Pukul sembilan malam, di salah satu rumah sakit swasta ternama di Jakarta.
Begitu mereka tiba di rumah sakit, Mellisa langsung dilarikan ke dalam ruang operasi. Lampu merah yang menyala terang di luar pintu ruang operasi membuat semua orang yang menunggu di koridor semakin gelisah.
Saat dokter yang menangani Mellisa berbicara pada mereka, Lilia baru tahu bahwa luka-luka yang diderita Mellisa jauh lebih serius dari yang dia kira semula. Tubuhnya penuh dengan memar-memar, seolah habis dianiaya, dan dia mengalami demam tinggi. Terdapat satu luka tikam di pinggang dan dua luka sayatan di punggung Mellisa. Ditambah lagi, ada air dalam paru-parunya, membuat wanita itu kesulitan bernafas.
Semakin Lilia mendengar semua detailnya dari dokter itu, wajahnya berubah makin pucat. Jika dia tahu kalau kondisi kakaknya seburuk itu, dia takkan pernah membiarkannya menginjakkan kaki ke dalam aula belakang!