Pada saat ini, Stefani juga menatap wajah Lilia sebelum tersenyum lembut ke arah Kaleb. "Anak ini memang lebih enak dipandang daripada Leila."
"Lilia, segera kemarilah." Suara Mellisa menyadarkan Lilia dari kebingungannya.
Lilia menarik napas dalam-dalam, lalu berjalan perlahan ke sisi Mellisa. Dia dengan hormat membungkukkan kepalanya ke arah Kaleb.
"Halo, Tuan Kaleb." Sapa Lilia formal.
Kaleb mengerutkan kening dan mengetuk-ngetukkan tongkatnya. Dia berkata dengan ekspresi marah, "Tidak perlu bersikap terlalu sopan padaku! Panggil aku Kakek!"
Tenggorokan Lilia seolah tersumbat oleh perasaan yang tak bisa dijelaskan. Mata hitamnya yang jernih bertemu pandang dengan mata Kaleb yang serius dan baik hati. Selama sesaat, keraguan melintas di pikiran Lilia. Apakah ini kenyataan? Apakah dia akhirnya menemukan keluarga yang benar-benar menginginkannya?
Lilia segera tersadar dan menenangkan pikirannya. Dia tersenyum lebar sambil berkata dengan gembira, "Kakek."