Di malam yang gelap dan sunyi ini, Robert duduk sendirian di ruang tamu hingga subuh.
Dia tidak tahu bagaimana kariernya yang dulu cemerlang dan sekarang dia menghadapi kebangkrutan dalam semalam.
Apakah karena dia ingin mengembalikkan anaknya?
Tapi bagaimana dengan anak-anaknya?
Oh, saya berlarian ke sana kemari di Jakarta tanpa harus tahu mencari ke mana. Dan yang satunya sama sekali tidak mau mengakui keberadaan kakaknya.
Bagaimana dengan istrinya di rumah?
Oh, dia masih berusaha menemukan anaknya yang tidak tahu diri itu.
Robert duduk dengan tenang di sisi sofa dan tertawa saat memikirkannya.
Dia tersenyum sedih dan ironis. Dia melihat sekeliling sudut gelap dari ruang tamunya dan apa yang dia lihat adalah banyak pemandangan hangat dan familier selama dua puluh empat tahun terakhir.
Di setiap bingkai foto, semuanya adalah sosok Lilia.
Dia samar-samar merasa bahwa dia telah melakukan kesalahan, tetapi dia tidak tahu bagaimana menebusnya.