Chereads / Aku dan Langit / Chapter 2 - Namanya Langit

Chapter 2 - Namanya Langit

>>

Jani hanya menundukkan kepalanya dalam. Ini sudah 30 menit sejak dia sampai dan duduk di hadapan sahabatnya. Jani tidak tahu harus membela dirinya seperti apa. Kenyataannya berita tentang pernikahannya dengan mantan tunangan sahabatnya ini sudah menyebar luas. Jani menghela nafas panjang. Akhirnya memberanikan diri menatap sahabatnya.

"Apa kamu bahagia?" tanya Kia, sahabatnya. Jani menghela nafas panjang. Dia tidak bahagia dan juga tidak sedih dengan pernikahan ini. Jani, nyaris tidak merasakan emosi apapun. Jani hanya tidak mengerti.

"Kamu tahu bagaimana aku, Kia." Jawab Jani membuat Kia mendengus.

"Justru karena aku tahu siapa kamu. Kamu bukan tipe teman yang akan berkhianat. Tapi nyatanya kamu mengkhianati aku, juga persahabatan kita. Apa kamu selama ini menyukai Langit?" Jani menggeleng cepat. Tuduhan itu jelas tak beralasan. Kia cukup tahu siapa dirinya, bagaimana dia selama ini berinteraksi dengan Langit, laki-laki yang menjadi tunangan Kia. Atau sekarang adalah calon suaminya.

Rinjani Witjaksono, tidak pernah benar-benar tertarik dengan mantan tunangan sahabatnya, Langit Pramestyo. Jani sendiri kini tengah dekat dengan teman semasa kuliahnya dulu. Tapi semuanya semakin kacau saat Kiana Andara datang malam itu, mengatakan kalau hubungannya dengan Langit berakhir. Tak lama, satu bulan kemudian, Langit datang ke rumahnya dan melamarnya membuat Jani kaget dan panik bukan kepalang.

Langit adalah mantan tunangan sahabatnya. Dia mengenal Langit dari Kia, dan sekarang Laki-laki itu dengan begitu kurang ajarnya datang ke rumahnya memintanya menjadi istrinya. Jani yakin saat itu Langit hanya tengah bercanda. Namun beberapa hari kemudian orangtua Langit datang, bersama keluarga besarnya.

"Jan! Kamu kenapa sih?!" Suara Kia membuyarkan lamunan Jani. Jani menggeleng cepat.

"Intinya, aku sama sekali tidak bermaksud berkhianat, Ki. Kamu tahu bagaimana aku. Jadi aku harap kamu tidak salah paham dan-"

"Dan apa? Menerima pernikahan kamu yang akan berlangsung 1 bulan lagi dengan Langit? Aku masih mencintai Langit, Jani. Sangat." Jani memijat kepalanya. Pusing menyerang kepalanya.

"Katakan kalau kamu masih mencintainya, Kia. Lalu masalah ini akan selesai. Kamu akan menikah dengan Langit dan aku bebas." Jani mengambi tas selempangnya lalu berjalan meninggalkan Kia.

Banyak hal yang Jani tidak mengerti dari berakhirnya hubungan Kia dan Langit. Kenyataan kalau sahabatnya itu sama sekali tidak mau memberi tahu alasan kenapa mereka berpisah ditambah bahwa Kia masih mencintai Langit membuat kepala Jani pusing.

Ponsel Jani berdering tak lama setelah Jani meninggalkan café tempat Jani bertemu dengan Kia tadi. Jani lagi-lagi menghela nafas panjang begitu nama Langit muncul di layar ponselnya. Malas, Jani membiarkan ponselnya. Tak lama ponsel supir Jani berdering.

"Mbak, ini mas Langit yang telpon." Ujar Pak Kadim. Jani mendegus kesal.

"Jangan diangkat pak!" Jawab Jani. Pak Kadim mengangguk. Tak lama, ponsel Jani kembali berdering. Lagi-lagi nama Langit muncul di layar. Jani mengalah, akhirnya mengangkat telpon itu.

"Kamu dimana?" Suara khas Langit nan tegas langsung terdengar.

"Di jalan." Jawab Jani singkat.

"Kia menghubungi saya. Dia bilang kalau dia baru saja ketemu kamu. Kenapa kamu gak ngomong kalau kamu mau ketemu Kia?"

"Kalau aku ngomong, apa kamu mengizinkan aku ketemu Kia?"

"Tidak." tegas Langit membuat Jani mendengus kesal.

"Karena aku sudah tahu makanya aku gak ngomong."

"Kia bisa saja membuat kamu berubah pikiran untuk membatalkan rencana pernikahan kita. Saya tahu kamu masih sangat menghargai Kia sebagai sahabat. Saya hanya waspada."

"Aku sudah mengenal Kia hampir seumur hidupku, mas." Langit terkekeh diseberang telponnya.

"Berarti kamu bukan sahabat yang baik untuk Kia. Mampir ke kantor saya, Jani." Langit memutus telpon secara sepihak dan lagi-lagi Jani menahan geramannya pada laki-laki itu.

Sang Langit.

>>