Tatapan Alfred tiba-tiba menajam sambil memegang setir dengan satu tangan.
"Aku akan segera kembali ke rumah. Kamu cepat panggil Ricky kembali atas nama nenekku!"
"Siap Patriark!"
Setelah menutup telepon, Alfred menggertakkan gigi dan melontarkan niat membunuh yang kuat dari bawah matanya.
Tidak heran Lilia mengira dia menginginkan hidupnya, tidak heran sikapnya terhadap dirinya sendiri sangat berbeda.
Sialan kau Ricky, dia punya perhitungan yang bagus!
...
Segera, ketika Infiniti putih Alfred meninggalkan hotel, Alan masih berdiri di sana.
Dia merenung sejenak, dia lalu meraih telepon dan memanggil Jenny dengan keraguan.
"Bu, ini aku!"
Jenny berkata dengan suara lembut dan sepertinya sedang dalam suasana hati yang baik. "Tumben kamu telepon ibu. Apakah kamu sudah perjalanan kembali dari Yogyakarta?"
Alan menatap puntung rokok di tangannya dan berbisik. "Belum bu, ini aku mau berangkat. Bu… tolong katakan yang sebenarnya, apa yang Alfred tanyakan tadi malam?"