Malam itu, di dalam kamarnya, berbagai pengingat dan omelan Kaleb terus menyebar.
Lilia juga tampak sabar menerima omelan kakeknya karena dia tahu bahwa dia salah, dia terus tersenyum menanggapi instruksi kakeknya.
Satu jam kemudian, waktu sudah mendekati pukul sembilan malam.
Kaleb tidak lelah sama sekali. Jika bukan karena pamannya yang mengingatkannya bahwa sudah waktunya untuk istirahat, orang tua itu mungkin akan berceramah hingga besok pagi.
Bagaimanapun, ini adalah cicit pertamanya. Bagi dirinya yang sudah tua itu, tidak ada kebahagian yang melebihi melihat keturunannya memiliki anak. Dia bahagia dan bersemangat!
Sebelum berangkat, lelaki tua itu menolak ajakan untuk beristirahat di Villa Lakeside.
Dikatakan bahwa maskapai penerbangan paman ketiga memiliki penginapan di Surabaya, dan kebetulan lelaki tua itu berencana untuk menemui beberapa rekan seperjuangan besok, jadi dia tidak mau merepotkan cucunya itu.