Perasaan gugup Lilia ini muncul karena dia tidak tahu sikap apa yang akan ditunjukan oleh kakak laki-laki Jean, James Widjaya.
Terlalu gembira atau terlalu acuh tak acuh tampaknya tidak masuk akal.
Lilia hanya ingin keluarga Jean ini menerima dirinya dengan tulus, dia tidak ingin insiden 14 tahun lalu itu mengubah pandangan James terhadap dirinya.
Suasana tidak nyaman semacam ini hanya mereda sedikit ketika Lilia masuk ke ruang tamu dan melihat sosok James Widjaya yang tenang dan mantap.
Di ruang tamu, James duduk dengan kepala mengangkat tinggi. Dia sedang meminum tehnya dari cangkir porselen berwarna biru dan putih, sementara istrinya Irene duduk di sampingnya. Perempuan itu terlihat menundukkan kepalanya dan bermain-main dengan kalung yang dia kenakan.
Mendengar langkah kaki tersebut, James segera berdiri dan mengangkat matanya untuk menyambut Lilia dan Jean yang baru datang. Kakak laki-laki ini tersenyum tulus. "Adikku, akhirnya kamu datang juga. Ayo masuk dan duduk."