Trisa mendengar pertanyaan Mellisa, dia mengangkat bahunya. "Aku tidak tahu!"
Dia menjawab tanpa rasa sakit, namun tiba-tiba air mata memenuhi matanya. Dia bertemu dengan pandangan Simon dan menertawakan dirinya sendiri. "Ayah, kamu tidak bermaksud menyelamatkanku dari awal, kan!"
Trisa tidak bodoh, sebaliknya dia sangat cerdas.
Selama bertahun-tahun, dia telah menghabiskan begitu lama hidup di bawah pengawasan semua orang di keluarga Irwan, dia sangat memahami konsekuensi dari menceritakan segalanya.
Tapi anak-anaknya tidak ada hubungannya. Tidak peduli seberapa kejam Trisa, dia tidak bisa membiarkan kedua putranya menanggung dosanya ini.
Tatapan samar Trisa jatuh ke luar jendela ruang tamu.
Hari-hari yang dipenuhi kabut asap yang suram dan menindas terasa sangat berat.
Dia telah membuang waktu begitu lama, semua yang dia kerjakan dengan sangat keras pada akhirnya berakhir dengan tragis.
