Merry terkejut dengan sikap serius Chris.
Awalnya, dia ingin berbohong dengan niat bersembunyi, tapi ternyata kakaknya ini sudah menebak dengan cermat.
Merry gugup dan ketakutan. Meski dia duduk di pelukan Chris, tetapi entah kenapa merasa bahwa jarak mereka saling berjauhan.
Apa yang harus dia katakan?
Saat ini, Chris menunggu dengan sabar jawabannya.
Dia tidak pernah mendesak, hanya sepasang mata yang dalam yang mengunci pada sosok Merry.
Tidak lama kemudian, gadis kecil itu tampaknya telah berperang secara psikologis di dalam dirinya sendiri. Dia menarik napas dalam-dalam, mengepalkan tinjunya. Bukannya menjawab pertanyaan Chris, tetapi dengan ragu-ragu dia berkata. "Kalau aku mengatakan yang sebenarnya, apakah kakak akan membenciku?"
Chris menjawab dengan sungguh-sungguh."Selama itu adalah kebenaran, aku tidak akan membencimu!"
Setelah mendengar ini, Merry tampak menarik napas lega. Dia diam-diam menatap wajah Chris dan berbisik dengan pelan. "Itu benar ..."
