Ro Yi memberitahu rencananya untuk mengambil alih Jangga dan akan membiarkan dir. Kang yang memimpin Jangga selanjutnya. Dan karena reputasi Jangga sedang tidak bagus dan dia juga membenci nama tersebut, dia berpikir untuk mengganti nama Jangga.
"Dari siapa... kau belajar membuat ini?" tanya Presdir Jang.
"Dari ayahku."
"Manajer Park? Aku berpikir rasanya mirip. Tapi ini memiliki rasa akhir yang unik."
"Kami punya resep sendiri untuk sausnya. Aku beri perhatian penuh pada bubuk kacang kedelai fermentasi."
"Perhatian penuh?"
"Saat cuaca dingin, kehangatannya menyebar di tubuh," jelas Sae Ro Yi. "Bukankah itu enak?"
"Aku setuju. Aku sudah disajikan makanan enak, tapi maafkan aku. Aku tak bawa uang. Apakah aku boleh berikan yang lain?" tanyanya.
Sae Ro Yi hanya diam. Presdir Jang bangkit dari kursinya. Dia berdiri diam untuk beberapa saat dan …
Presdir Jang berlutut pada Sae Ro Yi.
"Jangga sudah runtuh. Tidak ada gunanya mengambil alih perusahaan itu. Semua itu kesalahanku," ujar Presdir Jang.
"Ini bukan hanya karena benci. Aku lihat Jangga adalah perusahaan bagus."
"Hidupku tak lama lagi. Aku tak melakukannya untuk kebaikanku. Aku benar-benar... minta maaf padamu. Aku banyak bersalah... pada Manajer Park dan dirimu. Aku bersalah. Hanya ini yang bisa kuberikan padamu," ujar Presdir Jang dan tampak menyesal serta menangis.
Presdir Jang berlutut dengan kepala mengenai tanah. Astaga. Tidak sangka sama sekali.
"Ini hal yang kuharapkan. Namun, aku tak merasa senang," ujar Sae Ro Yi. "Angkatlah kepalamu."
Sae Ro Yi jongkok di hadapan Presdir Jang yang sudah mengangkat kepalanya.
"Apa kau menganggapku... mudah dipengaruhi? Aku ini... seorang pebisnis. Permintaan maaf karena proses ambil alih... apa gunanya bagiku? Mari berbisnis, Presdir Jang," tegas Sae Ro Yi, tidak terpengaruh.
Presdir menangis. Air matanya jatuh. Tidak ada lagi jalan baginya untuk mempertahankan Jangga.
Sae Ro Yi dan bahkan Yi Seo langsung pergi dari sana.
Presdir Jang masih tetap berlutut di sana dan menangis terisak-isak. Benar-benar terisak-isak.
di Perusahaan Jangga,
Di lakukan rapat pemegang saham ke-32 dan dengan keputusan dewan direksi, Jangga akan di ambil alih oleh IC. Karena itu, Sae Ro Yi di panggil ke depan untuk menyampaikan pidatonya. Sae Ro Yi maju ke depan. Sebelum mulai pidato, Sae Ro Yi melihat jam-nya. Itu adalah jam mendiang ayahnya.
"Halo, aku perwakilan IC, Park Saeroyi. Jangga adalah representasi bisnis makanan di negara kita. Ada juga menu yang merepresentasikan Jangga. Bumbu dalam Gochujang Yangnyeom Dwaeji Bulbeombeok. Ia berhasil menghibur masyarakat dengan rasa lezat dan harga murah di masa yang sulit dan titik rendah negara ini. Walau nama Jangga menjadi jelek karena berbagai kasus yang terjadi, itu hanya kesalahan individu. Jangga tetaplah restoran yang baik. Pada saat itu, hal yang dikejar Jangga bukan hanya uang dan keuntungan saja. Hal yang paling penting saat berbisnis adalah manusia dan kepercayaan. Aku fokus pada manusia, alih-alih uang. Dibandingkan keuntungan, aku akan fokus pada kepercayaan. Bersama kalian semua, kita akan bangkit dan berjaya lagi. Terima kasih," pidato Sae Ro Yi.
Geun Soo juga datang dalam pertemuan itu. Dan dia mendukung Sae Ro Yi. Semua orang bertepuk tangan atas pidatonya tersebut.
