Janice menarik napas dalam-dalam, menahan kegembiraan di dalam hatinya, dan mengangguk dalam diam.
Ini adalah pertama kalinya dia mendengar Lilia secara terbuka mengakui identitasnya.
Dia bahkan mengakui bahwa dirinya adalah ibunya.
Lilia tidak mengabaikan gerakan Janice. Meski cuma sebentar, ibu dan anak perempuan itu bertemu mata. Meski masih aneh, ada tanda-tanda bahwa es itu telah mencair.
Mellisa, yang duduk di samping kakeknya saat ini, mengikuti tatapan Lilia dan melihat ke kanan. Dia melihat wajah Janice, dia tidak bisa tidak bertanya-tanya.
"Mellisa, ada apa?"
Kaleb memperhatikan tatapannya yang tajam dan bertanya dengan suara rendah.
Mellisa mengalihkan pandangannya, menggelengkan kepalanya dan tersenyum. "Tidak apa-apa kakek, jangan khawatir."