Lilia menyesap jusnya. "Sebenarnya, selama ini aku tetap di Surabaya."
Mata Mellisa bergetar. Alih-alih bertanya lebih banyak, dia mencoba menguji dengan prihatin. "Apakah matamu benar-benar lebih baik?"
"Jangan khawatir, mataku benar-benar sudah kembali seperti semula. Sejujurnya aku kembali tadi malam. Aku takut mengganggumu, jadi aku datang ke sini sekarang."
Di akhir percakapan, Mellisa berkata sambil tersenyum. "Kehadiranmu tidak akan menggangguku, tidak pernah sekalipun kakak berpikir seperti itu!"
Dia bilang dirinya, bukan kita.
Leonard meratap di dalam hatinya, matanya tertuju pada pipi Mellisa yang acuh tak acuh, dia hanya bisa merasa tidak berdaya dan lelah.
Kesalahpahaman di antara keduanya semakin meningkat dan semakin dalam.
Keadaan di Bandung benar-benar mendesak dan dia harus kembali.
Namun, Mellisa mengambil keputusan dan menolak untuk pergi bersamanya.
Banyak hal telah menemui jalan buntu, dan hubungan keduanya semakin penuh dengan ujian.