Pertemuan sudah berakhir. Sae Ro Yi melihat Geun Soo, karena itu, dia mengajaknya untuk berbincang.
--
Sae Ro Yi membahas mengenai Geun Soo yang memutuskan untuk mundur dari Jangg. Geun Soo melakukan itu karena sadar kalau dia sudah kalah.
"Kau tentu tak nyaman hari ini, tapi kau beri suaramu untukku. Kenapa begitu?" tanya Sae Ro Yi.
"Apa suaraku berarti? Aku hanya ingin... melihatmu di sana. Melihatmu mewujudkan mimpimu."
"Aku takkan melukaimu karena perbuatan ayahmu. Dengan keahlianmu, aku..."
"Kak Hyun-yi. Beritanya di Kedai Terhebat adalah perbuatanku. Tidak hanya itu. Aku dekati Seung-kwon untuk tahu gerak-gerik IC," akui Geun Soo. "Ini memang tak cocok denganku. Itu karena aku ingin menang dengan cara apa pun. Mewarisi Jangga? Aku juga sudah tahu kalau aku... tak bisa dapatkan Yi-seo. Walau begitu, aku tak bisa berhenti. Karena aku tak tahu cara berhenti. Perasaan ini..."
Sae Ro Yi berdiri. "Tak apa-apa, Geun-soo. Itu karena kau anak kecil. Datanglah makan sesekali," ujarnya sambil mengelus kepala Geun Soo.
--
Sae Ro Yi mendapat telepon dari Soo Ah. Soo Ah sekarang ada di depan makam manager Park (ayah Sae Ro Yi). Dia menelpon untuk memberikan selamat pada Sae Ro Yi. Sae Ro Yi bertanya alasan Soo Ah membocorkan rahasia perusahaan.
Soo Ah memberitahu alasannya bukan karena Sae Ro Yi, melainkan karena ahjussi (ayah Sae Ro Yi). Dulu, ketika dia meminjam uang untuk kuliah dari ayah Sae Ro Yi, dia sudah berjanji akan mengembalikannya 3 kali lipat. Dan sekarang dia menepatinya.
Sae Ro Yi berterimakasih atas bantuannya. Soo Ah juga senang karena sekarang bisa hidup nyaman.
"Sebagai teman, bisakah kau mendukungku?" tanya Soo Ah.
"Aku akan selalu mendukungmu."
"Balas dendammu sudah selesai. Bolehkah aku minta tolong?"
"Apa itu?"
"Hiduplah... dengan bahagia," ujar Soo Ah tulus.
Mereka sampai akhir tidak menjadi sepasang kekasih, tapi setidaknya mereka masih berteman. Soo Ah yang sudah selesai menelpon Sae Ro Yi, menatap makam manager Park dan tersenyum.
--
Malam hari, DanBam Itaewon,
Tony, Hyun Yi dan Seung Kwon datang ke sana untuk bertemu dengan Geun Soo. Tony juga datang tapi terlihat murung karena dia baru saja di campakkan pacarnya. Seung Kwon langsung mengejeknya untuk tidak bersedih. Tony kesal mendengarnya karena Seung Kwon kan tidak mengerti perasannya, Seung Kwon kan tidak pernah pacaran. Hyun Yi tertawa dan setuju dengan Tony.
Seung Kwon melihat ada 2 tiket bioskop di atas meja. Itu milik Tony, tapi karena Tony tidak mau lagi, dia memberikannya pada Seung Kwon.
Saat itu, mereka kedatangan dua tamu bule. Tony langsung bangkit dan melayani mereka. Dia sudah bisa berbahasa Inggris dengan sangat lancar. Seung Kwon sampai kaget. Hyun Yi memberitahu kalau Tony sudah belajar bahasa Inggris karena itu adalah tugas Sae Ro Yi dulu padanya.
Geun Soo akhrinya datang. Dia memakai pakaian kasual.
--
Geun Soo bicara di atap dengan Seung Kwon dan Hyun Yi. Dia menundukan kepala dalam-dalam pada mereka berdua dan meminta maaf. Dia sudah mengakui perbuatannya. Dan karena itu, Hyun Yi serta Seung Kwon memukulinya sedikit karena sudah berkhianat. Mereka tidak marah sama sekali.
