Keesokan harinya, pukul lima pagi, di kamar tidur utama yang remang-remang dan sunyi, Lilia menghela napas dan perlahan membuka matanya.
Dia dengan lembut mengeluarkan HPnya dari bawah bantalnya dan melihat jam yang masih menunjukan pukul lima lebih dari tiga menit.
Masih ada tiga jam lagi untuk berangkat ke Jakarta. Dia berbaring miring, tetapi perasaan melankolis yang samar muncul di matanya.
Dia tidak tahu apakah itu karena pikirannya yang penuh dengan kekhawatiran karena dia tidak tahu apa yang akan terjadi, tetapi yang jelas kepergiannya ke Jakarta kali ini membuat hatinya gelisah.
Dia sedikit panik dan perasaannya sedikit berantakan, seperti perahu datar yang terombang-ambing di laut dan tidak dapat menemukan pelabuhan.
Dia berpikir bahwa mungkin hari-hari damai yang dirasakannya sekarang ini berlangsung terlalu lama, jadi gangguan sekecil apa pun menyebabkan dirinya bingung.