Dua puluh menit kemudian, mobil itu tiba di lantai bawah apartemen Rachel.
Dia melepaskan ikatan sabuk pengamannya, dan sebelum turun, dia melihat ke arah Alan dengan enggan. "Tuan Alan, terima kasih telah mengirim saya kembali ..."
"Sama-sama. Ada pertemuan rutin besok pagi, jangan terlambat."
Mendengar suara Alan itu, pipi Rachel bagaikan terbang ke nirwana.
Pengingatnya seakan menunjukan kepeduliannya padanya.
Dia mengangguk serius, dan meyakinkan. "Tuan jangan khawatir, aku akan datang paling pagi!"
"Baiklah, naiklah."
"Hati-hati di jalan."
Dia mengucapkan selamat tinggal dan berjalan ke pintu apartemen dengan tenang.
Sedetik sebelum pegangan pintu, dia melihat ke belakang dan melihat bahwa mobil Alan selalu berada di tempat yang sama. Untuk sesaat, dia ingin berlari kembali padanya dan memberitahu isi hatinya.
Walau impuls itu hanya sesaat, Rachel berhasil menahan diri.