"Kenapa kau lakukan itu bila kemudian merasa bersalah?" tanya Hyun Yi.
"Aku minta maaf."
"Yi-seo juga akan datang. Sapa dia dahulu baru pulang.""
"Mungkin lain kali. Akan kutemui lain waktu."
"Kenapa? Bertemu saja sekarang."
"Karena aku... masih anak kecil," jawab Geun Soo
--
Tapi, takdir berkata lain. Saat perjalanan pulang, Geun Soo berjumpa dengan Yi Seo. Mereka berbincang sebentar. Geun Soo memberitahu kalau dia akan ke Amerika dan sebelum pergi, dia mau minta maaf pada Seung Kwon dan Hyun Yi.
"Apa kau merasa lebih baik setelah melakukan itu?" tanya Yi Seo. "Apa masalah itu bisa selesai hanya dengan minta maaf?"
"Kau benar."
"Sampai jumpa. Jaga kesehatanmu," ujar Yi Seo dan berjalan pergi.
"Yi-seo," panggil Geun Soo. "Bisakah kita... berjabat tangan?"
"Akhir dari cinta bertepuk sebelah tangan. Apa itu maksudmu?" tanya Yi Seo dan berjalan mendekat.
"Itu... Benar juga. Aku tak punya hak untuk itu."
Dan tiba-tiba, Yi Seo memeluknya dengan erat. "Kau punya hak... untuk ini. Kau bahkan tak peduli benar atau salah. Kau hanya tulus padaku. Walau tak bisa kuterima, aku bisa merasakannya. Maaf telah memanfaatkan perasaanmu... dan terima kasih. Hiduplah dengan baik," ujar Yi Seo.
Geun Soo menangis. Setidaknya, Yi Seo sudah jauh lebih dewasa dari dulu. Dia sadar akan perbuatannya yang salah dan meminta maaf karna sudah memanfaatkan rasa suka Geun Soo padanya dulu.
Yi Seo akhirnya pergi setelah mengatakan itu. Geun Soo terus menatapnya hingga punggung Yi Seo menghilang dari pandangannya.
--
Esok hari,
Yi Seo membawa Hyun Yi ke sebuah restoran yang akhir-akhir ini sangat terkenal, jadi mereka harus melakukan survey. Dan ternyata, pemilik perusahaan itu adalah Soo Ah. Soo Ah menyambut mereka dengan ramah. Dia juga menjelaskan kalau dia mendapatkan investasi dari Seok Cheon dan membuka restoran ini. Dia mengundang mereka untuk masuk.
Yi Seo bukannya masuk, malah pamer kalau dia sekarang pacaran dengan Sae Ro Yi. Soo Ah tersenyum padanya.
"Jika itu kau, aku tenang," ujar Soo Ah. "Jagalah Sae Ro Yi."
Yi Seo malah ngajak Hyun Yi untuk pergi saja dari sana. Soo Ah menatapnya dan bergumam kalau dia serius.
--
Restoran Soo Ah mendapat lamaran pekerjaan dari seorang pria yang ingin menjadi koki. Dan orang itu sangatlah tampan (cameo : Park Bo Gum). Saking tampannya, Soo Ah sambil berujar : "Daebak!" Seuk Cheon yang suka pada pria tampan, meminta Soo Ah untuk menerima Bo Gum.
Park Bo Gum mendapat test untuk memasak. Dan Bo Gum memasak pasta. Seuk Cheon terus memperhatikan dan memuji ketampanan Soo Ah. Dia meminta Soo Ah menerima Bo Gum. Soo Ah berkata kalau dia akan menerimanya kalau Bo Gum mahir memasak.
Soo Ah mencoba masakan Bo Gum. Seuk Cheon ada di sebelahnya dan menyuruh Soo Ah untuk bilang kalau masakannya enak dan terima Bo Gum. Soo Ah menatap Bo Gum setelah mencoba sesuap. Semua tegang.
"Apa kau… bisa mulai bekerja besok?" tanya Soo Ah, dia menerima Bo Gum.
"Bisa."
Hahahah, Seuk Cheon langsung bilang kalau mulai besok dia juga akan masuk kerja. Soo Ah tertawa melihat tingkahnya. Soo Ah memuji masakan Bo Gum yang enak.
