"Tidak apa-apa!" Begitu pihak lain berbicara, hati Mellisa tersengat.
Dia perlahan mengangkat matanya, matanya dipenuhi oleh sosok Leonard yang terlalu tampan.
Pria itu berdiri di depannya, menatapnya, dengan senyum yang dalam di bibir tipisnya.
Matanya mengamati Mellisa dengan hati-hati, dia lalu melangkah maju, menyilangkan garis pinggangnya dengan satu tangan, dan dengan arogan memeluk orang itu di depan lengannya.
Segera, dia bertanya dengan nada serak. "Nona, bolehkan aku mengajakmu untuk berdansa?"
Saat Mellisa ditarik ke dalam pelukannya, seakan ada bintang meleleh di matanya.
Dia mengangkat kepalanya sedikit, dan dia dengan jelas melihat pantulan topengnya di kacamata hitamnya.
Dia meringkuk bibirnya dan bertanya. "Apakah ini tradisi kalangan atas ketika mengajak seorang wanita? Merangkulnya dulu lalu menunggu jawabannya?"