--
Seung Kwon yang menerima tiket nonton Tony, mengajak Hyun Yi untuk nonton bersamanya. Walau sok jual mahal, Hyun Yi mau nonton bersamanya.
--
Yi Seo masuk ke ruangan Sae Ro Yi. Dia tampaknya ingin pamer pop socket ponselnya yang bertuliskan : Yi Seo ♥ Sae Ro Yi.
Sae Ro Yi melihatnya yang sedang mengintip dan menanyakan tujuannya datang. Yi Seo beralasan kalau cuaca sedang hangat dan lebih baik mereka jalan bersama. Jika tidak sibuk, maukah kencan dengannya? Sae Ro Yi langsung bersedia (dan kita di perlihatkan bahwa sebenarnya Sae Ro Yi sangat sibuk karena jadwal kerja-nya saja padat).
--
Yi Seo dan Sae Ro Yi bekencan dengan jalan-jalan di Itaewon. Mereka berfoto bersama dan tampak bahagia.
Dalam perjalanan pulang, Yi Seo bertanya alasan kenapa Sae Ro Yi tidak pernah memegang tangannya. Sae Ro Yi bingung menjawabnya dan malu. Dia merasa agak aneh saja. Yi Seo juga merasakan hal yang sama.
Dan karena itu, Yi Seo duluan yang memegang tangan Sae Ro Yi.
"Aku akan berusaha. Aku dan dirimu benar-benar berbeda. Tapi kita punya satu kesamaan," ujar Yi Seo.
"Satu kesamaan?"
"Benar. Kita tak tahu kehangatan orang lain. Sebelumnya... saat aku dengar ceritamu. Aku ingin sembuhkan semua rasa sakit yang kau alami sebelumnya. Aku tak ingin kau menderita dan kesepian. Aku ingin buat malammu yang pahit menjadi manis. Saat memikirkanmu, hidupku yang kosong ini... menjadi penuh olehmu. Terima kasih. Aku mencintaimu. Aku akan membahagiakanmu."
Yi Seo tersenyum manis pada Sae Ro Yi. Sae Ro Yi menatapnya dan juga tersenyum. Yi Seo jinjit dan mencium bibir Sae Ro Yi.
Aku ingin … Tanpa kehilangan diriku, aku mau semua yang kuinginkan terwujud. Ada hari-hari yang berat bagiku. Terkadang, aku merasa cemas dan takut. Bagaimana aku bisa bertahan? Bersama mereka yang berharga, aku jalani kehidupan sibuk, melakukan apa yang kuinginkan. Di samping mereka. Membagi hidupku dengan mereka. Dalam mencari kebahagiaan.
Sae Ro Yi mengingat semua saat sulit dalam hidupnya. Dan di saat sulit tersebut, Yi Seo-Seung Kwon-Hyun Yi-Tony ada bersamanya. Menemaninya. Dan membantunya untuk mendirikan IC.
"Aku juga mencintaimu, Yi-seo."
Sae Ro Yi meraih wajah Yi Seo dan menciumnya. Dan kemudian, memeluknya dengan begitu erat.
Kebahagiaan. Kehangatan yang kubagi denganmu. Aku... sudah lebih bahagia... dari yang kubayangkan.
--
Sae Ro Yi melakukan pesta bersama Hyun Yi, Seung Kwon dan Tony di atap DanBam. Mereka tampak bahagia.
Saat Sae Ro Yi meminum soju-nya, dia menatap gelasnya yang sudah kosong dan tersenyum.
Sae Ro Yi seolah mendengar pertanyaan ayahnya, "Apa rasanya?"
Dan dia tersenyum. Kita bisa menyimpulkan, rasanya manis.
(DanBam artinya Honey Night = Malam yang manis).
==
Epilog,
Sae Ro Yi bekerja lembur di kantor IC.
Aku bekerja seperti biasa.
Dan dia juga berkencan dengan Yi Seo.
Dan aku berkencan seperti biasa.
Sae Ro Yi kini lebih bahagia. Apalagi, dengan adanya Yi Seo di sisinya sekarang.
Hari yang biasa.
Itaewon Class
THE END
Sampai jumpa di buku selanjutnya.